Saturday, October 13, 2012

Beberapa Catatan Pendek


Podo Wae!

Dulu, BK pernah diwawancarai Si-En-En di kampong halaman, dan BK pernah keluarkan pernyataan “ bahwa untuk tahu politik tidak harus baca Koran atau nonton televise karena kedua media massa itu tak lepas dari intervensi penguasa saat itu. Namun satu hal yang jelas, hidup ini bagai roda… berputar dan berputar… ada kalanya di atas, kemudian di bawah dan kembali lagi ke atas”.
Jadi saat ini adalah pengulangan dari sejarah masa silam… begitu juga dengan Orde Baru. Kemarin, esok dan suatu saat nanti juga akan muncul lagi orde seperti orde yang kemarin telah tumbang.
… Saat ini harga beras Rp.4.000/kg… masyarakat berteriak, Mahaaal!!
Memang begitulah nasib rakyat kita, selalu susah! Dari dudlu hingga kini, dari zaman kompeni, zaman Bung Karno, Zaman Pak Harto, Era Habibie… sampai zaman beribu tahun mendatang. Tahun 1955 walau harga beras “Cuma” Rp.2/kg tetap saja rakyat tidak mampu membelinya.
Jadi yang terpenting bukan menurunkan harga, tetapi adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan daya beli. Walau harga beras diturunkan sampai Rp.cepek/kg… kalau memang rakyat tidak punya duit… ya tetap saja mahal namanya!

Air Bersih, Medan-Sumut, 12 September 1998


Wiranto

Ada satu kecemasan dalam diri BK saat ini melihat gelagat bahwa Mahasiswa kembali berunjuk rasa menuntut Habibie mundur. Kalau hal ini terus terjadi dan Mahasiswa benar-benar bersikeras meminta Habibie turun maka yang akan naik adalah Wiranto.
Jadi baiknya menurut BK adalah tunggu saja sampai Pemilu!.
Air Bersih, Medan-Sumut, 13 September 1998


I Don’t Belived

Salah masalah mendasar yang ditanggung pemerintahan Habibie adalah rakyat tidak percaya lagi pada Pemerintah. Semua ini adalah akibat Rezim ORBA yang terlalu banyak mengumbar janji tetapi tidak pernah ditepati.
Pada saat ini rakyat sudah jenuh mendengar janji. Bahkan mendengar Siaran Pers Pemerintah kita merasa kesal… tidak percaya. Padahal mungkin saja apa yang dikatakan itu benar, tetapi kita terlanjur sudah trauma. Bahkan kita saat ini cenderung jadi mudah curiga.
Kadang niat baik atau rencana itu memang perlu dipublikasikan tetapi itulah… rakyat sudah tidak percaya lagi omongan pemerintah. Andi M. Ghalib mengatakan akan mengusut tuntas harta Pak Harto… tetapi mana buktinya dan kapan lagi?
… malah sekarang timbul lagi rasa curiga.
Jangan-jangan Pemilu bukan tahun depan tetapi 3 atau 5 tahun lagi…!

Air Bersih, Medan-Sumut, 15 September 1998


 Megawati

Anda ingat tokoh Megaloman?
Anda ingat Mega Jackson?
Anda tentu juga belum lupa akan kata Megabintang, Mega Sinetron?

Sekarang perhatikan judul di atas, Megawati!
BK artikan Wanita Super karena biasanya kata Mega yang dilekatkan pada kata lainnya adalah untuk melukiskan bahwa sesuatu yang ditempeli Mega itu benar-benar luar biasa!
Rasanya juga, tidak salah Bung Karno member anak perempuannya itu nama Megawati karena pada saat ini Megawati telah membuktikan bahwa dia pantas menyandang nama itu. Walaupun sepanjang Orde Baru dia dikurung, dikerjain, dihimpit, dipinggirkan dan ditutupi (selain berarti sangat luar biasa, Mega juga berarti Awan) dia terus membubung ke Angkasa. Bahkan saat ini Mega nyaris tidak terjangkau oleh mereka yang dulunya suka mengusik-ngusiknya.
Besok, Mega akan “baralek gadang” di Bali dimana banyak orang yang akan datang dan juga banyak yang tidak datang. Banyak yang datang karena diundang dan memang ingin datang. Banyak yang tidak bisa datang karena tidak diundang dan sebenarnya ingin datang.
Megawati,
Yang dulu salah sekarang benar, itu ditanganmu… yang dulu tidak bisa apa-apa sekarang bisa berbuat apa saja, itu juga ada padamu. Dunia telah berbalik, itu ada padamu.
Semoga kau tidak membuat kesalahan berulang karena kau cukup berpengalaman, semoga.

Jl. Buton, Padang-Sumbar, 7 Oktober 1998

Dari kumpulan tulisan Kamaruddin
dalam Buku : Bang Komar – Prediksi, Khayalan,
Pikiran dan Doa-doa.

Semua Bisa saja Terjadi


Sampit rusuh!, ratusan bangkai manusia tergeletak bersimbah darah… ribuan rakyat terbirit-birit meninggalkan tanah Kalimantan.
Rasanya hampir sempurna musibah yang kita alami… Aceh yang terus bergejolak, Medan dilanda bencana tanah longsor, Sumbar dihantam Galodo, Jambi direndam Bajir, Bengkulu diguncang gempa, Kalimantan perang etnis, Sulawesi juga dilanda bencana, Maluku terus perang Agama, Jawa…
Pokoknya hampir setiap jengkal tanah air Indonesia mengalami bencana. Jika ada yang merasa belum kena… bersiap-siaplah! Jika anda berada di pulau Bali… siap-siaplah mungkin besok anda dan seluruh yang berada di pulau Bali akan digulung ombak!
Apa itu mungkin?
Apa sih yang tidak mungkin yang bisa terjadi di Indonesia saat ini. Apa pun bisa terjadi dan itu tidak pernah kita duga sebelumnya. BK juga tidak menduga dan hamper tidak percaya kampong BK… Gumarang-Palembayan akan didatangi pengungsi walau Cuma dari desa tetangga yang kena Galodo. Padahal menurut sejarah orang tua-tua… belum pernah ada hujan sederas hari itu hingga mengakibatkan Galodo di desa tetangga itu.
Begitu juga dengan isu, “Anak Zarima (Ratu Ekstasi) itu hasil kerjaan Amien Rais”. Siapa sih yang menduga aka nada isu seperti itu dan siapa sih yang akan percaya? Kalau isunya,”Anak Zarima itu hasil kerjaan si Urdeng atau Aminullah”, mungkin masih ada orang yang percaya.
Dengan keadaan Indonesia seperti ini, kita jangan cepat-cepat percaya dengan apa yang kita lihat, baca atau dengan apa yang kita dengar…
Malam Natal beberapa kota diguncang Bom. Pemerintah termasuk Gus Dur menuding ada pihak yang mengorganisir… tuduhan diarahkan pada orang-orang Orde Baru termasuk Tommy Soeharto.
Apakah hal yang mustahil jika parade ledakan Bom tersebut sebenarnya diorganisir pemerintah agar timbul kesan saat ini pemerintah memang sering di-usil-in orang.
Begitu juga dengan isu yang menyudutkan Amien Rais. Secara umum orang tentu menilai itu pasti ulah orang-orang yang tidak suka dan berniat menjatuhkan Amien Rais. Padahal juga bukan suatu hal yang mustahil bahwa itu sengaja ditiupkan oleh orang-orang Amien Rais sendiri untuk menciptakan opini bahwa ada orang yang berniat jahat pada Amien Rais.
Sangat banyak hal yang pantas kita curigai sebagai seatu yang sekadar “menyenang-nyenangkan hati” kita saja dan hal itu seharusnya kita tertawakan karena lucu dan konyol!
Para aparat pemerintah bersemangat untuk segera menangkap Tommy Soeharto tetapi rencana dan tempat yang mau digebrek sudah diekspose ke public! Apa hal itu tidak konyol, kalau kita (polisi) ngomong sama pencuri: Lu tunggu disana ya… entar kami dating untuk nagkep lu!
Ya… begitulah Bangsa kita hingga saat ini. Walau telah 4 orang duduk di Kursi yang di mejanya ada papan nama Presiden RI… tidak ada satupun yang berhasil. Bung Karno mencoba menumbuhkan sikap nasionalisme pada rakyat tetapi tidak cocok karena waktu itu rakyat lebih butuh penyangga perut. Soeharto datang dan membangun ekonomi, member rakyat makan, membangun jalan dan sekolah… tetapi ternyata dana tersebut berasal dari utang luar negeri, sementara uang kas Negara dipakai untuk membangun ekonomi keluarganya.
Habibie masuk menggantikan Soeharto dengan misi “Reformasi” tetapi yang muncul malah paham primodialisme sehingga daerah-daerah menyempal dari NKRI. Gus Dur yang dimajukan mencoba dengan gagasan “Demokrasi” dimana beda pendapat dan persepsi itu suatu hal yang lumrah, tetapi apa yang terjadi? Yusril Ihza Mahendra saja di-PHK jadi Menteri karena beda pendapat. Bahkan saking semangatnya dengan Demokrasi… Gus Dur beda pendapat dengan MUI soal Aji No Moto.
Jadi Prediksi BK sebelumnya adalah benar (baca tulisan mengenai : Habibie dan Pemilu, 15071998) Saat ini kita (Indonesia) telah terhempas bagaikan tapai jatuh ke aspal panas… sulit sekali untuk pulih dan mungkin butuh 10 sampai 20 tahun.

Perawang-Riau, 28 Februari 2001

Dari kumpulan tulisan Kamaruddin

dalam Buku : Bang Komar – Prediksi, Khayalan,
Pikiran dan Doa-doa.

Kepada Darah Daging Tanah Airku


Tadi pagi BK mengubungi BA yang berada di Negeri yang penuh darah dan airmata, Aceh. BK terenyuh mendengar cerita dan sikapnya yang ingin berpisah dengan Republik … sedemikian parah-kah rasa marah, benci, muak, curiga yang bergejolak di dalam hati sanubari mereka (orang-orang yang berada di daerah bermasalah atau daerah konflik). BK dapat mengerti, memahami dan memaklumi apa yang mereka rasakan itu walau BK tidak bisa ikut merasakannya.
Tetapi haruskah karena semua itu kita harus memisahkan diri? Bagaimana dengan lagu “Dari Sabang sampai Merouke?”. Bagaimana generasi kita yang masih kecil-kecil yang telah sangat hapal lagu itu bahkan sudah tertanam dalam otak mereka bahwa Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke!.
Jika perpisahan itu memang benar-benar terjadi nantinya, kuatkah kita meliaht mereka yang kebingunngan karena lagu berubah syairnya menjadu dari Medan sampai Lombok! Dan mereka tidak pernah lagi menyaksikan dinamisnya Tari Saman di televise. Begitu juga dengan hilangnya Cut Nya’ Dien, Teuku Umar dan Malahayati dari deretan Gambar Pahlawan Nasional yang terpajang di dinding kelas sekolah mereka.
BK sangat sedih melihat keadaan ini, bagaimana pun juga Negeri-negeri itu (Aceh, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur) adalah darah daging dari Tanah Airku Indonesia. Bagi BK, Indonesia adalah dari Sabang sampai Merauke karena BK merasakan itulah yang menyebabkan Indonesia itu besar, bukan karena luasnya tetapi karena keberaneka-ragamnya.
Tidak ada perbedaan di antara kita dan kita punya kedudukan yang sama dalam bagian Indonesia. Mungkin perlakuan-lah yang menyebabkan keadaan menjadi begini. Perlakuan yang berasal dari kelakuan para pemimpin-pemimpin yang tidak becus, yang sombong dan takabur.
Mereka menganggap dengan diamnya Aceh, Maluku, Irian, Timor Timur selama ini… mereka bisa melakukan apa saja yang mereka anggap baik menurut mereka tetapi sebaliknya bagi daerah-daerah tersebut. Mereka memang keterlaluan… mereka tidak ingat pada sejarah atau mungkin sengaja melupakan sejarah bahwa setiap daerah punya peranan penting dalam sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sekarang semua daerah-daerah menganggap seakan-akan tidak ada jalan lain kecuali Merdeka! Dan pemerintah menganggap itu bukan masalah besar!, Masya Allah apakah hati kita telah buta sehingga berpikiran sempit begitu. Sebelum mengambil suatu keputusan kita memang harus memikirkannya matang-matang, tetapi tidak cukup hanya dengan berpikir. Kita juga harus membawa buah pikiran itu jauh kedalam hati yaitu Kalbu. Bukankah ada ajaran yang mengatakan bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, kalau darah itu baik maka baik-lah manusia itu, jika darah itu jelak maka jelek-lah manusia itu.
BK bukannya mengatakan mereka (Aceh, Maluku, Irian, Timor Timur dan Riau) jelek karena telah meminta Merdeka, tidak! Dan juga bukannya tidak bersimpati. Tetapi sekali BK katakana sejujurnya terlalu berat rasanya untuk berpisah karena BK telah merasakan betapa indahnya kalau kita tetap bersama. Berjauhan saja hamper tidak kuat menahan rindu apalagi jika sampai berpisah.
Orang bilang sabar itu ada batasnya, mungkinkah pepatah itu yang menjadi dalil atau alas an semua itu? Karena setelah sekian lama diobok-obok lantas mereka berontak? Memang… BK pun akui, teramat banyak dosa yang telah pemerintah buat terhadap Aceh dan lainnya. Dibohongi, diperas, disiksa dan sejenisnya… sampai-sampai sangat banyak oknum TNI-Polri yang disersi sewaktu bertugas di sana. Lari karena tidak kuat untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perasaanya sebagi manusia. Boleh kita bayangkan… Tentara saja yang telah di-didik/di-latih untuk itu tidak kuat apalagi kita-kita ini.
Begitu juga dengan rasa benci terhadap Orang Jawa… BK juga pernah mendengar dan merekam omongan Hasan Tiro di siaran Radio yang mengatakan “Kami tidak mempunyai masalah dengan Indonesia tetapi hanya denga orang-orang Jawa. BK percaya tidak ada orang Jawa yang berniat menindas orang Aceh… tetapi system-lah yang membuat keadaan seperti itu. Rasanya juga kurang tepat kalau dikatakan semua itu karena tidak adanya keadilan bagi orang Aceh dan lain-lain.
Dalam tulisan BK, Rekayasa Sejarah Part 2… BK telah sampaikan semuanya… dan begitulah keadaan yang akan dialami Indonesia. Prediksi BK tepat… jauh sebelum ini terjadi BK sudah bisa menggambarkan dengan gambling, bahwa pada saat ini terjadi upaya pemisahan dari NKRI, konflik elit politik, perang antar parta dsb, dsbnya…
Dalam tulisan itu BK jelaskan bahwa ,” Kalian telah melupakan sejarah, melupakan tujuan diproklamirkannya kemerdekaan, melupakan dasar Negara dan tidak memakai serta malah menyelewengakan Undang-undang dasar. Kalian terjebak pada kepentingan pribadi kelompok, kepentingan organisasi, kalian terperangkapdalam pertentangan yang berkepanjangan dengan orang-orang yang sama-sama berbendera merah putih!”.
Kalian lebih suka mencari lawan, mecari-cari kesalahan orang lain, mencari keburukan orang lain dan menutup-nutupi kesalahan sendiri. Kalian suka mencari kambing hitam untuk dikorbankan daripada memecahkan masalah.  Siapa sih yang sukan pada keburukan dan kekotoran? Jangankan kekotoran orang lain, kotoran kita sendiri pun membuat kita harus menutup hidung!”.
Jadi begitulah, apa yang terjadi saat ini sudah BK khayalkan 5 tahun lalu! Walau belum separah itu. Dan karena belum parah itu pula BK sampai saat ini belum turun tangan dalam mengatasi masalah ini.

Perawang-Riau, 12 Februari 2001.
Dari kumpulan tulisan Kamaruddin
dalam Buku : Bang Komar – Prediksi, Khayalan,
Pikiran dan Doa-doa.

Wednesday, October 10, 2012

Surat Dari Sahabat


Ujung Sumatera, 10 Desember 1996
Yang hangat sekarang BK adalah mengenai ucapan Pak Harto di Jawa Tengah kemarin, yaitu akan menggebuk orang-orang yang berani mengganggu stabilitas politik di Indonesia. Dan hasilnya… Sri Bintang Pamungkas, Julius Usman mendekam di Ruang Tahanan Kejaksaan Agung dengan cara penahanan yang sangat controversial yaitu dengan mengundang makan kemudian langsung ditahan.
Juga dengan keluarnya buku yang dikarang di Argentina yang berisi tentang kebobrokan Orde Baru yang berakibat dipanggilnya Ali Sadikin ke Kejaksaan Agung dan dimintai keterangan selama 4 jam… ini merupakan suatu rangkaian gerbong ucapan Pak Harto.
Memang diuraikan secara gamblang tentang peranan Sri Roso serta kaki tangannya.
Begitu juga masalah RAPBN saya rasa bagaimanapun DPR kita akan manut saja… lha wong sejak dulu DPR kita tidak pernah mengtak-atik usulan yang diajukan oleh pihak Eksekutif.
Saya sangat miris dengan hal-hal yang demikian karena dengan statemen-statemen Pak Harto yang demikian telah menampilkan kekurang-arifannya… sehingga ucapan-ucapannya disalah artikan oleh anak buahnya sebagai sebuah perintah. Disanalah untuk kepentingan pribadi dan pada pertemuan LKMD se Indonesia di Aceh tanggal 13 Maret yang lalu Pak Harto berkata, “ Bila Pemilu besok ada Golongan Putih, ya silakan saja!”… tercermin dari ucapannya sikap overconfident dan bukan sikap seorang negarawan. Namun saya berharap gerbong itu tidak memakan korban lagi.
Terus… masalah mundurnya Amien Rais dari Dewan Pakar ICMI, menurut saya itu merupakan strategi Habibie guna menuju era Wapres. Kenapa saya berkata demikian, fakta.. Amien Rais dipindahkan ke Dewan Penasehat ICMI. Tujuannya… bila waktunya tiba Amien (bukan si Urdeng) akan dinaikkan ke Posisi Ketua ICMI, pertimbangannya Amien dianggap mampu dan pantas untuk mem-Back Up Habibie karena Amien orang Jogya (ini sangat menentukan), Amien punya banyak massa (Muhammadiyah) dan Amien bisa diterima semua pihak. Lawan Habibie sekarang adalah Harmoko, namun menurut insting saya… Harmoko akan tersandung karena kurang disukai ABRI dan juga orang-orang Pak Dharmono (Sudharmono) di DPP Golkar tidak loyal terhadap Harmoko.
Seperti yang BK lakukan, saya juga mengamati perkebangan menjelang Pasca Soeharto, tapi yang kurang pas karena lawan bicara saya disini kurang sepadan, disini orang lebih suka baca Koran lokal ketimbang Republika, Media Indonesia dan Kompas. Tetapi yang jelas BK meramal dengan betul dan menurut naluri militer saya, posisi Kang Mas Harto memang sedang rentan dalam artian akan terjadi riak-riak menjelang SU 98 dan tampil Putra Mahkota… sekarang saya melihat Kang Mas Harto betul-betul sudah tidak mampu lagi membuat kebijakan-kebijakan politik yang memuaskan rakyat banyak. Dan orang-orang di sekitarnya mulai menanamkan kuku untuk sedikit-demi sedikit menggeser Kang Mas Harto walaupun mereka akan terus berkedok mendukung Kang Mas Harto.
Untuk Pemilu besok pun saya melihat akan terjadi semacam gesekan-gesekan yang akibatnya sunggu luar biasa. Saya kira BK sebagai Calon Raja Ke-5 sudah harus bersiap-siap untuk menerima pengalihan kekuasaan tersebut.
Dan saya akan tidak membuat trik-trik atau move-move apapun sesuai petunjuk BK.

Wassalam,
Ttd
Bung Adi

Tuesday, October 9, 2012

Monopoli Kekuasaan


Suatu hari seorang teman berkata, “ buat apa waang memikirkan Negara ini, toh sudah ada pemerintah”. Teman itu tidak berpanjang lebar karena BK langsung menunjukkan wajah ketidaksetujuan akan pertanyaannya dan pernyataannya itu. Dia diam dan menunggu balasan dari BK, entah dia menyukai setiap BK bercerita tentang Negara atau karena sikap kritis dan oposan yang BK miliki… atau dia hanya sengaja memancing pembicaraan karena tidak ada kerjaan lain.
Dan disatu kesempatan lain, BK diberi gelar Pemikir Negara oleh seorang teman yang lain,… entah hanya sebagai gurau atau memang serius karena BK mampu memberikan alas an-alasan yang tepat atas pertanyaan-pertanyaannya. Kalau tidak kita-kita ini, siapa lagi yang akan memikirkan Negara? Pejabat?... mereka hanya berpikir bagaimana cara mamatah uang proyek, uang bantuan luar negeri, uang i-de-te, uang kesra dan lain-lain. Pokoknya uang yang bukan milik mereka, padahal gaji mereka sudah besar lho.
Terus… kalau kita berhenti memikirkan Negara ini satu jam saja sehari (di luar waktu tidur) maka akan tertundalah kemajuan bangsa ini selama 10 tahun! Selama ini yang terjadi seperti itu, Indonesia belum jugha menjadi Negara maju karena tidak ada yang memikirkannya, para petinggi Negara hanya m,ikir tentang posisi dan fasilitas, mahasiswa hanya mikir tentang intern kampus, dstnya, dstnya. Begitulah BK kalau bercerita soal Negara…. Tujuh hari tujuh malam ndak habis-habisnya.
Hari ini, kamis 7 Desember 1995 BK kembali merenung dan berpikir tentang Bangsa dan Negara Indonesia Indonesia ini. Seperti apa Indonesia nanti?
Saat ini BK berani keluarkan statemen… telah terjadi monopoli kekuasaan! Di setiap sisi kehidupan, apakah itu politik, ekonomi, social, pendidikan, keamanan maupun agama telah direngkuh ke dalam satu tangan pemegang kekuasaan, tangan Soeharto!
Setiap orang yang berada pada aspek kehidupan di atas tidak bisa berbuat sesua dengan apa yang diinginkannya. Bahkan untuk berbicara pun seseorang itu harus hati-hati, jangan sampai nyeleneh atau salah omong. Segalanya tergantung pada restu dan petunjuk dari atas. Dan setiap orang yang mencoba untuk membuat sesuatu hanya berdasarkan ide dan kemauan sendiri atau menolak petunjuk dari atas atau tidak mengantongi restu, maka dia akan tersingkir, diberhentikan, dipercepat pensiunnya, didubeskan, dicekal, direcall atau dijemput malam. Padiah memang, untuk bicara saja kita dibatasi.
Memang tidak aturan yang melarang untuk berbicara, berserikat dan berkumpul. Bahkan sebaliknya, untuk demonstrasi pun boleh… tetapi ada tetapinya lho,… harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tiga kata terakhir ini yang membuat kita-kita jadi bingung.. aturan yang mana lagi, nggak jelas. 
Kita dibolehkan bicara tetapi kalau bicara tentang political decay kita dijaring pasal subversif. Bikin organisasi boleh tetapi kalau bikin organisasi yang nggak dukung pemerintah izinnya nggak keluar. Berkumpul boleh tetapi kalau ngumpul untuk membahas kecurangan-kecuarang pemilu, kita dibubarkan. Demontrasi boleh tetapi kalau demo soal monopoli kekuasaan kita disemprot dengan gas air mata.
Lantas? Apa iya kita setiap bicara hanya meneriakkan kata-kata… setuju! Mendukung! Apa iya setiap demo topiknya hanya soal kriminalitas melulu, BK sedih kalau melihat Mahasiswa demo soal masalah intern di Kampus.
Mestinya bagaimana? Mbok ya dibikin aturan yang jelas dan tegas. Boleh bicara tetapi mempertanyakan dan mengkritik dilarang. Boleh berkumpul tetapi hanya untuk makan bersama, diskusi soal pembusukan politik diancam dengan hukuman penjara. Boleh demontrasi tetapi demo untuk mengutuk monopolim kekuasaan  akan ditembaki.  Nah kalau aturannya kaya’ gitu kan jelas. Keamanan pun  bisa bertindak tegas, yang ini boleh, yang itu tidak, begini boleh begitu tidak….. jelas ada batasan-batasannya. Itu usul dari BK.

Aur Atas, Bukittinggi – Sumatera Barat, 7 Desember 1995.

Dari kumpulan tulisan Kamaruddin
 dalam Buku : Bang Komar – Prediksi,
Khayalan, Pikiran dan Doa-doa

Frustasi Total


Pada saat ini, rakyat Indonesia berada pada titik jenuh. Rakyat jenuh dengan keadaan sekarang, rakyat menginginkan adanya perubahan, rakyat sudah bosan dengan status quo.
Setiap Pelita, rakyat selalu disuguhi dengan berita-berita pembangunan, kita membangun di sana, kita membangun di sebelah sana, di pelosok sana sudah kita bangun,… tetapi di sini dan di sekitar sini kita melihat cuma ada sedikit pembangunan dan perubahan. Setiap Pelita, rakyat selalu dihidangkan berita-berita damai, di sana aman, di sebelah sana sudah aman, di ujung sna tidak ada gejolak lagi. Padahal lewat media luar negeri kita mendengar bahwa di sana ada mayat tak dikenal bergeletakkan, di sebelah sana rakyat masih ijok, di ujung sana ada pembangkangan. Dan,.. disetiap Pelita kita diajarkan bahwa Negara ini demokrasinya sudah bagus, keadilan (hokum) juga telah oke, hak azasi manusia sudah terjamin. Tetapi kita masih saksikan koruptor bersileweran, kita masih sering melihat bahwa acara-acara pemilihan sudah ketahuan duluan siapa yang bakal terpilih, kita masih acok maliek oknum ABRI main tending dan main pukul seenaknya. Kita masih sering menonton rakyat kecil digusur traktor, serta setiap Pelita kita disuguhi bahwa Indonesia sudah maju, sudah diperhitungkan dalam kancah pergaulan internasional, Presiden kita disegani!
Padahal tadi malam, BK melihat siaran langsung CNN (02.20 WIB).. Pak Harto berpidato di depan Sidang Tahun Emas PBB,… sepertinya BK tidak melihat kebesaran seorang Presiden yang telah puluhan tahun memimpin sebuah Negara. Kayak seorang Ketua Kelas berpidato dalam rapat Osis saja, nggak ada gregetnya. Malahan BK lebih terpaku melihat Fidel Castro, stylishnya santai dan kharismatik! Semua yang digedung itu pun seakan terpukau… dan Bill Clinton pun sempat memperlihatkan wajah kena mental ketika disindir Castro.
Iya, setiap Pelita kita selalu disuapi dengan keberhasilan pembangunan padahal menurut BK itu adalah Pengkaburan Sejarah. Pengkaburan bahwa dibalik semua itu banyak kekurangan, banyak ketidak-berhasilan, banyak kegagalan sesungguhnya. Contoh kongkrit saja dari pengkaburan sejarah itu… anda tengok pada Uang Rp.50.000,-… di situ tertulis 25 Tahun Indonesia Membangun. Apa iya hanya baru 25 tahun kita membangun? Apa iya sebelum itu tidak ada pembanguna di Indonesia? Apa iya, Bung Karno tidak membangun apa-apa? Jadi… anda bisa teruskan sendiri.
Segala persoalan yang terjadi saat ini telah membuat Rakyat Frustasi! Banyak pertanyaan membuat rakyat yang tidak terjawab sehingga membuat rakyat berada pada titik jenuh! Mengapa para konglomerat begitu mudah berkolusi dengan petinggi (pejabat) Indonesia? Mengapa tanah-tanah ulayat dan tanah-tanah Pusaka Tinggi gampang digusur traktor? Hanya untuk waduk atau lapangan golf? Mengapa pengkhianat-pengkhianat bangsa dimaafkan sementara maling yang karena kelaparan terus digebuki? Mengapa praktek nepotisme terus mewabah? Dan seribu pertanyaan yang begitu menyesak di hati kita, dihati rakyat Indonesia. Dan seandainya kita menuntut lebih banyak lagi, bisa-bisa label kita berubah dari rakyat menjadi OTB (Organisasi Tanpa Bentuk).. atau lebih jelek lagi… Orang Tak Berbentuk.
Namun pada suatu saat, semua itu bisa mencapai titik kritis, titik jenuh alias Frustasi Total! Jenderal Tampubolon, Letnan Budi, Mayor Nunang adalah bukti bahwa frustasi total bisa menimbulkan ledakan, dan akan lebih berbahaya lagi jika frustasi total tersebut mewabah ke seluruh lapisan rakyat bawah. Bisa-bisa timbul people power yang akan meruntuhkan gedung-gedung departemen! Bersyukurlah bahwa bangsa Indonesia masih dikaruniai sifat pemaaf dan mikul duwur mendem jero, dank arena sifat tersebutlah bangsa ini tidak seperti Rumania, Philipina, Chili dan lain-lain sampai detik ini. Esok? BK tidak berani jamin.
Sekali lagi BK katakan…
Frustasi total bisa menimbulkan Ledakan! Bukan hanya jenderal, Letnan atau Mayor saja yang akan jadi korban, lebih dari itu bisa!

Aur Atas, Bukittinggi – Sumatera Barat, 29 Oktober 1995
Dari kumpulan tulisan Kamaruddin
 dalam Buku : Bang Komar – Prediksi,
Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.

Monday, October 8, 2012

Tanggapan Bang Komar Terhadap Kritikan


Setelah selesainya beberapa judul pada buku ini, Bang Komar langsung mengedarkannya secara diam-diam. Hanya orang-orang khusus yang dapat dan berkesempatan mebaca buku ini. Buku ini sementara memang belum untuk dicetak karena belum siap secara keseluruhan dan memang tidak akan siap karena akan terus bertambah tebal seiring perkembangan zaman. Tetapi walaupun begitu ternyata buku ini cukup mendapatkan sambutan positif dari banyak pembaca dan ada yang mendesak Bang Komar agar buku ini segara diperbanyak (dicetak) dan diedarkan. Di antara para pembaca ada yang berasal dari kalangan Mahasiswa (mayoritas, Siswa dan beberapa orang tua generasi dua zaman.  Dari para pemcara tersebut, Bang Komar langsung menerima masukan-masukan ataupun kritik-kritik dan komentar-komentar.
Dari kalangan orang tua umumnya menganggap buku ini berbahaya dan mengatakan separo dari Bang Komar telah berada di Penjara, bahkan yang memegang buku ini pun mendapat peringatan keras agar hati-hati!
Dari kalangan Mahasiswa menanggapi buku ini dengan cara Mahasiswanya. Mereka mengkritik dari segi muatan yang terkandung dan juga gaya bahasanya. Khusus Sdr. Rusdi Rusli (BK sendiri tidak kenal dan belum pernah bertemu dengan Rusdi Rusli) yang memberikan kritikan tertulis karena Rusdi Rusli menerima buku ini melalui perantara mengirimkan catatan tertulis yang cukup lengkap.
Pada dasarnya Bang Komar memahami semua kritikan tersebut sesuai kapasitas orangnya. Tetapi ada hal yang tidak diketahui pembaca mengenai ikhwal buku ini dari beberapa sisi.
Pertama, Bang Komar menulis buku ini didasari oleh kesukaan berprediksi, berkhayal, berpikir dan berdoa mengenai hal-hal yang tertulis dalam buku ini. Setiap melakukan hal tersebut, Bang Komar menulisnya pada lembaran-lembaran kertas dan catatan-catatan tersebutlah yang Bang Komar pindahkan ke dalam buku ini.
Kedua, Bang Komar menulis buku ini bukanlah untuk mendiskreditkan seseorang atau suatu kelompok, dan juga bukan untuk membikin chaos dalam Negara, itu terlalu jauh dari pemikiran dan kemampuan Bang Komar. Tidak lain tujuan Bang Komar adalah menunjukan Rasa Cinta Tanah Air yang ada pada diri Bang Komar. Menyumbangkan apa yang ada di benak Bang Komar terhadap siapa saja. Membuktikan bahwa Bang Komar juga memikirkan hal lain di luar diri sendiri serta untuk kenangan dari Bang Komar.
Ketiga, mengenai isi buku ini tidak melulu sebagai cerita yang mempunyai alur menyambung (seperti yang dikritisi Rusdi Rusli) karena Bang Komar bukanlah mengarang cerita dalam arti sesungguhnya yang mesti mempunyai alur. Kadang-kadang Bang Komar bercerita soal politik, social, sejarah… dan apa saja bahkan mungkin juga soal diri Bang Komar sendiri.
Keempat, Bang Komar memakai bahasa memang seenak perut Bang Komar sendiri, jadi jangan heran kalau banyak kejanggalan dari segi bahasa.
Wassalam

Bukittinggi – Sumatera Barat, 27 Oktober 1995

Catatan Kecil Buat Bang Komar


Oleh : Rudi Rusli (Aktivis/Mahasiswa Unand Padang)

Pertama, perlu saya sampaikan suatu penghargaan buat Bang Komar yang telah menyatakan rasa kebangsaannya (baca:nasionalisme) dengan menegaskan sikap oppurtunitas taken for granted. Semua yang tertulis dalam karangan ini menunjukkan atau membuktikan sampai seberapa dalam refleksi yang dilakukan Bang Komar tentang Nasionalisme yang menggelegak dalam dirinya.
Paling tidak ada 6 (enam) kerangka atau bisa disebut babak dalam cerita Bang Komar ini : Pertama, Pengantar yang menjelaskan maksud penulisan karangan fiktif ini. Ada muatan pemberontakan dan nasionalisme kiri namun ada pula bau-bau anarkis dalam dua bait terakhir : Saya adalah Raja yang Diktator pada diri saya, begitulah Bang Komar punya prinsip. Dari sini, Bang Komar bisa-bisa di-cap individualistis. Namun dalam suatu takaran tertentu sikap individualistis memang perlu, tanpa memunafikan lingkungan social. Tetapi saya menangkap bahwa kalimat tersebut adalah suatu motivasi atau modal dasar dari Sang Pengarang untuk bisa  kreatif, bisa percaya diri dalam menguras ide-ide yang ada di rongga kepalanya. Inilah yang membuat Bang Komar menyampaikan Salam Merdeka.
Kedua, suatu refleksi terhadap usia Setengah Abad Indonesia. Dalam babak ini Bang Komar menanyakan banyak hal yang actual, setelah melandasinya dengan Sejarah Masa Lalu Bangsa Indonesia yang terjajah. Ini tentu menunjukkan betapa concern-nya Bang Komar dengan masalah-masalah sosial. Ia (Bang Komar) tidak lagi bicara tentang dirinya sendiri walau masih ada beberapa kalimat ketakutan akan pertanyaan-pertanyaan itu sendiri yang bisa diartikan Subversif, PKI, Nggak Pancasilais. Ketakutan yang saya rasa masih banyak diidap oleh masyarakat Indonesia umumnya.
Ketiga, Babak Empati terhadap perasaan Soeharto (ditulis Pak Harto karena kita kan masih paternalistis) sebagai Presiden 30 tahunan. Di sini hati kecil Pak Harto seperti menyesalkan dan meragukan banyakhal; tentang kecintaan rakyat padanya, tentang seharusnya ia sudah minta pensiun sekian tahun yang lalu atau kematiannya yang bisa jadi menggembirakan banyak orang.
Keempat, yang bicara kali ini adalah Saya sebagai Calon Raja ke-5. Keseluruhan ia mencemaskan Suksesi yang akan mengalami masa-masa kritis seperti pertumpahan darah. Kelima, cerita meloncat ke Tahun 2035 dengan ambisi untuk merekaysa sejarah, dimana terjadi pertemuan antar generasi, antara Bung Karno, Pak Harto, Try Sutrisno, Raja IV dan Raja V. Suasana dibangun seperti suatu Rapat Dengar Pendapat dimana Raja V bertindak sebagai pengundang dan moderator. Pada bagian ini kita bisa melihat kelihaian Bang Komar mempermainkan sejarah dengan tetap berdasar pada Pakem Sejarah yang ada, sampai pada perkiraan spekulatif tentang Try Sutrisno sebagai pengganti Soeharto dan bagaimana Indonesia dimasa pemerintahaannya. Proporsi pembicaraan yang paling banyak adalah menyorot tentang Soeharto, tentang rasa ingin-nya yang keterusan menjadi ketagihan sampai 30 tahun jadi Presiden tetapi dibantah Pak Harto dengan alas an kehendak rakyat. Kemudian pembicaraan ditutup dengan pernyataan Pk Harto bahwa banyak rahasia yang mesti ditutup-tutupi sepanjang Orde Baru pada rakyat dan pers.
Keenam, ini adalah babak puisi yang berjudul Doa Buat Bangsaku…
Dari enam kerangka yang saya perhatikan di atas, apa yang dapat saya rasakan?
Saya merasakan kegelisahan anak bangsa seperti Bang Komar sebagaimana saya rasakan juga. Namun kita tidak bicara soal itu, kita bicara bagaimana seorang penulis (Bang Komar) mengungkapkan ragam-ragam corak penyampaian yang dikemas dalam suatu cerita : Bang Komar Perdiksi, Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.
Keragaman tersebut terletak dalam suatu garis horizontal dimana ada titik-titik sejarah masa lalu, sekarang dan khayalan. Disatu sisi mencuatkan kemerdekaan dimana cerita ini mampu menyelinap ke balik sejarah formal (seperti yang ada di buku) atau pun sejarah yang diduga-duga mengenai perasaan seseorang tokoh dimasa lalu dan tentang apa yang akan terjadi nantinya dengan tokoh lainnya. Namun disisi lain juga menyiratkan keprematuran dimana tidak adanya alur cerita yang menambung, baik karena sudut cerita yang sering ditendesikan pada sudut tertentu sehingga jelas Pak Harto menjadi orang yang tersudut. Tetapi paling tidak, tulisan ini bisa menjadi alternatif bagi yang suka membaca.
Padang – Sumatera Barat, 15 Oktober 1995

U-U-Pe Kate-Kate


Undang-Undang Pokok Kampungku Tahun Ke Tahun

Pembukaan Mukadimah dan Preambule tidak penting

Satu,
Kampungku adalah kampungan yang berbentuk jahiliyah

Dua,
Kekuasaan tertinggi berada ditanganku dan dijalankan sepenuhnya oleh keluarga dan kerabatku

Tiga,
Kepala Kampung adalah orang kampung asli yang dipilih sekali dan tidak perlu diganti

Empat,
Tanah Nagari, Tanah Ulayat dan Tanah Pusaka Tinggi dikuasai dan dipergunakan sepenuhnya untuk kemakmuran sanak familiku

Lima,
Pengemis dan peminta-minta akan tetap dipelihara dan dilestarikan

Penutup,
Diundangkan dimana saja, ditetapkan dan disahkan oleh siapa saja yang merasakannya


Belakang LP – Bukittinggi, 1 Desember 1994
Dari kumpulan tulisan Kamaruddin dalam Buku : Bang Komar – Prediksi, Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.

Sunday, October 7, 2012

Upah Minimum dan Pelanggaran HAM


Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ternyata secara substansi tidak responsif dengan apa yang disuarakan para pekerja/buruh maupun serikat pekerja/serikat buruh disetiap aksi demo atau mogok kerjanya, yaitu masalah upah.
Permasalahan atau konflik yang muncul antara pengusaha dengan pekerja/buruh sejak zaman kolonial hingga sekarang adalah didorong oleh masalah upah. Pemberlakuan aturan mengenai upah saat ini didasarkan pada Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), ironisnya Upah Minimum (UM) yang berlaku di Negara kita saat ini adalah 80% dari KHM!. Idelanya UM paling tidak sama dengan dengan KHM karena dengan demikian kondisi fisik dan psikis pekerja/buruh mencukupi untuk bisa produktif. Adalah sangat tidak mungkin memacu produktifitas pekerja/buruh kalau KHM-nya tidak terpenuhi. Kondisi seperti itu menciptakan ketidak-tenangan bekerja sehingga menimbulkan suasana yang tidak kondusif untuk penanaman modal atau membuat investor enggan masuk Negara kita.
Pemberlakuan UM disatu sisi dianggap tidak adil karena tidak membedakan antara perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang dianggap elite dengan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) apalagi dengan perusahaan sekelas Industri Rumah Tangga, atau antara perusahaan padal modal dengan perusahaan padat karya. Juga tidak ada ketentuan yang mengatur perbedaaan upah Cleaning Service dengan Direktur, sebagai contoh banyak perusahaan yang CS-nya bergaji sekitar Rp.1.000.000,- tetapi Direkturnya 100 kali lebih besar.
Setiap akhir tahun menjelang penetapan UM selalu bermunculan aksi demonstrasi oleh Pekerja/Buruh yang menuntut kenaikan UM yang lebih besar dengan alasan untuk mencukupi biaya hidup yang makin meningkat setiap tahunnya, dari pihak pengusaha melalui asosiasinya selalu berkelit dengan alasan tidak mungkin menaikan upah jauh di atas pertumbuhan ekonomi dan suku bunga pinjaman Bank.
Dalam UU Ketenagakerjaan pada Pasal 88 ayat (1),” setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghiduan yang layak bagi kemanusiaan”. Ayat (2), “untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghasilan yang layak bagi kemanusiaan tersebut, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. Pemerintah menetapkan UM berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya pada Pasal 89 dinyatakan,”UM diarahkan kepada pecapaian kebutuhan hidup layak dan ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
Sampai saat ini kenyataannya UM yang ditetapkan Gubernur, Bupati/Walikota setiap tahun selalu di bawah jumlah nilai kebutuhan yang layak. Pada sisi ini bisa dikatakan telah terjadi Pelanggaran Hak-hak Buruh bahkan telah terjadi Pelanggaran Hak Azasi Manusia. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, bahwa setiap warga Negara berhak atas penghidupan dan pekerjaan yang layak. Begitu pula diatur dalam UU nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia yang menegaskan bahwa pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang. Setiap orang, baik pria maupun wanita dalam melakukan pekerjaan yang sepadan dengan martabat kemanusiannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.
Membicarakan nasib pekerja/buruh tidak semata berbicara aturan yang normatif, tetapi tidak terlepas dari masalah moral. Kalau hanya berpegang pada aturan normatif maka nasib pekerja/buruh tidak berbeda dengan nasib domba yang digembalakan yang suatu saat akan dikorbankan pemiliknya.
Pengusaha dengan kesepakatan, persetujuan atau se-izin penguasa menjelma menjadi anjing serigala yang ganas, ketika mereka merasa rugi maka opsi pertama yang diambil adalah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),pengurangan jumlah pekerja/buruh yang dibungkus dengan alasan efisiensi, rasionalisasi, restrukrisasi, relokasi, take over dan lain sebagainya.
Karena Negara kita adalah Negara hokum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia serta menjamin setiap hak warganya, hendaknya permasalahan upah ini perlu dikritisi semua pihak. Apalagi Organisasi Buruh Internasional juga telah mengungkapkan data bahwa setiap tahun lebih 2,2 juta pekerja/buruh meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Dan salah satu cara atau upaya yang bisa dilakukan adalah mem-PTUN-kan setiap surat keputusan Gubernur, Bupati/Walikota yang menetapkan UM lebih kecil dari kebutuhan hidup yang layak.

Dimuat di rubrik Opini “Harian Haluan”, Selasa 1 Mei 2007

Wednesday, October 3, 2012

Jose Mujica Presiden Uruguay Termiskin dan Dermawan di Dunia


Biasanya seorang presiden umumnya hidup enak dan nikmat dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang diberikan. 

Namun presiden yang satu ini berbeda dari biasanya presiden yang ada. Dia mendapat sebuah julukan dari rakyatnya sebagai 'presiden paling miskin di dunia'.

Presiden Uruguay Jose Mujica dijuluki sebagai “el presidente mas pobre” yang berarti presiden termiskin. Ini disebabkan karena presiden yang berusia 77 tahun tersebut menyumbangkan hampir seluruh gajinya sebagai orang nomer satu untuk rakyat.

Dia mengakui kepada surat kabar berbahasa Spanyol, El Mundo, sebagian besar gajinya sebagai presiden disumbangkan untuk amal. Sebab itu, banyak orang menyebut dia presiden paling dermawan dan presiden termiskin di dunia.

Surat kabar the Lookout melaporkan, Kamis (20/9), Jose Mujica mengungkapkan hanya mengambil Rp 11.931.250 dari gaji Rp 119.312.500 per bulan, sisanya untuk amal. "Saya merasa cukup dengan gaji sebesar itu. Saya harus melakukan ini karena masih banyak warga Uruguay hidup kekurangan," kata Mujica.

Presiden-Jose-Mujica-Termiskin_3
Presiden-Jose-Mujica-Termiskin_2
Presiden-Jose-Mujica-Termiskin_5
Presiden-Jose-Mujica-Termiskin_4Istri Mujica seorang senator, juga menyumbangkan sebagian gajinya. Mujica dan istrinya tinggal di sebuah desa di pinggiran Ibu Kota Montevideo. Bukan di istana seperti kepala negara pada umumnya.

Pengeluaran terbesar Mujica hingga saat ini adalah mobil Volkswagen Beetle (VW kodok) seharga Rp 18.594.200. Dia menolak memakai mobil dinas.

Apa yang dilakukan Mujica ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Mujica adalah mantan pejuang yang terpilih pada pemilihan umum 2010. Mujica mengaku tidak memiliki rekening bank dan utang.


Tidak berlebihan jika Presiden Jose Mujica pantas untuk dicontoh oleh semua pemimpin di dunia ini, berjuang semata untuk kepentingan rakyat.


Sumber :http://laurencius1.blogspot.com/2012/09/foto-jose-mujica-presiden-uruguay.html

Tuesday, October 2, 2012

Indonesia Menjelang Tahun 2000



Dari “kacamata politik” saya Indonesia saat ini berada dalam kondisi krotis! Gawat dan berbahaya! Bisa-bisa mengerikan!
Saya sebagai salah seorang “Pewaris Tahta Kerajaan Nusantara” berdo-a, semoga suksesi dari Baginda Soeharto ke Presiden ke-3 tidak diawali dan diiringi pertumpahan darah! Saya nggak ingin negeri ini = Philipina. Saya ingin dan berharap sangat suksesi berjalan dengan aman dan damai. Kalaupun “tahta” itu tidak jatuh ketangan “Putra Mahkota” hendaknya itu juga berlangsung dengan konstitusional.
Saya memang sangat mencemaskan kondisi sekarang, sebab kalau Negara ini ribut, saya jadi malu dan kagak bakalan jadi Raja.
Kuncinya! Saat ini berada di tangan Baginda, ditangan Soeharto, kunci untuk baik dan buruk Negara ini. Saya harapkan kunci tersebut harus sudah diserahkan pada waktu dekat ini, tahun 1997! Jangan sampai ditunda pada waktu Pemilu 2002, sebab bisa jadi sebelum tahun 2002 para “Pewaris Tahta” akan berusaha merebutnya, apalagi kalau Baginda Harto sudah The End di tengah jalan! Saya mencemaskan kesehatan dan uzurnya Tuan Harto…

(Catatan : BK persembahkan tulisan ini buat Pak Harto yang akan berulang tahun)

Aur Atas – Bukittinggi, 5 Juni 1995


Dari kumpulan tulisan Kamaruddin dalam Buku : Bang Komar – Prediksi, Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.

Lamunan Pak Harto


Setelah sekian tahun menguasai Republik Indonesia ini, ada rasa was-was dihatiku. Saya begitu lama jadi orang nomor satu, 5 kali dipilih jadi Presiden! Separo dari usia kemerdekaan Indonesia berada dalam genggamanku! Hebat atau keterlaluan ya.
Sekarang setelah sekian banyak yang saya bangun hingga saya dijuluki Bapak Pembangunan, masih saja ada rakyat Indonesia yang mencibir saya ketika saya berpidato!
Andai Indonesia ini tetap ditangan Bung Karno pada tahun 70-an atau di tangan Bung Hatta atau Nasution atau di tangan Sumitro atau ditangan Ali Sadikin, apakah Indonesia akan seperti ini? Apakah Indonesia yang kita cintai ini akan lebih baik dari keadaan sekarang?
Ah, mungkin rakyat sudah bosan atau bahkan muak kepadaku karena terlalu lama jadi Kepala Negar, mungkin ya…, iya seharusnya saya nggak jadi Presiden lagi ketika Pemilu 1982, seharusnya saya menolak ketika dicalonkan pada Pemilu 1987, seyogyanya saya minta pensiun jadi Presiden ketika Pemilu tahun 1992!.
Seharusnya hari ini saya bisa menikmati masa tua dengan canda cucu-cucu dan cicit-cicitku. Hari ini harusnya saya Cuma menonton pertarungan ekonomi dan persaingan politik anak-anak saya dengan para pesaingnya. Harusnya saya nggak ikut campur lagi urusan keduniawian.
Oh My God, kelewat banyak yang melintas dibenakku. Tuhan, saya ingin mati sebagai seorang manusia biasa, saya tidak ingin kematian saya merupakan kehidupan bagi rakyat Indonesia. Saya ndak ingin rakyat bersyukur atas kematian saya, saya ingin setelah kematian saya tidak terjadi kekacauan dan pertumpahan darah di negeriku ini. Amin!

Aur Atas – Bukittinggi, 31 Mei 1995



Dari kumpulan tulisan Kamaruddin dalam Buku : Bang Komar – Prediksi, Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.