Tuesday, September 27, 2016

Wow! Cabai Termahal di Dunia Dijual Seharga Lebih dari Rp 300 Juta per Kilogram!

Wow! Cabai Termahal di Dunia Dijual Seharga Lebih dari Rp 300 Juta per Kilogram!Foto: Ruptly/Thehotpepper
Ternyata ada cabai yang harganya selangit. Cabai bernama Charapita ini hargaya bisa capai Rp 300 juta per kg! 

Charapita merupakan cabai kuning berbentuk bulat kecil yang berasal dari wilayah utara Peru. Cabai ini disebut-sebut sebagai cabai termahal di dunia. 

Belum lama ini petani dari desa Frauenkirchen, Austria telah memanen Charapita. Harga untuk satu kilogram cabai Peru tersebut mulai dari 23.000 Euro (Rp 337,5 juta), lapor Asia One (23/09). 

"Dibandingkan dengan rempah-rempah lainnya, ini sangat sangat pedas. Tidak direkomendasikan mencicipi atau memakan cabai (Charapita) dalam keadaan segar. Namun ketika sudah bentuk kering, ini memberikan rasa ringan dan pedas, contohnya dalam sup ayam. Anak-anak pun bahkan bisa mengonsumsinya," jelas petani Priska Stekovicz. 

Ia menambahkan bahwa Charapita termasuk jenis cabai yang unik. Sebab memerlukan iklim yang sangat panas dan banyak cinta untuk tumbuh. 

Erich Stekovicz, suami Priska yang juga seorang petani, memberi penjelasan lebih lanjut mengenai Charapita. 

"Kami menemukan bahwa ini merupakan ibu dari cabai (mother of chilli) dan hanya tumbuh di alam liar, di hutan dekat dengan pepohonan. Cabai ini bersama saffron dan vanilla, termasuk rempah paling mahal di dunia," ujar Erich. 

Charapita sendiri masih cukup baru di pasar Eropa. Tetapi sudah meraih peningkatan popularitas karena dikenal punya rasa menarik dan luar biasa bagi chef-chef restoran kelas atas.(odi/msa)

sumber : http://food.detik.com/read/2016/09/27/055827/3307407/297/wow-cabai-termahal-di-dunia-dijual-seharga-lebih-dari-rp-300-juta-per-kilogram

Wednesday, September 7, 2016

Maninjau, Very Lovely Lake !


Danau Maninjau berada di "Ikua Darek Kapalo Rantau" tepat di jantung Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Terletak di ketinggian kurang lebih 460 meter diatas permukaan laut, danau ini membentang seluas 100 km persegi dengan kedalaman rata-rata 105 meter. Dengan luasnya tersebut, Maninjau menjadi danau terluas kesebelas di Indonesia.
Menurut sejarahnya, danau ini terbentuk akibat erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau yang terjadi kurang lebih 52.000 tahun yang lalu. Kaldera yang terbentuk sedemikian luas kemudian berkembang menjadi sebuah danau. Hal ini sama seperti yang terjadi pada Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Batur di Bali.
Di luar kacamata keilmuan, terdapat sebuah legenda yang berkembang secara turun

temurun dikalangan masyarakat setempat mengenai asal muasal dari danau ini. Legenda ini dikenal orang sebagai 'Bujang Sambilan' (Sembilan Laki-laki), yang menceritakan kisah 10 bersaudara kakak beradik yang terdiri dari 9 orang bujang dan seorang gadis. 
Alkisah sang gadis yang bernama Puti Rasani menjalin kasih dengan pemuda bernama Sigiran, tetapi kisah cinta berujung dengan munculnya fitnah dari Bujang Sambilan. Dan nama-nama dalam legenda itu konon merupakan asal-muasal nama-nama daerah di sekeliling Danau Maninjau seperti Sigiran, Tanjung Sani, Sungai Batang, Malintang dan lain-lain.
Jika ingin melihat keindahan Danau Maninjau pandanglah dari jauh. Banyak spot untuk menikmati pesona Danau Maninjau... dari Puncak Lawang, dari Ambun Tanai, dari Ambun Pagi, dari Kelok-kelok, atau dari Bukik Sakura.
Keindahan Danau Maninjau jauh lebih memukau dibandingkan view di Puncak - Bogor atau Danau Toba di Sumatera Utara.
Keindahan Maninjau bukan hanya di siang hari. Malam hari Maninjau juga sangat mempesona.
Kita bagai memandang hiasan cahaya yang melingkar mengelilingi danau.
Ketika kita betada di tepi, lampu-lampu keramba bererlap kerlip cahaya laksana bintang yang bersenandung menemani Danau Maninjau. Tenang, sepi....damai…tidak ada riak....diam...seakan danaupun beristirahat melepas penat. Pesona Maninjau mampu membuat kita lupa pesona yang lainnya. Sehingga suatu saat Presiden Soekarno pernah berkata” “Jangan Datang Ke Ranah Minang, Kalau Tak Mampir Ke Maninjau”. 
Tapi, dibalik pesona itu ada yang berubah pada Danau Maninjau. Dia bukan lagi jadi "tapian tampek mandi" masyarakat, bukan lagi dianggap sebagai "sumber vitamin" sehingga banyak Anak Danau yang menjadi Tokoh Berpengaruh di Negeri ini. Maninjau bukan lagi jadi "very lovely lake" bagi turis manca negara. Semua itu karna air danau Maninjau yang tidak lagi bersih dan baunya yang menyengat hidung. Bangkai-bangkai ikan seringkali mengapung menyebarkan bau busuk. Ikan-ikan pada mati, entah karena "Tubo Belerang", entah karena terlalu banyaknya keramba.
 Tidak salah Sutan Rajo Angek tokoh cerita karya Yus Dt. Perpatiah asal Sungai Batang
Maninjau mengatakan, "Maninjau tu rancak dicaliak dari jauah, rancak jika dicaliak dari Ambun Pagi, atau dari Puncak Lawang". Karena ketika didekati Indah itu hilang seketika.
Kita tentu berharap Maninjau kembali menjadi Tapian Tampek Mandi, very lovely lake...indahnya bukan hanya dilihat dari jauh tetapi juga dirasakan dari dekat.  Dan bukan pula berujung pada fitnah seperti ujung cerita legenda Bujang Sambilan.  Semoga.

*dari berbagai sumber