
Menurut sejarahnya, danau ini terbentuk akibat erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau yang terjadi kurang lebih 52.000 tahun yang lalu. Kaldera yang terbentuk sedemikian luas kemudian berkembang menjadi sebuah danau. Hal ini sama seperti yang terjadi pada Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Batur di Bali.
Di luar kacamata keilmuan, terdapat sebuah legenda yang berkembang secara turun
temurun dikalangan masyarakat setempat mengenai asal muasal dari danau ini. Legenda ini dikenal orang sebagai 'Bujang Sambilan' (Sembilan Laki-laki), yang menceritakan kisah 10 bersaudara kakak beradik yang terdiri dari 9 orang bujang dan seorang gadis.

Jika
ingin melihat keindahan Danau Maninjau pandanglah dari jauh. Banyak spot untuk
menikmati pesona Danau Maninjau... dari Puncak Lawang, dari Ambun Tanai, dari
Ambun Pagi, dari Kelok-kelok, atau dari Bukik Sakura.

Keindahan
Maninjau bukan hanya di siang hari. Malam hari Maninjau juga sangat mempesona.
Kita bagai memandang hiasan cahaya yang melingkar mengelilingi danau.
Kita bagai memandang hiasan cahaya yang melingkar mengelilingi danau.
Ketika
kita betada di tepi, lampu-lampu keramba bererlap kerlip cahaya laksana bintang
yang bersenandung menemani Danau Maninjau. Tenang, sepi....damai…tidak ada
riak....diam...seakan danaupun beristirahat melepas penat. Pesona Maninjau
mampu membuat kita lupa pesona yang lainnya. Sehingga suatu saat Presiden
Soekarno pernah berkata” “Jangan Datang Ke Ranah Minang,
Kalau Tak Mampir Ke Maninjau”.


Maninjau mengatakan, "Maninjau tu rancak dicaliak dari jauah, rancak jika dicaliak dari Ambun Pagi, atau dari Puncak Lawang". Karena ketika didekati Indah itu hilang seketika.
Kita
tentu berharap Maninjau kembali menjadi Tapian Tampek Mandi, very lovely
lake...indahnya bukan hanya dilihat dari jauh tetapi juga dirasakan dari dekat.
Dan bukan pula berujung pada fitnah
seperti ujung cerita legenda Bujang Sambilan. Semoga.
*dari berbagai sumber
*dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment