Pemilihan Gubernur Sumatera Barat itu laksana
"Mencari Harapan" baru. Mencari harapan pengganti harapan yang
sebelumnya diberikan kepada Irwan Prayitno. Harapan yang harusnya lebih besar
dari apa yang diharapkan dan telah diberikan Irwan Prayitno.
Pada Pemilihan Gubernur tahun 2010, Irwan
Prayitno bersama pasangannya lebih dipercaya masyarakat untuk bisa memberikan
harapan dibandingkan 4 kandidat lainnya. 650 ribu atau 33% pemilih mempercayai
Irwan Prayitno mampu memberikan dan akan memenuhi harapan.
Lima tahun kemudian, Irwan Prayitno kembali
memenangi suara rakyat, 1,2 juta atau
57% suara menjatuhkan pilihan kepadanya. Secara prosentase Irwan Prayitno
memang belum mampu menjadi atau memenuhi harapan mayoritas (2/3) rakyatnya jika
indikator nya hasil pilkada.
Seharusnya jika memang dianggap berhasil maka
pada pilkada periode keduanya para
petahana itu mampu merebut mayoritas (2/3) suara pemilih. Keberhasilan
mendapatkan dukungan dua per tiga rakyat bahkan lebih adalah bukti
bahwa petahana itu masih menjadi harapan.
Hal itu telah dibuktikan banyak Petahana
seperti Jokowi di Solo (91%), Tri Rismaharini di Surabaya (86%), Abdulah Azwar
Anas di Banyuwangi (89%), Nurdin Abdullah di Bantaeng (80%), Samanhudi Azwar di
Blitar (93%) dan lainnya.
Berkaca dari hal itu maka mengukur para petahana (Bupati/Walikota) yang
ingin naik kelas menjadi Gubernur, bisa kita lihat rekam jejaknya. Mereka yang rata-rata adalah Bupati/Walikota yang sudah menjabat di
periode kedua bisa dilihat "lakek tangan"nya. Apa yang telah mereka
perbuat selama jadi Bupati/Walikota? Bagaimana pelayanan pendidikan dan
pelayanan kesehatan di daerahnya?