Showing posts with label Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Tokoh. Show all posts

Friday, May 25, 2018

Rismah Bersujud Dihadapan Rakyatnya


Banyak pemimpin hebat di negeri ini yang kehadirannya selalu menginspirasi dan bekerja untuk kepentingan rakyatnya. Kehebatan para pemimpin itu diyakini sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad, yang menjadi pemimpin untuk melayani umatnya. Kisah-kisah Nabi itulah yang menjadi rujukan para pemimpin kita saat ini.
Banyak kisah tentang Rasulullah yang menceritakan betapa beliau sangat rendah hati, menghormati dan melayani umatnya. Umar bin Abdul Azis pun ketika diangkat menjadi Kalifah sangat menauladani sikap Muhammad. Padahal Umar itu mewarisi kekuasaan dan kemewahan. Setelah diangkat menjadi Kalifah, rakyat masih memperlakukan dan menghormati beliau seperti seorang Raja, tetapi beliau menolak dan berkata, “Wahai sekalian manusia, jika kalian berdiri, saya pun berdiri. Jika kalian duduk, saya pun duduk. Manusia itu sebenarnya hanya berhak berdiri di hadapan Rabbul Alamin".
Seminggu yang lalu, hanya beberapa hari setelah Serangan Bom yang memguncang Surabaya, Wali Kota Surabaya - Tri Rismaharini mengumpulkan seluruh Takmir (pengurus) Mesjid di Surabaya. Acara yang diinisiasi Dinas Sosial itu bertujuan menyikapi serangan bom dua yang mencekam Surabaya dalam dua hari berturut-turut.
Ketika acara baru dimulai ada kejadian yang membuat semua orang terenyuh dan jadi sangat menyegani Bu Risma. Ada seorang peserta yang memprotes bunyi surat undangan; "Kenapa undangan ini berbunyi pembinaan takmir. Salah kami sebagai takmir apa? alangkah baiknya undangan itu berbunyi undangan silaturrahmi".
Melihat ada yang memprotes itu, reaksi yang Risma lakukan adalah diluar dugaan banyak orang, dia bersujud dihadapan peserta itu sembari berkata; "Saya mohon maaf, undangannya mendadak"
Walikota dua periode itu, benar-benar bersimpuh dilantai, bersujud dan meminta maaf dihadapan orang yang memprotesnya.
 Kejadian yang seketika itu menggambarkan betapa hebatnya beliau, mampu membuat dirinya menerima kritikan masyarakatnya sekaligus bersujud meminta maaf. Dan apa yang dilakukannya ternyata membuat orang melakukan protes itu menjadi pakewuh.
Kejadian itu mengingatkan kita ketika suatu saat di acara sebuah televisi beliau pernah mengatakan bahwa dalam setiap doanya, dia selalu berdoa untuk keselamatan dan kebaikan rakyatnya lebih dahulu sebelum doa untuk dirinya dan keluarganya.
Dan banyak "kontroversi" lain yang pernah dilakukannya. Yang kalau kita cermati memang mencerminkan seorang pemimpin yang mengutamakan dan melayani masyarakat.
Apakah itu pencitraan dan kepentingan politik? sepertinya tidak, karena dia sudah 2 periode jadi Walikota, dan proses Pemilihan Gubernur Jawa Timur sudah tutup buku.
Lagipula, tidak ada tanda-tanda bahwa dia adalah orang yang haus kekuasaan dan haus harta. Penampilanya sederhana, lebih terlihat sebagai emak-emak, bahkan sangat sederhana untuk jabatan Walikota sekelas Surabaya. Jilbabnya pun juga sangat sederhana jika dibandingan Airin Wako Tangsel. Di dalam mobil dinasnya selalu ada sapu, sekop, sepatu bot, layaknya petugas kebersihan.
Bersujudnya seorang Risma dihadapan rakyat yang menyalahkannya tidak akan bisa dilakukan hanya demi kepentingan politik ataupun demi pencitraan.
Itu juga tidak bisa semata-mata hanya karna kondisi disaat tertekan akibat teror bom dalam dua hari. Itu juga memerlukan kekuatan hati melebihi kekuatan atas godaan egoisme dan hawa nafsu, itu memerlukan kebeningan dan kerendahan hati yang sangat tulus. ***
Lubuk Basung, 23 Mei 2018-05-25
(Status FB)

Friday, November 11, 2016

Indra Piliang Bela Buya Syafii Maarif dan Alasan Mengapa Buya Syafii Ma’arif Terkesan Mati-Matian Bela Ahok

Perbedaan pendapat Syafii yang membuat banyak pro dan kontra, terutama di media sosial. Juga ada Surat Terbuka untuk Buya Syafii Maarif di salah satu media online beberapa waktu lalu. Politikus Indra J Piliang miris dengan perlakuan terhadap Syafii.
Berikut tulisan Indra J Piliang tersebut :

Sedih melihat Buya Sjafii Maarif diberlakukan spt ini. Beliau diketahui adalah oang yang tidak gila kuasa. Ditawari macam-macam, beliau tak mau. Keberpihakan Buya Sjafii Maarif terhadap pluralisme adalah bagian dari sejarah hidupnya. Ia sejak kecil tinggal dengan ibunya, hidup bersama eteknya. Sampai Buya Sjafii Maarif jadi tokoh nasional, kampungnya pun belum dialiri listrik. Hampir sama dengan kampung masa kecil saya, listrik ada tahun 2002.
Buya Sjafii Maarif terlambat masuk bangku kuliah, terlambat jadi Sarjana Muda, dll, karena membanting tulang sebagai anak rantau. Ia mekanik juga. Riwayat hidup Buya Sjafii Maarif tidak dibentuk lewat perkoncoan, percaloan, apalagi perbualan politik. Ia andalkan delapan kerat tulangnya. Ia tidak menghamba kepada konglomerat manapun. Ia lebih senang hidup sebagai seorang guru, seorang pendidik, seorang pecinta ilmu.
Apa setelah jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Sjafii Maarif lantas pindah jadi warga DKI Jkt? Apa terompahnya sering terlihat di pintu Istana?. Kesederhanaan Buya Sjafii Maarif ini mirip dengan alm Ketum DPP Partai Gerindra yang rumahnya tiris itu. Kesederhanaan angkringan ala Yogya. Apa Buya Sjafii Maarif punya rumah di area2 elite Jakarta? Apa Buya punya istri simpanan? Apa Buya naik mobil2 mewah? Apa tubuhnya penuh lemak?.
Meme2 yang dibuat untuk Buya Sjafii Maarif menurut saya sangat tidak pantas, tidak etis, amoral! Meme2 itu seperti serangan kaum thogut kepada orang2 yang berprinsip. Sudah berapa ratus anak2 muda negeri ini yang dapat beasiswa atas tandatangan & rekomendasi Buya Sjafii Maarif? Apa ia sosok orang2 loba & tamak?
Taburangsang juga saya dengan cara2 buruk dan jauh lebih busuk dari berjenis serangan terhadap Buya Sjafii Maarif. Mau saja diadu domba orangg2 tak berakalbudi!. Buya Sjafii Maarif hanya memberikan pendapatnya. Ia juga bukan tipikal saksi2 ahli yang dibayar ratusan juta di muka sidang2 sengketa pilkada!.
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terlihat kongkow2 di hotel2 mewah, dikawal orangg2 bersafari & perempuan2 berparfum menyengat hidung, bermewah2? Apa Buya Sjafii Maarif pernah terbaca muncul dalam iklan2 untuk bepergian ke tanah suci; dengan biaya mahal, kursi eksekutif, hotel bintang lima? Apa kaki Buya Sjafii Maarif terlihat jarang menyentuh tanah, dikawal dari satu forum ke forum lain, naik helikopter, dengan manajemen eksekutif?
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terdengar menentukan tarifnya, ketika diundang ceramah agama atau ilmu pengetahuan, di suatu tempat?. Apa Buya Sjafii Maarif dengan mudah menyimpan nomor2 telp para pejabat pusat dan daerah, lalu dengan mudah juga memenuhi undangan2 yang bukan tabligh ilmu?.
Sejak kapan berbeda pendapat adalah bagian dari upaya membunuh karakter seseorang, menyatakan kebencian, hingga menghina seseorang di negeri ini?
Tirulah sikap Buya HAMKA yngg sengit berdebat dengan Mangaradja Onggang Parlindungan tentang Tuanku Rao. Walau keduanya perang opini, mereka satu shaf!!Buya HAMKA & Mangaradja Onggang Parlindungan yg 'perang' dengan menulis buku tentang Tuanku Rao itu, sering terlihat sholat berdua di Mesjid Al Azhar!.
Tirulah Buya M Natsir (Masyumi) & IJ Kasimo (Partai Katolik) yang saling mengantar pulang, saling menggendong cucu, setelah debat di Konstituante".
Apa debat yang paling hebat pascakemerdekaan, selain soal azas negara Indonesia? Apa tokoh2nya saling menghasut setelah debat seru di mimbar?". Singa2 podium yang muncul dalam sidang2 Dewan Konstituante itu apa saling menebar isu insuniatif tentang lawan2 debat yang berbeda degannya?.
Jika almarhum Buya HAMKA masih hidup, saia yakin, beliau akan sangat resah dengan cara2 tidak beradab yang digerakkan untuk memusuhi Buya Sjafii Maarif. Buya Sjafii Maarif tidak punya laskar, tidak punya pasukan berani mati, tidak punya pengawal bersenjata. Ia tak akan membalas cacian orang2. Buya Sjafii Maarif tidak akan taburangsang, reaktif, dengan langsung melaporkan pihak2 yg membuat hinaan2 yang disebarkan jadi viral di medsos.
Berkacalah di cermin, lalu lihat wajah anda sendiri, sebelum dengan mudah memberi sinyal ke publik betapa anda lebih baik dari Buya Sjafii Maarif.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/10/ogf5j3330-indra-piliang-bela-buya-syafii-maarif

Dialog Anak-Anak Muda Muhammadiyah dengan Buya Syafii Maarif.

Di hari pahlawan ini beredar kabar akan ada demonstrasi di rumah Buya Syafii Maarif di Nogotirto Sleman. Saya dan kawan-kawan Pemuda Muhammadiyah lantas kesana. Buya Syafii Maarif adalah orang tua kami, menjaga Buya adalah prioritas kami. Setelah dzuhur kami kumpul di Masjid Nogotirto. Selang tidak berapa lama Buya muncul dari arah selatan, dibonceng sepeda motor. Buya habis beli nasi padang di pinggir jalan kampung.
Buya melihat kami di dalam masjid dan menyalami. Kami memperkenalkan diri dari AMM DIY, wajah Buya nampak berseri.
“Ayo kerumah saya,” ucap Buya. “Pak Haedar Nashir mau kesini, sebelum dia datang, kalian menemani saya,” tuturnya sambil jalan menuju rumahnya.
Kami lantas menuju rumah Buya yang letaknya di sebelah Masjid Nogotirto.
“Ayo apa yang mau kalian tanyakan,” tanya Buya.
“Kami nonton ILC, kenapa Buya melawan arus umat Islam tentang masalah Ahok?”
Ahok itu mulutnya memang tidak terkontrol, kasar. Ahok itu mana mengerti Agama, kesalahannya Ia masuk wilayah yang dia tidak pahami. Saya sudah nonton videonya berkali-kali. Saya paham bila berseberangan dengan mayoritas umat Islam. Sekarang proses pemeriksaan Ahok sudah berjalan. Kita lihat hasilnya. Saya ingat ajaran Kiai Amir Ma’sum dari Solo, mantan Pimpinan Majelis Tarjih, Untuk memahami Agama butuh hati yang jernih. Kalau tanpa hati yang jernih niscaya Al-Qur’an tidak tidak akan bersahabat dengan kita.
“Tapi Ahok didukung oleh sembilan Naga Buya?” kata teman saya
Saya setuju. Tapi fokus saya pada Ahok itu menistakan agama atau tidak, saya tidak mau masuk ranah politik. Soal Cina, saya sudah menulis di Koran Republika tentang bahaya Kuning di Republik ini. Saya mengkritik Jokowi yang terlalu pro pada Cina. Kalau saya membela Cina, tulisan itu tidak akan muncul di Koran Republika. KTP saya bukan Jakarta, saya tidak ada kepentingan politik membela Ahok, saya orang bebas. Saya mencintai republik ini 100% dan semua orang tahu.
“Bagaimana dengan sebagian anak-anak Muda Muhammadiyah yang bersebarangan dengan Buya, ada juga yang ikut demo 4 November 2016 kemarin di Jakarta?”
Saya dengar hari ini akan ada demo di rumah saya. Kalau ada yang demo kesini, saya ingin mengundang mereka, mengajak berdialog mereka. Yang tidak setuju tidak masalah. Kalau ingin ketemu dengan saya, akan saya ajak berdialog. Demo 4 November itu elegan, damai, walau terjadi sedikit kerusuhan.
Diskusi yang asyik ini selesai setelah Pak Haedar Nashir dan Pak Yunahar Ilyas tiba di rumah Buya Syafii Maarif.
Bagi kami anak-anak Muda Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif adalah orang tua kami. Kami akan menjaga Buya. Dari Buya kami diajarkan untuk belajar mensikapi perbedaan, diajarkan untuk tegar dalam berbeda pendapat. Perbedaan pendapat dengan seseorang jangan disikapi dengan kata-kata kotor, tetapi dengan dialog dari hati ke hati. Buya berpesan agar jangan sampai kebencian kita kepada suatu kaum, menjadikan kita tidak adil dalam bersikap.
Yogyakarta, 10 November 2016
Iwan Setiawan
Ketua Pemuda Muhammadiyah DIY
sumber :http://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2016/11/11/mengapa-buya-syafii-maarif-terkesan-mati-matian-bela-ahok-alasannya/

"Sekiranya saya telah membaca secara utuh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu yang menghebohkan itu, dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina al-Qur'an dan menghina ulama sehingga harus diproses secara hukum, semua berdasarkan Fatwa MUI yang tidak teliti itu, semestinya MUI sebagai lembaga menjaga martabatnya melalui fatwa-fatwa yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan bertanggung jawab, fatwa atau pandangan agama itu benar, shahih, jelas atau sama seperti apa yang disampaikan ahli agama, jadi jangan percaya sama orang.
Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pakai Surat Al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Perhatikan, apa terdapat penghinaan Al-Qur'an? Hanya otak sakit saja yang kesimpulan begitu, yang dikritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih dirinya, apakah kita mau mengorbankan kepentingan bangsa dan negara itu akibat fatwa yang tidak cermat itu? Atau apakah seorang Ahok begitu ditakuti di negeri ini, sehingga harus dilawan dengan demo besar-besaran? Jangan jadi manusia dan bangsa kerdil, untuk kepentingan klarfiikasi atas legalitas pendapat keagamaan atau fatwa tentang adanya dugaan kasus penistaan atau penistaan agama yang dilakukan oleh saudara petahana Basuki Purnama."

Ahmad Syafii Maarif
sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafii_Maarif

Wednesday, March 9, 2016

Siti Manggopoh, dan Jenderal Nasution pun Kagum padanya.

“Ya. Saya sangat menyesal karena tidak semua tentara Belanda di benteng Manggopoh dibantai. Saya menyesal karena hanya 53 yang terbunuh. Saya menyesal karena ada dua orang yang lolos dan mengadu kepada kalian sehingga Nagari kami diporak-poranda!”
Itulah yang diucapkan Siti Manggopoh ketika diinterogasi tentara Belanda, apakah dia menyesali perbuatannya menyerang markas pasukan Belanda di Manggopoh sehingga kemudian dicari-cari, ditahan dan diancam dengan hukuman gantung. Siti Manggopoh memimpin Perang Belasting di Nagari Manggopoh yang terletak di wilayah barat Kabupaten Agam, 100 KM dari Kota Padang dan 60 KM dari Bukittinggi (Siti Manggopoh dan Perang Belasting-Berdikarionline).
Siti Manggopoh atau Mandeh Siti memang tidak setenar Raden Ajeng Kartini yang telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional karena surat-suratnya diterbitkan menjadi buku berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) oleh Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda yang menjadi sahabat penanya. Tetapi kisahnya menjadi buah bibir turun temurun dan setiap tahun peristiwa Perang Manggopoh selalu diperingati Pemerintah Kabupaten Agam serta ada sebuah patung di Simpang Gudang Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam menggambarkan Siti Manggopoh sebagai sosok pemimpin bagak (pemberani).
Sewaktu menjadi menjadi Inspektur pada peringatan peristiwa Manggopoh di halaman Kantor Camat Lubuk Basung pada tahun 2015 yang lalu,  Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dalam sambutannya menyampaikan, peristiwa perang Manggopoh merupakan bentuk perlawanan orang Minang atas perilaku penjajah yang terjadi pada tahun 1908 itu.  “Peristiwa Manggopoh ini kita peringati karena keberanian pejuang untuk melawan Belanda. Selain di Manggopoh juga ada di Perang Kamang. Peristiwa itu bukan aksi biasa apalagi dipimpin seorang perempuan yang dikenal dengan panggilan Siti Manggopoh,”  Pada kesempatan tersebut masyarakat Agam, khususnya mengusulkan Siti Manggopoh dijadikan Pahlawan Na­sional, karena atas jasa-jasanya dalam mempertahankan hak atas tanah leluhurnya.
Pengusulan Siti Manggopoh menjadi pahlawan nasional telah berulang kali dilakukan, dan pada tahun ini Pemerintah Kabupaten Agam kembali mengusulkan tiga pejuang perang belasteng 1908 (Perang Kamang dan Perang Manggopoh) untuk dijadikan Pahlawan Nasional yaitu Siti Manggopoh, Abdul Manan dan Datuk Radjo Penghulu. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Agam akan melengkapi dokumen serta mengadakan Seminar Nasional guna memenuhi persyaratan pengusulan tersebut. Pada tanggal 11 November 2008, dalam rangka se-abad kebangkitan nasional, Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Sumatera Barat juga pernah mengadakan seminar Internasional yang bertemakan Perlawanan Anti-Belasting dan Gerakan Kemajuan di Sumatera Barat 1908-2008 di View Parai Resort Bukittinggi, Kab. Agam.
Terlepas dari persyaratan administrasi dan prosedural, Siti Manggopoh memenuhi semua unsur yang dipersyaratkan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.
Gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada seseorang yang telah meninggal dunia dan yang semasa hidupnya; pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa; tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara; pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat
dan martabat bangsa; memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan/atau melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
Kisah heroik Siti Manggopoh bermula ketika Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 21 Februari 1908 mengeluarkan aturan tentang penerapan pajak langsung atau yang dikenal dengan istilah Belasting di Sumatera Barat yang mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 1908. Belasting tersebut terdiri dari hoofd belasting (pajak kepala), inkomsten belasting (pajak pemasukan suatu barang/cukai), hedendisten (pajak rodi), landrente (pajak tanah), wins belasting (pajak kemenangan/keuntungan), meubels belasting (pajak rumah tangga), slach belasting (pajak penyembelihan), tabak belasting (pajak tembakau), dan adat huizen belasting (pajak rumah adat). Penerapan Pajak-pajak tersebut sontak menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat. Penolakan terhadap kebijakan pemerintah Belanda itu merebak diberbagai wilayah di Sumatera Barat. Belanda diangap telah melanggar kesepakatan yang dibuat 65 tahun silam yang tertuang dalam Plakat Panjang. Perlawanan terhadap penerapan pajak mulai memakan korban dengan terjadinya serangkaian perang yang kemudian dikenal dengan istilah perang pajak. Diantara perlawanan tersebut yang paling ternama adalah Perang Kamang dan Perang Manggopoh.
Siti Manggopoh yang waktu itu berusia sekitar 28 tahun melakukan perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan Tentara Kolonial Belanda. Pada tanggal 16 Juni 1908, tengah malam buta Siti Manggopoh memimpin 16 orang rekannya melakukan penyerbuan ke markas pasukan kavaleri Belanda di Ketinggian, wilayah antara Bukit Bunian Berpuncak Tujuh, jaraknya dua kilo meter dari Pasar Manggopoh. 53 dari 55 pasukan Belanda berhasil dibunuh oleh Siti Manggopoh bersama rekan-rekannya hanya dengan bersenjatan ruduih (golok) dan keris.
Atas kejadian tersebut, keesokan harinya bala bantuan tentara belanda didatangkan dari luar Lubuk Basung untuk mencari Siti Manggopoh. Setelah 17 hari dilakukan pencarian, akhirnya Siti Manggopoh dan suaminya menyerahkan diri kepada Belanda karena bumi hangus yang dilakukan terhadap Nagari Manggopoh. Belanda memasukkan Siti Manggopoh dan Suaminya Rasyid ke penjara secara terpisah. Siti Manggopoh dan Suaminya mendekam dipenjara selama 14 bulan di penjara di Lubuk Basung, 16 bulan di Pariaman dan 12 bulan di Padang. Selanjutnya, Rasyid divonis hukuman dibuang ke Menado dan meninggal di Tondano.
Setelah Republik ini merdeka pada tahun 1945, Siti Manggopoh dan kisahnya sempat terlupakan. Baru pada tahun 1957, orang mulai mengingat akan perjuangan heroik Siti Manggopoh. Pemerintah Sumatera Tengah yang beribukota di Bukittinggi mengirim satu tim ke Lubuk Basung dan memberikan bantuan ala kadarnya. Siti Manggopoh merasa senang. Bantuan yang ia terima dijadikannya sebagai modal untuk membuka warung kecil di depan rumahnya.
Pada tahun 1960, Kepala Staf Angkatan Darat Jend. Nasution mendengar cerita heroik perjuangan Siti Manggopoh. Ia sangat terharu sekali atas keperkasaan Siti Manggopoh. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke Manggopoh untuk menemui Siti Manggopoh. Ia mengalungkan selendang kepada Siti Manggopoh sebagai lambang kegigihan dan keberaniannya melawan penjajahan. Masyarakat Manggopoh jadi haru ketika Jend. Nasution membopong dan mencium wajah tua keriput itu. Pada tahun 1964, Menteri Sosial mengeluarkan Sk tertanggal 17 November 1964 No. Pal. 1379/64/P.K yang isinya menyatakan bahwa Siti Manggopoh berhak menerima tunjangan atas jasa kepahlawanannya sebesar Rp 850,-. Tetapi kabarnya hanya sekali saja Siti Manggopoh menerima tunjangan tersebut.
Gelar Pahlawan Nasional memang seharusnya (kembali) diberikan terhadap Siti Manggopoh, karena perjuangannya telah diakui Pemerintah melalui Jenderal Besar AH. Nasution pada tahun 1964 dan dengan SK Menteri Sosial tahun 1964 yang sekaligus memberikan tunjangan atas kepahlawanannya.

*dari berbagai sumber.
Lubuk Basung, 9 Maret 2016

Saturday, January 16, 2016

AK Gani, Tokoh Flamboyan dari Palembayan

Siapapun akan sulit membantah bahwa Orang Minang (Sumatera Barat) banyak yang menjadi Tokoh Nasional dan jasa-jasa mereka tidak mungkin dilupakan Bangsa Indonesia.  Tuanku Imam Bonjol, Muhammad Hatta, Tan Malaka, Mohammad Yamin,  H Agus Salim, Muhammad Natsir, Sutan Syahrir, Prof. Dr. Buya Hamka, H.R. Rasuna Said dan masih banyak lagi. Nama-nama itu  telah menghiasi buku-buku sejarah Negara Indonesia, mulai dari sejarah sebelum kemerdekaan hingga sejarah di awal-awal pembangunan Indonesia dan pasca memproklamirkan kemerdekaannya. Hal ini memperlihatkan betapa besarnya eksistensi dan pengaruhOrang Minang” di level Nasional bahkan Internasional. 
Bahkan saking banyaknya, ada yang sampai sempat terlupakan bahwa mereka adalah Urang Awak. Diantaranya, Encik Yusof bin Ishak Presiden Singapura yang pertama yang merupakan keturunan Minangkabau dan Melayu. Zubir Said kelahiran kota Bukittinggi, Sumatera Barat pencipta lagu kebangsaan Singapura. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, yang lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek Candung, Agam, Sumatera Barat, menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram.
Satu lagi tokoh Nasional yang kurang terpublikasi sebagai Urang Awak adalah Adnan Kapau Gani atau A.K Gani yang tercatat sebagai salah satu Pahlawan Nasional dari Sumatera Selatan. Lantas, siapakah sosok AK Gani itu?
Berawal dari rasa penasaran ketika mengetahui pada daftar tokoh Agam dan Bukittinggi di Wikipedia ada sosok yang bernama Adnan Kapau Gani (Palembayan, Agam) - Wakil Perdana Menteri, Pahlawan Nasional, penulis mencoba melakukan penelusuran untuk mengetahui lebih detail sosok tersebut.
Pertanyaan yang muncul dibenak penulis waktu itu adalah apakah beliau memang putera Palembayan Kabupaten Agam? Dan dimana rumah kelahiran beliau?
Setelah beberapa hari tidak mendapat informasi tentang pertanyaan itu, akhirnya penulis membuat status di media sosial facebook tentang AK Gani. Dan respon yang penulis terima sungguh luar biasa. Penulis dikirimi informasi-informasi tentang beliau berupa photo-photo beliau dengan Presiden Soekarno dan Photo Keluarga yang belum pernah dipublikasikan. Juga dikirimkan kepada penulis Ranji Keluarga (Silsilah) yang lengkap serta informasi mengenai orang-orang yang pernah tinggal bersama beliau.
Adnan Kapau Gani lahir di Lereang, Palembayan Tangah Kenagarian Palembayan Kecamatan Palembayan (40 km dari Kota Bukittinggi) Kabupaten Agam. Bapak beliau bernama Abdoel Gani bergelar Sutan Mangkuto seorang Guru berasal dari Sungai Taleh, Nagari Baringin Kecamatan Palembayan dan Amaknya bernama Siti Robayah. AK Gani merupakan anak kedua dari 5 orang bersaudara.
Pada sebuah photo yang dikirimkan Dunsanak beliau, terlihat Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati dan beberapa orang lain tertawa lepas memperhatikan AK Gani sedang bercerita. Pada photo lainnya juga terlihat AK Gani sedang berbincang-bincang dengan Bung Karno dengan sorot mata yang tajam. Tidak terlihat kecanggungan dan kesungkanan beliau ketika berada dihadapan Sosok Proklamator dan Presiden RI Pertama itu.
Dari beberapa literatu, sosok AK Gani digambarkan sebagai sosok yang Pemberani. Ini dapat kita ketahui ketika suatu saat terjadi dialog antara Westerling yang akan menangkap AK Gani. Dengan nada yang sombong Westerling memperkenalkan diri sambil menggertak;
 “Saya Westerling, juga dikenal sebagai de Turk !!”
Oleh Gani kemudian dijawab, “Saya Gani, juga dikenal sebagai penyelundup terbesar di Indonesia”
…. -Robert Cribb, dalam Gejolak Revolusi di Jakarta (Grafiti, 1990), Hlm. 150
AK Gani bukannya takut apalagi sampai minta ampun pada gertakan Westerling yang terkenal brutal itu, melainkan balas menggertak bahwa dirinya adalah penyelundup nomor wahid di Indonesia. Jika Westerling merupakan orang yang kerjanya menangkap atau membunuh orang, maka AK Gani adalah Penyelundup yang resiko pekerjaannya adalah ditangkap atau dibunuh.
Pengakuan AK Gani sebagai penyelundup terbesar bukan sekadar ngomong doang, karena aksi-aksi penyelundupan yang dilakukan AK Gani telah menyelamatkan Indonesia dari kehancuran ekonomi serta bencana kelaparan akibat embargo Belanda di awal kemerdekaan.
Gani menyelundupkan minyak-minyak mentah, dan hasilnya digunakan untuk membiayai birokrasi pemerintahan, termasuk melengkapi senjata militer. Tujuannya buat berjaga-jaga, bersiap menghadapi kemungkinan Belanda menyerang lagi. Berkat Gani militer Indonesia kala itu memiliki seragam dan senjata, hasil selundupan.
Tak cuma itu, Gani juga menyelundupkan aneka hasil bumi ke Singapura. Bahan mentah seperti karet, kemudian ditukar amuninisi, tekstil dan obat-obatan. Dia juga yang membawa emas dan perak sumbangan dari rakyat Indonesia ke luar negeri untuk kemudian ditukar dengan bahan makanan dan senjata.
Keberanian AK Gani juga mendapat pujian dari Presiden Soekarno. Dalam biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno mengatakan, "Orang yang menyelundupkan perdagangan emas dan perak itu juga menyelundupkan 8.000 ton karet adalah Dr AK Gani. Belanda memberinya julukan raja penyelundup tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian".
AK Gani juga dipuji setinggi langit secara terbuka ketika ia masih hidup. Pujian itu disampaikan dengan sebuah artikel yang ditulis Idrus Nawawi dengan judul “Gani Manusia Istimewa”  pada Madjalah Merdeka : Berita Mingguan untuk Indonesia edisi Desember 1950.
Dalam artikel itu diceritakan bagaimana istimewanya sosok AK Gani. Ia adalah orang yang  amanah, selalu menepati janjinya. Bahkan ketika ia berhutang dan disaat waktu membayar yang dijanjikan untuk  tiba,  kalau tidak punya uang cash maka AK Gani menjual barangnya guna membayar hutang itu.
Diceritakan pula tentang sebuah jalan di Pasemah Sumatera Selatan yang bernama “Jalan Gani”. Jika biasanya jalan diberi nama pahlawan sebagai bentuk perhormatan atau penghargaan atas jasa-jasanya, maka Jalan Gani tersebit adalah jalan yang dibuat oleh AK Gani.
Jalan yang panjangnya puluhan kilometer yang dibuat oleh AK Gani dengan kain belacu. Atas perintah AK Gani, rakyat bekerja memotong, membersihkan, mendatarkan hutan besar untuk dijadikan jalan. AK Gani memberikan upah kepada rakyat setiap meternya dengan 1 meter kain belacu.
Dari sisi perfomance, AK Gani adalah sosok yang Handsome alias Ganteng, tinggi semampai, berhidung mancung dan rambut ikal disisir belah tengah. AK Gani juga diceritakan sebagai seorang tokoh Ekstrovert, yang mengisap cerutu besar dan mengenakan kopiah kulit rusa. Kegantengan itu pula lah mungkin menjadikannya seorang “selebiritis” di zamannya. Dia menjadi bintang film sebagai pemeran utama dalam film yang disutradarai oleh Raden Arifin berjudul “Asmara Moerni” pada tahun 1941 dengan lawan main aktris Djoewariah.
Akibat jadi “Selebritis” itu, AK Gani dikritik dari segala penjuru. Masa iya seorang tokoh pergerakan nasional, dokter, dan intelektual mau terjun ke dunia sandiwara, dunia wayang Stambul? Dan pertualangan menjadi bintang film tersebut ternyata adalah yang pertama dan terakhir.
Pada tahun 1950, AK Gani mulai menekuni profesi sebagai seorang Dokter Partikulir (swasta), dari hasil praktek sebagai dokter tersebut AK Gani mendapatkan penghasilan yang lumayan. Presiden Sokarno beberapa kali menawari AK Gani jabatan,  diantaranya sebagai Gubernur di Irian dan di Maluku Selatan, tapi AK Gani menolaknya. AK Gani merasa lebih baik ia hidup dengan profesi sebagai Dokter praktikulir.
Bahkan waktu itu Gani sering mengkritik beleid (kebijakan) pemerintahan Soekarno. Kata AK Gani, pemerintah cuma banyak bicara dan kurang kerja. Banyak uang diboroskan percuma, sedang pembangunan masih terbengkalai.

Meski begitu, di lingkungan tempat tinggalnya AK Gani terkenal sangat dermawan, selalu menjadi orang pertama yang memberikan bantuan atau sumbangan. Dan dalam pergaulan sehari-hari, setiap orang yang sudah berkenalan selalu akan menjadi akrab dengan AK Gani seperti orang kena pelet. Entah ia memakai ilmu pekasih atau memang karena gayanya yang menarik.
Itulah Adnan Kapau Gani, lelaki Flamboyan dari Palembayan.
* dari berbagai sumber
Bersambung ke tulisan berikutnya;
AK Gani, From Palembayan to Palembang

Tuesday, January 12, 2016

A.K. Gani – Pejuang Eksentrik


IMG_20141019_0001 …Serdadu Ambon dari Pasukan Khusus Westerling tiba, dan kemudian menangkap Gani. Menurut kabar, ketika itu Westerling memperkenalkan diri kepada Gani, “Saya Westerling, juga dikenal sebagai de Turk,” yang oleh Gani kemudian dijawab, “Saya Gani, juga dikenal sebagai penyelundup terbesar di Indonesia”…. -Robert Cribb, dalam Gejolak Revolusi di Jakarta (Grafiti, 1990), Hlm. 150
Ada banyak hal menarik dalam periode awal sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia, termasuk tokoh-tokohnya. Beberapa hal menarik sudah kusampaikan dalam beberapa artikel terdahulu seperti pengangkatan orang mati sebagai Menteri, pengerahan pasukan eks-pelacur, dan sebagainya. Namun masih kurang rasanya apabila tidak membahas seorang tokoh bernama Adnan Kapau Gani atau lebih sering disebut A.K. Gani saja. Tokoh ini baru diakui sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2007 melalui Keputusan Presiden Nomor 66/2007.
Ketertarikanku terhadap tokoh A.K. Gani ini dimulai ketika aku membaca buku “Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949” (Grafiti, 1990). Buku ini memang mengungkapkan banyak hal yang merangsang rasa penasaranku.  Sang penulis, Robert Cribb berhasil mengungkap banyak hal “sisi lain” peristiwa Revolusi. Salah satunya adalah penjabaran mengenai tokoh A.K. Gani yang menurutku sangat menarik. Tokoh yang peranannya cukup penting dalam sejarah perjuangan, namun kurang terekspose. Robert Cribb menyebutkan sebagai berikut :
Menteri Perekonomian dalam kabinet Sjahrir ke-3, yang mulai bekerja pada tanggal 2 Oktober 1946, dijabat oleh Dr. A.K. Gani kelahiran Palembang, seorang Dokter yang kepribadiannya penuh gaya. Sejak zaman sebelum perang, ia sudah aktif dalam pergerakan nasionalis, dan bahkan pernah membintangi sebuah film populer, “Asmara Murni”, yang mengandung pesan nasionalistik yang lunak. Setelah Proklamasi kemerdekaan, mula-mula ia diangkat sebagai Residen, kemudian sebagai wakil Gubernur Sumatera Selatan. Pernah pula ia terlibat penyelenggaraan perdaganga karet dan hasil perkebunan lainnya secara gelap dari Sumatera Selatan ke Singapura.
Gani pergi ke Jakarta segera setelah ia diangkat menjadi menteri, dan turut dalam perundingan ekonomi dengan Belanda, yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan dengan perundingan konstutional. Reputasinya sebagai “orang kuat dari Sumatera” telah memberi harapan baru kepada komunitas Republiken di Jakarta…
Gani adalah seorang tokoh Ekstrovert, yang mengisap cerutu besar, mengenakan kopiah kulit rusa, dan mencetak sendiri uang peraknya untuk dibagi-bagikan sebagai uang rokok, kepada siapa pun di hotel atau restoran.
…Ketika serdadu Ambon dari Pasukan Khusus Westerling tiba, dan kemudian menangkap Gani. Menurut kabar, ketika itu Westerling memperkenalkan diri kepada Gani, “Saya Westerling, juga dikenal sebagai de Turk,” yang oleh Gani kemudian dijawab, “Saya Gani, juga dikenal sebagai penyelundup terbesar di Indonesia”….
IMG_20141019_0004
A.K. Gani (1905-1968)
Agak sulit juga menemukan buku khusus mengenai profil dr. A. K. Gani, padahal aku yakin kisah hidupnya begitu menarik. Wikipedia menyebutkan sebuah buku karya Ruben Nalenan dan H. Iskandar Gani yang berjudul “Dr. A.K. Gani: Pejuang Berwawasan Sipil dan Militer” (1990) namun karena diterbitkan secara terbatas dan sudah lama sekali, aku belum pernah berkesempatan memiliki buku itu. Aku berdoa saja semoga suatu waktu bisa dipertemukan dengan buku tersebut.
Tapi untunglah aku menemukan sebuah majalah yang memuat profil singkat dr. A.K. Gani. Majalah ini bernama “Madjalah Merdeka : Berita Mingguan untuk Indonesia” edisi 9 Desember 1950. Majalah ini didirikan oleh B.M. Diah dan dibesut oleh Herawati Diah serta M.T. Hutagalung, memuat ulasan-ulasan politik nasional yang hangat saat itu. Berikut aku akan mengutip sebuah artikel karya Idrus Nawawi yang berjudul “Gani Manusia Istimewa”yang ejaannya sudah kusesuaikan dengan ejaan modern.
***
Gani Manusia Istimewa
Banyak kisahnya sudah ditulis orang dalam surat-surat kabar dan juga dalam majalah-majalah, sudah sering kita membaca riwayat hidup dr. A.K. Gani. Agak pembaca majalan Mendeka ingin pula mendengar kisah yang tersendiri dari dokter muda itu. Memang kalau kita perhatikan tidak pada tempatnya lagi nama Gani disebut-sebut atau direklamekan, sebab Gani bukan dewa yang memberi keuntungan bagi rakyat. Gani bukan manusia ajaib yang dapat menciptakan barang yang tidak menjadi ada atau sebaliknya, tetapi kita akan menuliskan riwayat Gani sebagai orang yang istimewa.
Kita tidak minta diturut caranya Gani bekerja, berjuang, berpropaganda, berkebun, berpraktik sebagai dokter atau yang lainm akan tetapi kita akan menceritakan bahwa penghidupan Gani ada luar biasa dari kebanyakan penghidupan pemimpin yang sudah kita lihat.
Orang mengatakan Gani sebagai smokkelaar (penyelundup) dan Gani pernah mengakui bahwa ia smokkelaar besar di Asia Tenggara, tapi kita tidak melihat suatu kejadian penting yang telah dismokkel oleh Gani. Orang sering mengatakan bahwa Gani memiliki banyak dollar di luar negeri, akan tetapi sehingga sampai sekarang kita belum melihat Gani dapat mempergunakan dollarnya itu, kalau kiranya ada, yang kita melihat ialah Gani suka berhutang. Tapi janjinya tepat, tidak pernah mungkir. Kalau ia berhutang dan dijanjikannya membayar pada waktu yang ditentukan, maka akan terlihatlah oleh kita Gani menjual barangnya guna membayar hutang itu.
IMG_20141019_0003
Baginya Semua Gampang.
Orang sudah mengenal Gani dengan kudanya semasa agresi. ia waktu itu diangkat oleh rakyat menjadi Gubernur Militer dengan kudanya Gubernur Militer itu sudah mengadakan peninjauan di tempat-tempat pertahanan tentara gerilya kita di Sumatera Selatan.
Bagi Gani semua gampang. Asal mau bekerja, katanya semua mesti dapat tercapai.
Sampai sekarang orang di daerah Pasemah masih mengenal “jalan Gani” yang dibuat oleu Gani dengan kain belacu. Agaknya orang heran mendenganr jalan yang dibuat dengan kain belacu, tapi Gani tidak heran dengan ini. Hutan yang besar dibuat oleh Gani menjadi jalan. Diperintahkannya rakyat bekerja memotong, membersihkan, mendatarkan jalan itu dan tiap-tiap meter yang dikerjakan akan menjadap upah pula 1 M. kain belacu.
Rakyat gembira dan bekerja dengan giat, sehingga terciptalah jalan yang berpuluh KM. Jalan itu sampai sekarang masih dipakai oleh rakyat dan dinamakan Jalan Gani.
Gani selalu berkata, barang siapa yang ingin memakan telor, hendaklah memelihara ayam dan itik dan ini bukan perkataan Gani saja. Ia sendiri sudah kerjakan.
“The King of The Cowboy Ranch”
Di Curup sudah dibelinya sebidang tanah, dimana di sana sudah dipeliharanya bermacam-macam ternak, kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam, itik. Pegawainya dinamakannya cowboy, dan iapun dinamakan dirinya “The King of the Cowboy Ranch”.
Kalau ia sampai di kebunnya di Curup, autonya yang bernama “Tarzan” disimpan dalam garasi, pakaiannya ditukar dengan pakaian cowboy, cari kuda kesayangannya dan kemudian memeriksa kebun. Agaknya kalau orang melihat Gani waktu itu, orang akan terkenang dengan cerita-cerita cowboy dalam bioskop.
Waktu Gani jadi Gubernur Militer, Gani sudah bikin pabrik uang tapi selama pabrik itu berjalan, hasil yang diperolehnya tidak lebih dari 20 mata uang, dalam waktu itu bukan tidak kurang menggoncangkan semangat Belanda. Kalau orang menanyakan kepada kita apa agama Gani, kita cuma dapat menjawab, Gani seorang vrijdenker, tapi ia tentu akan marah, jika ia dikatakan bukan orang Islam. Memang Gani adalah orang Istimewa.
Di Palembang Gani ada berumah, jauh dari kota, Kenten namanya. Kalau orang datang mengunjungi rumah Gani, tidak akan susah menjadi rumahnya, sebab rumahnya juga punya tanda yang istimewa. Di kanan kiri pintu pagar halamannya diberi topi baja. Dan inilah rumah Gani. Di Kenten, selain dari banyak menanam sayur-sayuran, Gani banyak pelihara itik dan ayam. Kalau kita bertamu kepadanya, suguhan yang pertama adalah rebus telur. Dan ketika pulang, kita diberi sangu dengan sepasang ayam luar negeri atau sepasang itik.
IMG_20141019_0002
Gani dan Istri
Istri Gani
Fani sudah beristeri, tapi isterinya juga agaknya dapat dikatakan istimewa. Gani jarang benar hidup bersama istrinya sampai berbulan, sebab istrinya kadang-kadang pergi ke Curup buat mengepalai kebunnya di sana atau sering melancong ke Pulau Jawa. Lama juga ia sudah beristri. Sejak dari zaman Jepang. Waktu itu agaknya istrinya belum “resmi”, sebab kita pernah menanyakan kepada Gani, siapa istrinya, dijawab tidak ada. Dan waktu zaman pergolakan kita tanya pula siapa istrinya, ia menjawab, saya ada punya istri untuk zaman perang. Lho….., kata kita, kok ada istri zaman perang dan ada istri zaman damai, ini gimana bung.
Kembali ia menjawab, “Kalau Indonesia sudah betul-betul merdeka, saudara akan melihat Gani beristri yang betul, sebab sekali kawin tetap merdeka”.
Pada suatu ketika, di masa KMB kita pernah bertanya kepada Gani, bagaimana keputusan beliau terhadap istrinya, kita mendapat jawaban “Nah kalau orang mau beristri, hendaklah cari sebagai istri saya sekarang, seorang istri internasional”,  Mendengar jawab Gani itu kita hanya dapat tersenyum saja.
Dokter Partikulir
Sekarang ia hidup sebagai seorang Dokter Partikulir (swasta), pendapatannya lumayan juga. Kalau ditanyakan berapa, Gani menjawab, kira-kira lebih sedikit dari gaji Presiden. Ia pernah diminta oleh Presiden menjadi Gubernur di Irian dan ia menjawab bahwa ia tidak tahu dimana letaknya Iran. Juga ia disebut untuk menjadi Gubernur di Maluku Selatan, tapi katanya lebih baik ia hidup dengan praktek praktikulirnya.
Ia mau jadi orang dagang, entah dagang apa, tapi ia sudah diangkat jadi ketua Koordinator Perdagangan. Kelihatannya ia selalu menyalahkan beleid (kebijakan) Pemerintah sekarang, sebab katanya, Pemerintah cuma banyak bicara dan kurang kerja. Banyak uang diboroskan percuma, sedang pembangunan masih terbengkalai.
Kalau ia berjalan, foto Leyea-nya sudah tetap tergantung di lehernya tapi kita belum pernah melihat gambar yang dibuat oleh Gani. Katanya gambarnya semua istimewa dan tidak boleh dilihat orang.
Kalau orang baru berkenalan dengan Gani, orang tentu benci kepadanya. Tapi jika sudah lama berkenalan, agaknya orang akan kepelet. Entah ia memakai ilmu pekasih, entah ia memakai ilmu pekasih, entah memang ada gaya penarik……. cuma, Gani tidak mau menjadi bintang film lagi, meskipun ia sangat memuji kepada orang yang menjadi bintang film.
Kalau ada sesuatu pendirian amal, atau untuk mendirikan suatu rumah amal, pertama sekali orang akan menuju Gani, sebab sudah tetap Gani akan menjadi pelopor dengan derma yang paling tinggi…
Nah itulah Gani orang istimewa dari pinggir kali Musi.
*****
Demikian sekilas kisah mengenai salah satu anak bangsa yang berjasa mempertahankan negara ini di masa pergolakan.  Adalah tepat rasanya beliau mendapatkan gelar pahlawan pada tahun 2007 silam. Sedikit tambahan mengenai riwayat beliau, wikipedia menyebutkan bahwa :
Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatera Selatan hingga wafat pada tanggal 23 Desember 1968. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Siguntang di Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.
IMG_20141019_0001
A.K. Gani sedang berorasi dalam rangka Kongres PNI di Lapangan Tegalega Bandung tahun 1954

 sumber : https://santijehannanda.wordpress.com/2014/10/19/a-k-gani-pejuang-eksentrik/