Saturday, January 16, 2016

AK Gani, Tokoh Flamboyan dari Palembayan

Siapapun akan sulit membantah bahwa Orang Minang (Sumatera Barat) banyak yang menjadi Tokoh Nasional dan jasa-jasa mereka tidak mungkin dilupakan Bangsa Indonesia.  Tuanku Imam Bonjol, Muhammad Hatta, Tan Malaka, Mohammad Yamin,  H Agus Salim, Muhammad Natsir, Sutan Syahrir, Prof. Dr. Buya Hamka, H.R. Rasuna Said dan masih banyak lagi. Nama-nama itu  telah menghiasi buku-buku sejarah Negara Indonesia, mulai dari sejarah sebelum kemerdekaan hingga sejarah di awal-awal pembangunan Indonesia dan pasca memproklamirkan kemerdekaannya. Hal ini memperlihatkan betapa besarnya eksistensi dan pengaruhOrang Minang” di level Nasional bahkan Internasional. 
Bahkan saking banyaknya, ada yang sampai sempat terlupakan bahwa mereka adalah Urang Awak. Diantaranya, Encik Yusof bin Ishak Presiden Singapura yang pertama yang merupakan keturunan Minangkabau dan Melayu. Zubir Said kelahiran kota Bukittinggi, Sumatera Barat pencipta lagu kebangsaan Singapura. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, yang lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek Candung, Agam, Sumatera Barat, menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram.
Satu lagi tokoh Nasional yang kurang terpublikasi sebagai Urang Awak adalah Adnan Kapau Gani atau A.K Gani yang tercatat sebagai salah satu Pahlawan Nasional dari Sumatera Selatan. Lantas, siapakah sosok AK Gani itu?
Berawal dari rasa penasaran ketika mengetahui pada daftar tokoh Agam dan Bukittinggi di Wikipedia ada sosok yang bernama Adnan Kapau Gani (Palembayan, Agam) - Wakil Perdana Menteri, Pahlawan Nasional, penulis mencoba melakukan penelusuran untuk mengetahui lebih detail sosok tersebut.
Pertanyaan yang muncul dibenak penulis waktu itu adalah apakah beliau memang putera Palembayan Kabupaten Agam? Dan dimana rumah kelahiran beliau?
Setelah beberapa hari tidak mendapat informasi tentang pertanyaan itu, akhirnya penulis membuat status di media sosial facebook tentang AK Gani. Dan respon yang penulis terima sungguh luar biasa. Penulis dikirimi informasi-informasi tentang beliau berupa photo-photo beliau dengan Presiden Soekarno dan Photo Keluarga yang belum pernah dipublikasikan. Juga dikirimkan kepada penulis Ranji Keluarga (Silsilah) yang lengkap serta informasi mengenai orang-orang yang pernah tinggal bersama beliau.
Adnan Kapau Gani lahir di Lereang, Palembayan Tangah Kenagarian Palembayan Kecamatan Palembayan (40 km dari Kota Bukittinggi) Kabupaten Agam. Bapak beliau bernama Abdoel Gani bergelar Sutan Mangkuto seorang Guru berasal dari Sungai Taleh, Nagari Baringin Kecamatan Palembayan dan Amaknya bernama Siti Robayah. AK Gani merupakan anak kedua dari 5 orang bersaudara.
Pada sebuah photo yang dikirimkan Dunsanak beliau, terlihat Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati dan beberapa orang lain tertawa lepas memperhatikan AK Gani sedang bercerita. Pada photo lainnya juga terlihat AK Gani sedang berbincang-bincang dengan Bung Karno dengan sorot mata yang tajam. Tidak terlihat kecanggungan dan kesungkanan beliau ketika berada dihadapan Sosok Proklamator dan Presiden RI Pertama itu.
Dari beberapa literatu, sosok AK Gani digambarkan sebagai sosok yang Pemberani. Ini dapat kita ketahui ketika suatu saat terjadi dialog antara Westerling yang akan menangkap AK Gani. Dengan nada yang sombong Westerling memperkenalkan diri sambil menggertak;
 “Saya Westerling, juga dikenal sebagai de Turk !!”
Oleh Gani kemudian dijawab, “Saya Gani, juga dikenal sebagai penyelundup terbesar di Indonesia”
…. -Robert Cribb, dalam Gejolak Revolusi di Jakarta (Grafiti, 1990), Hlm. 150
AK Gani bukannya takut apalagi sampai minta ampun pada gertakan Westerling yang terkenal brutal itu, melainkan balas menggertak bahwa dirinya adalah penyelundup nomor wahid di Indonesia. Jika Westerling merupakan orang yang kerjanya menangkap atau membunuh orang, maka AK Gani adalah Penyelundup yang resiko pekerjaannya adalah ditangkap atau dibunuh.
Pengakuan AK Gani sebagai penyelundup terbesar bukan sekadar ngomong doang, karena aksi-aksi penyelundupan yang dilakukan AK Gani telah menyelamatkan Indonesia dari kehancuran ekonomi serta bencana kelaparan akibat embargo Belanda di awal kemerdekaan.
Gani menyelundupkan minyak-minyak mentah, dan hasilnya digunakan untuk membiayai birokrasi pemerintahan, termasuk melengkapi senjata militer. Tujuannya buat berjaga-jaga, bersiap menghadapi kemungkinan Belanda menyerang lagi. Berkat Gani militer Indonesia kala itu memiliki seragam dan senjata, hasil selundupan.
Tak cuma itu, Gani juga menyelundupkan aneka hasil bumi ke Singapura. Bahan mentah seperti karet, kemudian ditukar amuninisi, tekstil dan obat-obatan. Dia juga yang membawa emas dan perak sumbangan dari rakyat Indonesia ke luar negeri untuk kemudian ditukar dengan bahan makanan dan senjata.
Keberanian AK Gani juga mendapat pujian dari Presiden Soekarno. Dalam biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno mengatakan, "Orang yang menyelundupkan perdagangan emas dan perak itu juga menyelundupkan 8.000 ton karet adalah Dr AK Gani. Belanda memberinya julukan raja penyelundup tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian".
AK Gani juga dipuji setinggi langit secara terbuka ketika ia masih hidup. Pujian itu disampaikan dengan sebuah artikel yang ditulis Idrus Nawawi dengan judul “Gani Manusia Istimewa”  pada Madjalah Merdeka : Berita Mingguan untuk Indonesia edisi Desember 1950.
Dalam artikel itu diceritakan bagaimana istimewanya sosok AK Gani. Ia adalah orang yang  amanah, selalu menepati janjinya. Bahkan ketika ia berhutang dan disaat waktu membayar yang dijanjikan untuk  tiba,  kalau tidak punya uang cash maka AK Gani menjual barangnya guna membayar hutang itu.
Diceritakan pula tentang sebuah jalan di Pasemah Sumatera Selatan yang bernama “Jalan Gani”. Jika biasanya jalan diberi nama pahlawan sebagai bentuk perhormatan atau penghargaan atas jasa-jasanya, maka Jalan Gani tersebit adalah jalan yang dibuat oleh AK Gani.
Jalan yang panjangnya puluhan kilometer yang dibuat oleh AK Gani dengan kain belacu. Atas perintah AK Gani, rakyat bekerja memotong, membersihkan, mendatarkan hutan besar untuk dijadikan jalan. AK Gani memberikan upah kepada rakyat setiap meternya dengan 1 meter kain belacu.
Dari sisi perfomance, AK Gani adalah sosok yang Handsome alias Ganteng, tinggi semampai, berhidung mancung dan rambut ikal disisir belah tengah. AK Gani juga diceritakan sebagai seorang tokoh Ekstrovert, yang mengisap cerutu besar dan mengenakan kopiah kulit rusa. Kegantengan itu pula lah mungkin menjadikannya seorang “selebiritis” di zamannya. Dia menjadi bintang film sebagai pemeran utama dalam film yang disutradarai oleh Raden Arifin berjudul “Asmara Moerni” pada tahun 1941 dengan lawan main aktris Djoewariah.
Akibat jadi “Selebritis” itu, AK Gani dikritik dari segala penjuru. Masa iya seorang tokoh pergerakan nasional, dokter, dan intelektual mau terjun ke dunia sandiwara, dunia wayang Stambul? Dan pertualangan menjadi bintang film tersebut ternyata adalah yang pertama dan terakhir.
Pada tahun 1950, AK Gani mulai menekuni profesi sebagai seorang Dokter Partikulir (swasta), dari hasil praktek sebagai dokter tersebut AK Gani mendapatkan penghasilan yang lumayan. Presiden Sokarno beberapa kali menawari AK Gani jabatan,  diantaranya sebagai Gubernur di Irian dan di Maluku Selatan, tapi AK Gani menolaknya. AK Gani merasa lebih baik ia hidup dengan profesi sebagai Dokter praktikulir.
Bahkan waktu itu Gani sering mengkritik beleid (kebijakan) pemerintahan Soekarno. Kata AK Gani, pemerintah cuma banyak bicara dan kurang kerja. Banyak uang diboroskan percuma, sedang pembangunan masih terbengkalai.

Meski begitu, di lingkungan tempat tinggalnya AK Gani terkenal sangat dermawan, selalu menjadi orang pertama yang memberikan bantuan atau sumbangan. Dan dalam pergaulan sehari-hari, setiap orang yang sudah berkenalan selalu akan menjadi akrab dengan AK Gani seperti orang kena pelet. Entah ia memakai ilmu pekasih atau memang karena gayanya yang menarik.
Itulah Adnan Kapau Gani, lelaki Flamboyan dari Palembayan.
* dari berbagai sumber
Bersambung ke tulisan berikutnya;
AK Gani, From Palembayan to Palembang

No comments:

Post a Comment