Perbedaan pendapat
Syafii yang membuat banyak pro dan kontra, terutama di media sosial. Juga ada
Surat Terbuka untuk Buya Syafii Maarif di salah satu media online beberapa
waktu lalu. Politikus Indra J Piliang miris dengan perlakuan terhadap Syafii.
Berikut tulisan
Indra J Piliang tersebut :
Sedih melihat Buya Sjafii Maarif
diberlakukan spt ini. Beliau diketahui adalah oang yang tidak gila kuasa.
Ditawari macam-macam, beliau tak mau. Keberpihakan Buya Sjafii Maarif terhadap
pluralisme adalah bagian dari sejarah hidupnya. Ia sejak kecil tinggal dengan
ibunya, hidup bersama eteknya. Sampai Buya Sjafii Maarif jadi
tokoh nasional, kampungnya pun belum dialiri listrik. Hampir sama dengan
kampung masa kecil saya, listrik ada tahun 2002.
Buya Sjafii
Maarif terlambat masuk bangku kuliah, terlambat jadi Sarjana Muda, dll, karena
membanting tulang sebagai anak rantau. Ia mekanik juga. Riwayat
hidup Buya Sjafii Maarif tidak dibentuk lewat perkoncoan, percaloan, apalagi
perbualan politik. Ia andalkan delapan kerat tulangnya. Ia tidak menghamba kepada konglomerat manapun. Ia lebih
senang hidup sebagai seorang guru, seorang pendidik, seorang pecinta ilmu.
Apa setelah
jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Sjafii Maarif lantas pindah jadi warga
DKI Jkt? Apa terompahnya sering terlihat di pintu Istana?. Kesederhanaan
Buya Sjafii Maarif ini mirip dengan alm Ketum DPP Partai Gerindra yang rumahnya
tiris itu. Kesederhanaan angkringan ala Yogya. Apa Buya Sjafii Maarif punya rumah
di area2 elite Jakarta? Apa Buya punya istri simpanan? Apa Buya naik mobil2
mewah? Apa tubuhnya penuh lemak?.
Meme2 yang
dibuat untuk Buya Sjafii Maarif menurut saya sangat tidak pantas, tidak etis,
amoral! Meme2 itu seperti serangan kaum thogut kepada orang2 yang berprinsip.
Sudah berapa ratus anak2 muda negeri ini yang dapat beasiswa atas tandatangan
& rekomendasi Buya Sjafii Maarif? Apa ia sosok orang2 loba & tamak?
Taburangsang
juga saya dengan cara2 buruk dan jauh lebih busuk dari berjenis serangan terhadap
Buya Sjafii Maarif. Mau saja diadu domba orangg2 tak berakalbudi!. Buya
Sjafii Maarif hanya memberikan pendapatnya. Ia juga bukan tipikal saksi2 ahli yang
dibayar ratusan juta di muka sidang2 sengketa pilkada!.
Apa Buya
Sjafii Maarif pernah terlihat kongkow2 di hotel2 mewah, dikawal orangg2
bersafari & perempuan2 berparfum menyengat hidung, bermewah2? Apa Buya
Sjafii Maarif pernah terbaca muncul dalam iklan2 untuk bepergian ke tanah suci;
dengan biaya mahal, kursi eksekutif, hotel bintang lima? Apa kaki Buya Sjafii
Maarif terlihat jarang menyentuh tanah, dikawal dari satu forum ke forum lain,
naik helikopter, dengan manajemen eksekutif?
Apa Buya
Sjafii Maarif pernah terdengar menentukan tarifnya, ketika diundang ceramah
agama atau ilmu pengetahuan, di suatu tempat?. Apa
Buya Sjafii Maarif dengan mudah menyimpan nomor2 telp para pejabat pusat dan
daerah, lalu dengan mudah juga memenuhi undangan2 yang bukan tabligh ilmu?.
Sejak kapan berbeda pendapat adalah
bagian dari upaya membunuh karakter seseorang, menyatakan kebencian, hingga
menghina seseorang di negeri ini?
Tirulah
sikap Buya HAMKA yngg sengit berdebat dengan Mangaradja Onggang Parlindungan tentang
Tuanku Rao. Walau keduanya perang opini, mereka satu shaf!!.
Buya HAMKA & Mangaradja
Onggang Parlindungan yg 'perang' dengan menulis buku tentang Tuanku Rao itu,
sering terlihat sholat berdua di Mesjid Al Azhar!.
Tirulah Buya
M Natsir (Masyumi) & IJ Kasimo (Partai Katolik) yang saling mengantar pulang,
saling menggendong cucu, setelah debat di Konstituante".
Apa debat yang
paling hebat pascakemerdekaan, selain soal azas negara Indonesia? Apa tokoh2nya
saling menghasut setelah debat seru di mimbar?". Singa2 podium yang muncul dalam sidang2 Dewan
Konstituante itu apa saling menebar isu insuniatif tentang lawan2 debat yang
berbeda degannya?.
Jika
almarhum Buya HAMKA masih hidup, saia yakin, beliau akan sangat resah dengan
cara2 tidak beradab yang digerakkan untuk memusuhi Buya Sjafii Maarif. Buya
Sjafii Maarif tidak punya laskar, tidak punya pasukan berani mati, tidak punya
pengawal bersenjata. Ia tak akan membalas cacian orang2. Buya Sjafii Maarif tidak
akan taburangsang, reaktif, dengan langsung melaporkan pihak2 yg membuat
hinaan2 yang disebarkan jadi viral di medsos.
Berkacalah
di cermin, lalu lihat wajah anda sendiri, sebelum dengan mudah memberi sinyal
ke publik betapa anda lebih baik dari Buya Sjafii Maarif.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/10/ogf5j3330-indra-piliang-bela-buya-syafii-maarif
Dialog Anak-Anak
Muda Muhammadiyah dengan Buya Syafii Maarif.
Di hari pahlawan ini beredar kabar akan ada demonstrasi di
rumah Buya Syafii Maarif di Nogotirto Sleman. Saya dan kawan-kawan Pemuda
Muhammadiyah lantas kesana. Buya Syafii Maarif adalah orang tua kami, menjaga
Buya adalah prioritas kami. Setelah dzuhur kami kumpul di Masjid Nogotirto.
Selang tidak berapa lama Buya muncul dari arah selatan, dibonceng sepeda motor.
Buya habis beli nasi padang di pinggir jalan kampung.
Buya melihat kami di dalam masjid dan menyalami. Kami memperkenalkan
diri dari AMM DIY, wajah Buya nampak berseri.
“Ayo kerumah saya,” ucap Buya. “Pak Haedar Nashir mau kesini,
sebelum dia datang, kalian menemani saya,” tuturnya sambil jalan menuju
rumahnya.
Kami lantas menuju rumah Buya yang letaknya di sebelah Masjid
Nogotirto.
“Ayo apa yang mau kalian tanyakan,” tanya Buya.
“Kami nonton ILC, kenapa Buya melawan arus umat Islam tentang
masalah Ahok?”
Ahok itu mulutnya memang tidak terkontrol, kasar. Ahok itu
mana mengerti Agama, kesalahannya Ia masuk wilayah yang dia tidak pahami. Saya
sudah nonton videonya berkali-kali. Saya paham bila berseberangan dengan
mayoritas umat Islam. Sekarang proses pemeriksaan Ahok sudah berjalan. Kita
lihat hasilnya. Saya ingat ajaran Kiai Amir Ma’sum dari Solo, mantan Pimpinan
Majelis Tarjih, Untuk memahami Agama butuh hati yang jernih. Kalau tanpa hati
yang jernih niscaya Al-Qur’an tidak tidak akan bersahabat dengan kita.
“Tapi Ahok didukung oleh sembilan Naga Buya?” kata teman saya
Saya setuju. Tapi fokus saya pada Ahok itu menistakan agama
atau tidak, saya tidak mau masuk ranah politik. Soal Cina, saya sudah menulis
di Koran Republika tentang bahaya Kuning di Republik ini. Saya mengkritik
Jokowi yang terlalu pro pada Cina. Kalau saya membela Cina, tulisan itu tidak
akan muncul di Koran Republika. KTP saya bukan Jakarta, saya tidak ada
kepentingan politik membela Ahok, saya orang bebas. Saya mencintai republik ini
100% dan semua orang tahu.
“Bagaimana dengan sebagian anak-anak Muda Muhammadiyah yang
bersebarangan dengan Buya, ada juga yang ikut demo 4 November 2016 kemarin di
Jakarta?”
Saya dengar hari ini akan ada demo di rumah saya. Kalau ada
yang demo kesini, saya ingin mengundang mereka, mengajak berdialog mereka. Yang
tidak setuju tidak masalah. Kalau ingin ketemu dengan saya, akan saya ajak
berdialog. Demo 4 November itu elegan, damai, walau terjadi sedikit kerusuhan.
Diskusi yang asyik ini selesai setelah Pak Haedar Nashir dan
Pak Yunahar Ilyas tiba di rumah Buya Syafii Maarif.
Bagi kami anak-anak Muda Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif
adalah orang tua kami. Kami akan menjaga Buya. Dari Buya kami diajarkan untuk
belajar mensikapi perbedaan, diajarkan untuk tegar dalam berbeda pendapat.
Perbedaan pendapat dengan seseorang jangan disikapi dengan kata-kata kotor,
tetapi dengan dialog dari hati ke hati. Buya berpesan agar jangan sampai
kebencian kita kepada suatu kaum, menjadikan kita tidak adil dalam bersikap.
Yogyakarta,
10 November 2016
Iwan
Setiawan
Ketua
Pemuda Muhammadiyah DIY
sumber :http://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2016/11/11/mengapa-buya-syafii-maarif-terkesan-mati-matian-bela-ahok-alasannya/
"Sekiranya saya telah membaca secara utuh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu yang menghebohkan itu, dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina al-Qur'an dan menghina ulama sehingga harus diproses secara hukum, semua berdasarkan Fatwa MUI yang tidak teliti itu, semestinya MUI sebagai lembaga menjaga martabatnya melalui fatwa-fatwa yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan bertanggung jawab, fatwa atau pandangan agama itu benar, shahih, jelas atau sama seperti apa yang disampaikan ahli agama, jadi jangan percaya sama orang.
"Sekiranya saya telah membaca secara utuh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu yang menghebohkan itu, dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina al-Qur'an dan menghina ulama sehingga harus diproses secara hukum, semua berdasarkan Fatwa MUI yang tidak teliti itu, semestinya MUI sebagai lembaga menjaga martabatnya melalui fatwa-fatwa yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan bertanggung jawab, fatwa atau pandangan agama itu benar, shahih, jelas atau sama seperti apa yang disampaikan ahli agama, jadi jangan percaya sama orang.
Kan
bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pakai
Surat Al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Perhatikan, apa
terdapat penghinaan Al-Qur'an? Hanya otak sakit saja yang kesimpulan begitu,
yang dikritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi
masyarakat agar tidak memilih dirinya, apakah kita mau mengorbankan kepentingan
bangsa dan negara itu akibat fatwa yang tidak cermat itu? Atau apakah seorang
Ahok begitu ditakuti di negeri ini, sehingga harus dilawan dengan demo
besar-besaran? Jangan jadi manusia dan bangsa kerdil, untuk kepentingan
klarfiikasi atas legalitas pendapat keagamaan atau fatwa tentang adanya dugaan
kasus penistaan atau penistaan agama yang dilakukan oleh saudara petahana
Basuki Purnama."
—Ahmad Syafii Maarif
sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafii_Maarif
No comments:
Post a Comment