Ada orang yang ketika disuruh memilih terlihat sangat ragu. Apalagi ketika yang dipilih itu semakin sedikit, hanya dua pilihan, A atau B misalnya. Bahkan ketika diberi kesempatan pertama pun untuk memilih, dia pun masih bimbang.
Orang seperti itu, -sebutlah namanya si Kacak- dalam pikirannya yang terlintas adalah harus mendapatkan yang terbaik. Tetapi disudut lain muncul pula keinginan agar orang lain mendapatkan yang terburuk.
Ketika dia memilih A maka harapannya A itu adalah yang terbaik, dan B itu yang terburuk. Yang dia inginkan ketika orang lain -si Midun- terpaksa menerima B maka B itu adalah yang terburuk.
Ketika dia memilih A maka harapannya A itu adalah yang terbaik, dan B itu yang terburuk. Yang dia inginkan ketika orang lain -si Midun- terpaksa menerima B maka B itu adalah yang terburuk.
Maka sebelum menentukan pilihan dia melakukan segala daya upaya untuk memastikan bahwa A itu yang terbaik dan B yang terburuk. Setelah semuanya sesuai dengan imajinasinya, maka dengan senyum kemenangan dia - si Kacak- memilih A.
Namun apa yang terjadi kemudian?
Orang lain -si Midun- yang terpaksa mendapatkan B tenyata kemudian juga tersenyum bahkan senyumnya senyum juara !
Si Kacak terperangah bukan kepalang. Dia tidak bisa berpikir dan menjawab mengapa si Midun tetap gembira mendapatkan B sedangkan B itu barang terburuk?
Namun apa yang terjadi kemudian?
Orang lain -si Midun- yang terpaksa mendapatkan B tenyata kemudian juga tersenyum bahkan senyumnya senyum juara !
Si Kacak terperangah bukan kepalang. Dia tidak bisa berpikir dan menjawab mengapa si Midun tetap gembira mendapatkan B sedangkan B itu barang terburuk?
"Ini bukan sinetron Sengsara Membawa Nikmat.
Ini karena teringat si Kacak dan si Midun"
Ini karena teringat si Kacak dan si Midun"
Lubuk Basung, 16 Nopember 2016
Status FB
No comments:
Post a Comment