Friday, May 25, 2018

Rismah Bersujud Dihadapan Rakyatnya


Banyak pemimpin hebat di negeri ini yang kehadirannya selalu menginspirasi dan bekerja untuk kepentingan rakyatnya. Kehebatan para pemimpin itu diyakini sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad, yang menjadi pemimpin untuk melayani umatnya. Kisah-kisah Nabi itulah yang menjadi rujukan para pemimpin kita saat ini.
Banyak kisah tentang Rasulullah yang menceritakan betapa beliau sangat rendah hati, menghormati dan melayani umatnya. Umar bin Abdul Azis pun ketika diangkat menjadi Kalifah sangat menauladani sikap Muhammad. Padahal Umar itu mewarisi kekuasaan dan kemewahan. Setelah diangkat menjadi Kalifah, rakyat masih memperlakukan dan menghormati beliau seperti seorang Raja, tetapi beliau menolak dan berkata, “Wahai sekalian manusia, jika kalian berdiri, saya pun berdiri. Jika kalian duduk, saya pun duduk. Manusia itu sebenarnya hanya berhak berdiri di hadapan Rabbul Alamin".
Seminggu yang lalu, hanya beberapa hari setelah Serangan Bom yang memguncang Surabaya, Wali Kota Surabaya - Tri Rismaharini mengumpulkan seluruh Takmir (pengurus) Mesjid di Surabaya. Acara yang diinisiasi Dinas Sosial itu bertujuan menyikapi serangan bom dua yang mencekam Surabaya dalam dua hari berturut-turut.
Ketika acara baru dimulai ada kejadian yang membuat semua orang terenyuh dan jadi sangat menyegani Bu Risma. Ada seorang peserta yang memprotes bunyi surat undangan; "Kenapa undangan ini berbunyi pembinaan takmir. Salah kami sebagai takmir apa? alangkah baiknya undangan itu berbunyi undangan silaturrahmi".
Melihat ada yang memprotes itu, reaksi yang Risma lakukan adalah diluar dugaan banyak orang, dia bersujud dihadapan peserta itu sembari berkata; "Saya mohon maaf, undangannya mendadak"
Walikota dua periode itu, benar-benar bersimpuh dilantai, bersujud dan meminta maaf dihadapan orang yang memprotesnya.
 Kejadian yang seketika itu menggambarkan betapa hebatnya beliau, mampu membuat dirinya menerima kritikan masyarakatnya sekaligus bersujud meminta maaf. Dan apa yang dilakukannya ternyata membuat orang melakukan protes itu menjadi pakewuh.
Kejadian itu mengingatkan kita ketika suatu saat di acara sebuah televisi beliau pernah mengatakan bahwa dalam setiap doanya, dia selalu berdoa untuk keselamatan dan kebaikan rakyatnya lebih dahulu sebelum doa untuk dirinya dan keluarganya.
Dan banyak "kontroversi" lain yang pernah dilakukannya. Yang kalau kita cermati memang mencerminkan seorang pemimpin yang mengutamakan dan melayani masyarakat.
Apakah itu pencitraan dan kepentingan politik? sepertinya tidak, karena dia sudah 2 periode jadi Walikota, dan proses Pemilihan Gubernur Jawa Timur sudah tutup buku.
Lagipula, tidak ada tanda-tanda bahwa dia adalah orang yang haus kekuasaan dan haus harta. Penampilanya sederhana, lebih terlihat sebagai emak-emak, bahkan sangat sederhana untuk jabatan Walikota sekelas Surabaya. Jilbabnya pun juga sangat sederhana jika dibandingan Airin Wako Tangsel. Di dalam mobil dinasnya selalu ada sapu, sekop, sepatu bot, layaknya petugas kebersihan.
Bersujudnya seorang Risma dihadapan rakyat yang menyalahkannya tidak akan bisa dilakukan hanya demi kepentingan politik ataupun demi pencitraan.
Itu juga tidak bisa semata-mata hanya karna kondisi disaat tertekan akibat teror bom dalam dua hari. Itu juga memerlukan kekuatan hati melebihi kekuatan atas godaan egoisme dan hawa nafsu, itu memerlukan kebeningan dan kerendahan hati yang sangat tulus. ***
Lubuk Basung, 23 Mei 2018-05-25
(Status FB)

No comments:

Post a Comment