Entah siapa yang memulai, banyak para pengamat politik
mengintrodusir “Calon Anggota Legislatif (Caleg)” sama dengan Kucing, sehingga
muncullah istilah-istilah yang memakai kata kucing yang berkaitan dengan
masalah Caleg, seperti Kucing dalam
Karung. Dan pengibaratan tersebut
akan lebih klop jika dikaitkan pula dengan karakteristik Kucing dan Tikus serta
Anjing karena ketiga binatang tersebut mempunyai hubungan kehidupan timbal
balik yang sangat erat dan biasanya hidup dalam sebuah rumah. Pengibaratan yang
bukan lagi sebatas Caleg tetapi lebih dari itu yaitu sebuah Negara (rumah),
Anggota Legislatif (kucing), Koruptor (tikus) dan Aparat Keamanan/Hukum
(Anjing).
Pada Pemilu 2004 ada iklan yang berbunyi, “Dalam Pemilu sebelumnya
kita Memilih Kucing Dalam Karung, maka kali ini Kucingnya tidak ada dalam
karung”. Iklan ini adalah untuk mensosialisasikan bahwa Pemilu sekarang
kita bisa langsung memilih orangnya untuk menjadi Anggota Legislatif (DPR, DPRD
dan DPD), tidak seperti sebelumnya yang hanya memilih partai sedangkan Anggota
Legislatif ditentukan oleh Partai.
Jika Iklan pendek tersebut dijadikan sebuah Cerita maka
banyak polemik yang bisa dimunculkan agar Iklan pendek tersebut menjadi cerita
yang panjang… misalnya, Dulu sewaktu memilih Kucing Dalam Karung kita
berspekulatif… kita memilih tetapi tidak tahu apakah kita akan mendapat kucing
baik atau kucing jelek. Kita hanya bisa melihat karung saja tanpa tahu persis
isinya kecuali bahwa di dalamnya ada beberapa ekor kucing.
Ada berbagai alasan orang untuk menentukan pilihan: ada yang memilih karena karungnya bagus dan bersih, dan
berpikir sudah tentu isinya juga bagus
dan bersih. Ada yang memilih karena
isi karung… kalau karungnya
berguncang-guncang hebat pastilah didalamnya terdapat kucing yang kuat dan
gesit. Ada juga yang memilih karena karung itu diam saja,
berpikir pastilah kucingnya baik-baik
semua, tidak suka ribut-ribut.
Alasan memilih karena
suka di atas bisa kita balik untuk alasan orang yang menentukan pilihan karena tidak suka, aku pilih yang ini saja karena yang itu ribut melulu…
Memilih di antara pilihan yang kelihatan jelas akan membuat
kita leluasa memakai bermacam kriteria dalam memutuskan pilihan sesuai yang
diinginkan… apakah dari kelaminnya, warna belangnya, posturnya, bunyi meongnya,
atau keterampilannya, dan untuk apa kucing itu kita pilih. Apakah akan digunakan sebagai pembasmi tikus atau
sekedar untuk dielus-elus.
Di sisi lain kita sudah memahami betul bahwa dari dulu hingga
kini sangat banyak Tikus berkeliaran di sekitar kita, kelakuan mereka sangat
mempengaruhi kehidupan sehari-hari… kadang beras kita dimakan, sambal kita yang
dicuri, tong sampah kita diobok-obok, bahkan suara mereka entah itu berkelahi
atau bergelut di atas loteng membuat kita susah tidur. Ukuran mereka pun semua
type ada mulai dari yang normal, yang sangat kecil bahkan yang seukuran kucing
pun ada. Mereka sangat gesit dan pintar… kita lengah sekejap makanan kita sudah
tinggal sisa.
Karakter Anjing boleh dikatakan sama dengan Kucing… Cuma
dalam tugas Anjing mendapat posisi lebih strategis yaitu melindungi rumah dari
ancaman pencuri maupun tamu tak diundang….
Kita ibaratkan dalam Negara saat ini kita sedang menuju
jurang kehancuaran.. karena para Tikus (Koruptor) sangat meraja lela. Hampir
disetiap sudut mereka ada dan mengincar apa saja yang bisa dimakan.. incaran
utama mereka tetap beras (Bulog) tetapi mereka juga memakan kabel-kabel dan
Dinding lemari. Sementara Kucing-kucing (Politikus & Pejabat Negara) kita
tidak kuasa menghadapi serangan tikus-tikus tersebut. Kucing kita kalah gesit…
Lemari (Bank) sudah bobol baru memeong, sementera tikusnya sudah kabur. Kucing
kita tak ubahnya “Kucing Tua” yang
tidak bisa apa-apa kecuali menuggu dikasih makan atau menunggu empunya lengah
dan ikut-ikutan mencuri makan. Kucing kita juga sudah tidak ada wibawa terutama
dimata para Tikus… mereka tidak lagi ditakuti, karena jangankan untuk menguber Tikus… menangkap cicak yang jatuhpun tidak
sanggup!
Kondisi tersebut bertambah parah ketika para Anjing turut
campur urusan Kucing… mereka jadi sering berkelahi soal teritorial dan wewenang
dan terus menjadi musuh berbuyutan. Apa jadinya… Tikus pada terbahak-bahak dan
tepuk tangan sambil berkata… teruskan
permusuhan kalian sementara kami akan teruskan pekerjaan kami.
Kita sebagai pemilik kadang-kadang memang lupa diri, tidak
waspada…entah sudah beberapa kali lumbung beras dan lemari kita dibobol Tikus
tetapi kita tidak mengambil tindakan tegas. Padahal kalau mau ada caranya,
yiatu.. diracun saja! Mungkin timbul masalah, bagamaimana kalau Kucing dan
Anjing ikut kena racun? Biarin saja… kalau ada Kucing dan Anjing yang memakan
umpan untuk Tikus berarti mereka bukan yang baik. Kucing dan Anjing yang baik
tentunya sudah tahu makan dimana, kan makanannya sudah dijatah (Gaji)… kalau
coba-coba mencari makanan lain resikonya ya itu, kena Racun Tikus, Mati!
Kesimpulannya… nanti pada Pemilu 2014 akan ada lebih ribuan bahkan puluhan ribu calon Kucing dan kita harus hati-hati dalam menentukan pilihan. Walaupun secara
Ekstrim dikatakan lebih baik memilih kucing dalam karung, walapun spekulatif
tetapi masih ada “sedikit” harapan, siapa tahu dalam karung itu ada yang bagus
dan kita beruntung memilihnnya, dari pada sekarang terbuka tapi tak satupun
yang bisa diharapkan. Orang Minangkabau bilang, dulu ndak tau nan ka dipiliah, antah rancak antah busuak…kini lah dibukak karuangnyo…e.e ruponyo Kuciang Aia sadonyo, lai juo nan
lain tapi Kuciang Ijuak pulo.
Kita harus tetap berfikir optimis, bahwa dari sekian ribu
calon tentu ada sebagian yang bagus… nah pilihlah yang bagus… dengan memilih
yang bagus minimal kita telah ikut menghalangi yang jelek untuk dapat suara.
Selain berbuat baik kita juga harus mencegah kemungkaran… setuju! Ayo memilih.