Terkait "Kontes ABG berpakaian minim", saya
sebelumnya enggan berkomentar walau telah diminta beberapa orang. Bahkan ketika
hal tersebut telah menjadi trend topic di lingkungan Pejabat Pemda Agam
dan msayarakat Lubuk Basung, saya masih diam. Tetapi ketika ada permintaan dari
Seorang Tokoh Agam di Perantauan "Bacarito lah saketek Diak!", saya
pikir komentar saya nantinya bisa dijadikan alternatif opini tentang kejadian
itu. Saya cenderung berbeda dalam melihat sesuatu karena penglihatan itu
tidak selalu sesuai kenyataan.
Kontes ABG dengang berpakaian minim tersebut sangat membuat
malu daerah ini karena mempunyai slogan Agam Madani dan bertentangan dengan Konstitusional
Nagari kita yaitu Adat yang Berdasarkan Ajaran Islam!.
Wajar saja masyarakat marah dan menghujat. Kemarahan itu
adalah karena daerah dan nagari yg mereka miliki dan banggakan dinodai dengan
kegiatan itu. Atau juga karna, ada segelitir orang yang melanggar
"adat" tetapi "dibiarkan"
Hujatan itu adalah bentuk evaluasi terhadap kerja Pemerintah
Daerah atau Bupati. Kenapa itu diizinkan di GOR Rang Agam? Mereka
menjawab "Kita Kecolongan". Penggunaan kata kecolongan apakah
maksudnya Tidak Tahu? Atau, telah berusaha mengantisipasi?
Kalau memang itu maksudnya berarti penggunaan kata
"kecolongan" tidak tepat alias maleset! Alasan saya mengatakan itu
maleset adalah: Pertama, Tidak mungkin Bupati tidak tau karena GOR itu
dibawah kekuasaannya. Meskipun telah didelegasikan seharusnya delegasi itu mempunyai
parameter, bukan delegasi tanpa batas. Kedua, tidak antisipasi yang dilakukan
sebelumnya padahal sudah ada gejala kegiatan sejenis yang sering terjadi
diwilayah ini, hiburan orgen tunggal yang menampilkan penanyi berpakaian minim
sampai dini hari.
Menurut saya hal tersebut terjadi karena para pemimpin kita
terlalu sibuk mengurus halaman depan kantornya dan melupakan dapur dan kamar
mandinya! "Rancak dari labuah", dari depan memang kantor itu indah
tetapi dapurnya berantakan dan kamar mandinya bau!
Juga karena Mereka tidak memiliki kearifan lokal, misalnya Alun
Rabah lah ka ujuang, mampu memperhitungkan kemungkinan yg akan terjadi. Alun
takilek lah tapaham, memahami hal yg terjadi. Bukan hanya hal tersurat maupun
terisrat tetapi juga yg tersuruk!
Apa lah artinya berpuluh piagam atau piala yang dipajang di
bagian depan, tetapi dibelakangnya tercium bau busuk!!!
Mudah2an "saketek
carito" ini ada manfaatnya.
Lubuk Basung, 6 Februari 2014
No comments:
Post a Comment