Wednesday, September 7, 2016

Maninjau, Very Lovely Lake !


Danau Maninjau berada di "Ikua Darek Kapalo Rantau" tepat di jantung Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Terletak di ketinggian kurang lebih 460 meter diatas permukaan laut, danau ini membentang seluas 100 km persegi dengan kedalaman rata-rata 105 meter. Dengan luasnya tersebut, Maninjau menjadi danau terluas kesebelas di Indonesia.
Menurut sejarahnya, danau ini terbentuk akibat erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau yang terjadi kurang lebih 52.000 tahun yang lalu. Kaldera yang terbentuk sedemikian luas kemudian berkembang menjadi sebuah danau. Hal ini sama seperti yang terjadi pada Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Batur di Bali.
Di luar kacamata keilmuan, terdapat sebuah legenda yang berkembang secara turun

temurun dikalangan masyarakat setempat mengenai asal muasal dari danau ini. Legenda ini dikenal orang sebagai 'Bujang Sambilan' (Sembilan Laki-laki), yang menceritakan kisah 10 bersaudara kakak beradik yang terdiri dari 9 orang bujang dan seorang gadis. 
Alkisah sang gadis yang bernama Puti Rasani menjalin kasih dengan pemuda bernama Sigiran, tetapi kisah cinta berujung dengan munculnya fitnah dari Bujang Sambilan. Dan nama-nama dalam legenda itu konon merupakan asal-muasal nama-nama daerah di sekeliling Danau Maninjau seperti Sigiran, Tanjung Sani, Sungai Batang, Malintang dan lain-lain.
Jika ingin melihat keindahan Danau Maninjau pandanglah dari jauh. Banyak spot untuk menikmati pesona Danau Maninjau... dari Puncak Lawang, dari Ambun Tanai, dari Ambun Pagi, dari Kelok-kelok, atau dari Bukik Sakura.
Keindahan Danau Maninjau jauh lebih memukau dibandingkan view di Puncak - Bogor atau Danau Toba di Sumatera Utara.
Keindahan Maninjau bukan hanya di siang hari. Malam hari Maninjau juga sangat mempesona.
Kita bagai memandang hiasan cahaya yang melingkar mengelilingi danau.
Ketika kita betada di tepi, lampu-lampu keramba bererlap kerlip cahaya laksana bintang yang bersenandung menemani Danau Maninjau. Tenang, sepi....damai…tidak ada riak....diam...seakan danaupun beristirahat melepas penat. Pesona Maninjau mampu membuat kita lupa pesona yang lainnya. Sehingga suatu saat Presiden Soekarno pernah berkata” “Jangan Datang Ke Ranah Minang, Kalau Tak Mampir Ke Maninjau”. 
Tapi, dibalik pesona itu ada yang berubah pada Danau Maninjau. Dia bukan lagi jadi "tapian tampek mandi" masyarakat, bukan lagi dianggap sebagai "sumber vitamin" sehingga banyak Anak Danau yang menjadi Tokoh Berpengaruh di Negeri ini. Maninjau bukan lagi jadi "very lovely lake" bagi turis manca negara. Semua itu karna air danau Maninjau yang tidak lagi bersih dan baunya yang menyengat hidung. Bangkai-bangkai ikan seringkali mengapung menyebarkan bau busuk. Ikan-ikan pada mati, entah karena "Tubo Belerang", entah karena terlalu banyaknya keramba.
 Tidak salah Sutan Rajo Angek tokoh cerita karya Yus Dt. Perpatiah asal Sungai Batang
Maninjau mengatakan, "Maninjau tu rancak dicaliak dari jauah, rancak jika dicaliak dari Ambun Pagi, atau dari Puncak Lawang". Karena ketika didekati Indah itu hilang seketika.
Kita tentu berharap Maninjau kembali menjadi Tapian Tampek Mandi, very lovely lake...indahnya bukan hanya dilihat dari jauh tetapi juga dirasakan dari dekat.  Dan bukan pula berujung pada fitnah seperti ujung cerita legenda Bujang Sambilan.  Semoga.

*dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment