Wednesday, October 24, 2018

Jamal Khashoggi, Ratna Sarumpaet dan Marsinah



Beberapa waktu yang lalu saya menulis "cerita" dengan judul Ratna Sarumpaet Gagal Jadi Marsinah. Intinya saya menyampaikan bahwa kebohongan Ratna Sarumpaet mungkin terinspirasi dengan kejadian yang dialami Marsinah. Tetapi kebohongan itu gagal karena skenarionya terlalu dangkal. Kali ini mengapa saya membuat judul Jamal Khashoggi, Ratna Sarumpaet dan Marsinah ? Karena ketiga  orang itu bisa disebut sebagai simbol pengkritik paling keras pada rezim penguasa.

Jamal Khashoggi adalah satu pengkritik Kerajaan Saudi yang paling keras dan dia diberitakan diduga telah dibunuh bahkan dimutilasi di konsulat Saudi di Instanbul Turki. Sebelum kematiannya dia diberitakan terlibat perseteruan dengan  Mohammed bin Salman Putera Mahkota Saudi yang disebut-sebut sebagai Real King of Saudi Arabia saat ini.

Rangkaian rekaman CCTV di Kota Instanbul membuat berita kematian Khashoggi menjadi berubah dari akibat perkelahian menjadi kematian akibat campur tangan penguasa. Jika penyelidikan akhirnya memang membuktikan bahwa Khashoggi meninggal karena berseteru dengan penguasa Arab Saudi maka kematiannya bisa dikatakan sama dengan Marsinah, Munir, dan aktifis-aktifis lainnya.

Mumbang Jatuah - Kalapo Jatuah (pepatah Minang), bukan hanya kelapa tua saja yang akan jatuh dari pohonnya, kelapa muda pun banyak yang jatuh.

Yang berpucuk akan layu, yang bernyawa akan mati. Semua manusia pasti akan menemui kematian, tetapi kita - manusia tidak dapat menduga kapan waktunya dan dimana tempatnya.

Kita tidak akan pernah tau, apakah kita akan mati seperti Khashoggi, Marsinah dan Munir, mati berdarah dalam perjuangan, mati dibunuh orang, mati disebabkan penyakit tertentu atau mati dengan tiba-tiba. Oleh karena itu mari kita sadari bahwa andaikata kita mati dalam keadaan semata-mata memperjuang kebaikan, maka Tuhan  pasti mengampuni kita dari segala dosa dimasa lampau walau tidak seorangpun berdoa untuk kita agar Tuhan mengampuni dosa kita serta menempatkan kita ke dalam Sorga.

Namun sebaliknya,  andaikata kita mati dalam perilaku yang berlawanan dengan pejuang kebaikan, kita pasti akan dimasukkan Tuhan ke dalam Neraka meskipun seisi dunia ini mendoakan segala dosa kita diampuni Tuhan.

Kematian dalam perjuangan membela kebenaran adalah semulia-mulia kematian sebagaimana dikatakan Nabi Muhammad; "Tiada seorang pun yang masuk ke surga ingin kembali ke dunia. Padahal ia telah mendapatkan segala yang ada di dunia, kecuali orang yang mati syahid ia ingin kembali ke dunia lalu terbunuh berpuluh-puluh kali, karena telah melihat kemuliaan (disurga).

Oleh karenanya pembumkaman terhadap Khashoggi, Munir, Marsinah dan para aktifis pejuang kebenaran lainnya tidak akan pernah mampu memadamkan perlawanan terhadap kemunafikan.

Dan setiap kejahatan atau pembumkaman yang dilakukan terhadap para pejuang kebenaran akan selalu meninggalkan jejaknya. Dan itu akan membuat orang lain menulusuri jejak itu hingga sampai pada ujungnya dimana terlihat siapa pelaku lapangan dan siapa dalang sesungguhnya.

Berjuanglah semata-semata demi kebenaran, demi kebaikan sesuai ajaran Tuhan. Bukan karena kepentingan kelompok, politik, harta maupun kekuasaan.

Lubuk Basung, 24 Oktober 2018

No comments:

Post a Comment