Saat ini lagi heboh-heboh perihal Rupiah yang melemah. Pihak Oposisi mengatakan sangat mengkhawatirkan, Rupiah terlemah sejak Krisis 1998. Bahkan mengkait-kaitkan kejadian lengsernya Presiden Soeharto karena anjloknya Rupiah mungkin juga akan menimpa Presiden Joko Widodo.
Sementara di pihak Pemerintah mengatakan kejadian melemahnya Rupiah ke level Rp.15.000 per USD adalah "hal biasa" dan sangat beda dengan kejadian tahun 1998. Waktu itu Rupiah anjlok dari level Rp.2.000 an per USD ke level Rp.15.000 per USD.
Pun dengan teriakan-teriakan; "saat ini kehidupan makin sulit", "harga-harga yang harus dibayar terus meroket", "daya beli turun", di kota dan di desa sama saja hidup makin merana, pekerjaan sulit."
Melihat kondisi ini memang membuat kita berpikir, apa memang kondisi ekonomi (negara) kita sangat tertekan?
Kondisi juga sekaligus membuat penulis teringat akan pemaparan Prof. Yusril Ihza Mahendra 5 tahun silam. Dalam sebuah acara Diskusi Terbuka Forun Rektor Indonesia se Jawa Barat dan Banten tanggal 21 Desember 2013 di Kampus Universitas Padjajaran, Yusril menyampaikab bahwa, Allah telah memberikan rahmat yang sangat besar untuk Negara dan Bangsa Indonesia berupa kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Salah satu sumber daya alam itu adalah hasil pertambangan berupa mineral-mineral langka yang bisa dijadikan sumber teknologi dan kekuatan energi masa depan.
Kalau kita meninggalkan sistim penambangan konvesional yang dilakukan selama ini dan mulai melakukan penambangan dengan teknologi baru. Kita akan mampu mendikte dunia karena kita memiliki sumber daya tambang berupa mineral Platinum Group Metals yang jumlahnya 12 kali lipat dimiliki dunia. Sumber daya mineral itu didalamnya mengandung unsur Rodium dan Neodyminium yang bisa dijadikan Baterai Abadi, senjata nuklir, chip komputer maupun bahan uang kertas.
Apakah sudah saatnya kita melakukan itu, saatnya mendikte dunia?.
Seperti yang dikatakan Yusril waktu itu, jika bahan itu kita tambang dengan teknologi inkonvensional maka itu bisa dijadikan bahan uang kertas maka Rupiah kita akan berubah menjadi Europiah yang nilainya setara dengan mata uang Euro.
Kita tidak akan dihebohkan lagi dengan pergerakan mata uang kita terhadap mata uang negara lain. Para ekonom tidak perlu lagi memplototi kurs setiap saat. Kita tidak perlu lagi ribut soal upah buruh, gaji pegawai dan para pejabat. Bahkan kita tidak perlu lagi mempertengkarkan semua itu karena semua kita yang memegang kendali, bahkan ekonomi dunia kita mendikte.
Bukan hanya dari sisi mata uang kita mendikte dunia, kita juga bisa mengendalikan keamanan dunia. Posisi Indonesia sangat strategis karena berada diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, diantara Benua Asia dan Benua Australia. Mau tidak mau Negara kita merupakan jalan satu-satu bagi negara lain untuk melintas. Dengan memanfaatkan Metals tersebut menjadi bahan persenjataan dan teknologi militer maka, kekuatan militer kita akan disegani dan membuat negara lain tidak akan berani tanpa izin memasuki wilayah kita.
Setiap saat kita bisa mengertak negara-negara lain dengan Metals masa depanyang kita miliki tersebut. Kita bisa menghabisi Israel dengan memberikan itu ke Iran atau Palestina. Kita bisa mengendalikan Amerika dengan kekuatan persenjataan dan kekuatan ekonomi yang bersumber dari Metals itu.
Sekali lagi, mungkinkah ini saatnya kita mendikte dunia? Jika memang kondisi Negara kita memang dalam kondisi luar biasa bahaya, maka ini lah saatnya kita beralih dari Rupiah ke Europiah !!
Lubuk Basung, 6 September 2018
No comments:
Post a Comment