Siapapun akan sulit membantah bahwa Orang Minang (Sumatera Barat) banyak yang menjadi Tokoh Nasional dan jasa-jasa mereka
tidak mungkin dilupakan Bangsa Indonesia. Tuanku Imam Bonjol, Muhammad Hatta, Tan Malaka, Mohammad Yamin, H Agus Salim, Muhammad Natsir,
Sutan Syahrir, Prof. Dr. Buya Hamka, H.R. Rasuna Said dan masih
banyak lagi. Nama-nama itu telah menghiasi
buku-buku sejarah Negara Indonesia, mulai dari
sejarah sebelum kemerdekaan hingga sejarah di awal-awal pembangunan Indonesia dan pasca memproklamirkan kemerdekaannya. Hal ini
memperlihatkan betapa besarnya eksistensi dan pengaruh “Orang Minang” di level Nasional bahkan Internasional.
Bahkan saking banyaknya, ada yang sampai sempat terlupakan
bahwa mereka adalah Urang Awak. Diantaranya, Encik Yusof bin Ishak Presiden Singapura yang pertama yang merupakan keturunan
Minangkabau dan Melayu. Zubir Said kelahiran kota Bukittinggi, Sumatera Barat pencipta lagu kebangsaan Singapura. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, yang lahir di Koto
Tuo - Balai Gurah, IV Angkek Candung, Agam, Sumatera Barat, menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram.
Satu lagi tokoh Nasional yang kurang terpublikasi sebagai
Urang Awak adalah Adnan Kapau Gani atau A.K Gani yang tercatat sebagai salah
satu Pahlawan Nasional dari Sumatera Selatan. Lantas, siapakah sosok AK Gani
itu?
Berawal dari rasa penasaran ketika mengetahui pada daftar
tokoh Agam dan Bukittinggi di Wikipedia ada sosok yang bernama Adnan Kapau Gani
(Palembayan, Agam) - Wakil Perdana Menteri, Pahlawan Nasional, penulis mencoba
melakukan penelusuran untuk mengetahui lebih detail sosok tersebut.
Pertanyaan yang muncul dibenak penulis waktu itu adalah
apakah beliau memang putera Palembayan Kabupaten Agam? Dan dimana rumah
kelahiran beliau?
Setelah beberapa hari tidak mendapat informasi tentang
pertanyaan itu, akhirnya penulis membuat status di media sosial facebook
tentang AK Gani. Dan respon yang penulis terima sungguh luar biasa. Penulis
dikirimi informasi-informasi tentang beliau berupa photo-photo beliau dengan
Presiden Soekarno dan Photo Keluarga yang belum pernah dipublikasikan. Juga
dikirimkan kepada penulis Ranji Keluarga (Silsilah) yang lengkap serta
informasi mengenai orang-orang yang pernah tinggal bersama beliau.
Adnan Kapau Gani lahir di Lereang, Palembayan Tangah
Kenagarian Palembayan Kecamatan Palembayan (40 km dari Kota Bukittinggi)
Kabupaten Agam. Bapak beliau bernama Abdoel Gani bergelar Sutan Mangkuto seorang
Guru berasal dari Sungai Taleh, Nagari Baringin Kecamatan Palembayan dan
Amaknya bernama Siti Robayah. AK Gani merupakan anak kedua dari 5 orang
bersaudara.
Pada sebuah photo yang dikirimkan Dunsanak beliau, terlihat
Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati dan beberapa orang lain tertawa lepas
memperhatikan AK Gani sedang bercerita. Pada photo lainnya juga terlihat AK
Gani sedang berbincang-bincang dengan Bung Karno dengan sorot mata yang tajam.
Tidak terlihat kecanggungan dan kesungkanan beliau ketika berada dihadapan
Sosok Proklamator dan Presiden RI Pertama itu.
Dari beberapa literatu, sosok AK Gani digambarkan sebagai sosok yang Pemberani.
Ini dapat kita ketahui ketika suatu saat terjadi dialog antara Westerling yang
akan menangkap AK Gani. Dengan nada yang sombong Westerling memperkenalkan diri
sambil menggertak;
“Saya Westerling, juga dikenal sebagai de Turk
!!”
Oleh Gani kemudian dijawab, “Saya Gani, juga dikenal sebagai
penyelundup terbesar di Indonesia”
…. -Robert
Cribb, dalam Gejolak Revolusi di Jakarta (Grafiti, 1990), Hlm. 150
AK Gani bukannya takut apalagi sampai minta ampun pada gertakan
Westerling yang terkenal brutal itu, melainkan balas menggertak bahwa dirinya
adalah penyelundup nomor wahid di Indonesia. Jika Westerling merupakan orang
yang kerjanya menangkap atau membunuh orang, maka AK Gani adalah Penyelundup
yang resiko pekerjaannya adalah ditangkap atau dibunuh.
Pengakuan AK Gani sebagai penyelundup terbesar bukan sekadar
ngomong doang, karena aksi-aksi penyelundupan yang dilakukan AK Gani telah
menyelamatkan Indonesia dari kehancuran ekonomi serta bencana kelaparan akibat
embargo Belanda di awal kemerdekaan.
Gani menyelundupkan minyak-minyak mentah, dan hasilnya
digunakan untuk membiayai birokrasi pemerintahan, termasuk melengkapi senjata
militer. Tujuannya buat berjaga-jaga, bersiap menghadapi kemungkinan Belanda
menyerang lagi. Berkat Gani militer Indonesia kala itu memiliki seragam dan
senjata, hasil selundupan.
Tak cuma itu, Gani juga menyelundupkan aneka hasil bumi ke
Singapura. Bahan mentah seperti karet, kemudian ditukar amuninisi, tekstil dan
obat-obatan. Dia juga yang membawa emas dan perak sumbangan dari rakyat
Indonesia ke luar negeri untuk kemudian ditukar dengan bahan makanan dan
senjata.
Keberanian AK Gani juga mendapat pujian dari Presiden
Soekarno. Dalam biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno mengatakan, "Orang
yang menyelundupkan perdagangan emas dan perak itu juga menyelundupkan 8.000
ton karet adalah Dr AK Gani. Belanda memberinya julukan raja penyelundup tapi
rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian".
AK Gani juga
dipuji setinggi langit secara terbuka ketika ia masih hidup. Pujian itu disampaikan
dengan sebuah artikel yang ditulis Idrus Nawawi dengan judul “Gani Manusia
Istimewa” pada Madjalah Merdeka : Berita Mingguan untuk Indonesia edisi Desember
1950.
Dalam artikel itu diceritakan bagaimana istimewanya sosok AK Gani. Ia
adalah orang yang amanah, selalu menepati janjinya. Bahkan
ketika ia berhutang dan disaat waktu membayar yang dijanjikan untuk tiba, kalau
tidak punya uang cash maka AK Gani menjual barangnya guna membayar hutang itu.
Diceritakan
pula tentang sebuah jalan di Pasemah Sumatera Selatan yang bernama “Jalan
Gani”. Jika biasanya jalan diberi nama pahlawan sebagai bentuk perhormatan atau
penghargaan atas jasa-jasanya, maka Jalan Gani tersebit adalah jalan yang
dibuat oleh AK Gani.
Jalan
yang panjangnya puluhan kilometer yang dibuat oleh AK Gani dengan kain belacu.
Atas perintah AK Gani, rakyat bekerja memotong, membersihkan, mendatarkan hutan
besar untuk dijadikan jalan. AK Gani memberikan upah kepada rakyat setiap meternya
dengan 1 meter kain belacu.
Dari
sisi perfomance, AK Gani adalah sosok yang Handsome alias Ganteng, tinggi
semampai, berhidung mancung dan rambut ikal disisir belah tengah. AK Gani
juga diceritakan sebagai seorang tokoh Ekstrovert, yang mengisap cerutu besar
dan mengenakan kopiah kulit rusa. Kegantengan itu pula lah mungkin
menjadikannya seorang “selebiritis” di zamannya. Dia
menjadi bintang film sebagai pemeran utama dalam film yang disutradarai oleh
Raden Arifin berjudul “Asmara Moerni” pada tahun 1941 dengan lawan main aktris
Djoewariah.
Akibat jadi “Selebritis” itu, AK Gani dikritik dari segala
penjuru. Masa iya seorang tokoh pergerakan nasional, dokter, dan intelektual
mau terjun ke dunia sandiwara, dunia wayang Stambul? Dan pertualangan menjadi
bintang film tersebut ternyata adalah yang pertama dan terakhir.
Pada
tahun 1950, AK Gani mulai menekuni profesi sebagai seorang Dokter Partikulir
(swasta), dari hasil praktek sebagai dokter tersebut AK Gani mendapatkan
penghasilan yang lumayan. Presiden Sokarno beberapa kali menawari AK Gani
jabatan, diantaranya sebagai Gubernur di
Irian dan di Maluku Selatan, tapi AK Gani menolaknya. AK Gani merasa lebih baik
ia hidup dengan profesi sebagai Dokter praktikulir.
Bahkan
waktu itu Gani sering mengkritik beleid (kebijakan) pemerintahan Soekarno. Kata
AK Gani, pemerintah cuma banyak bicara dan kurang kerja. Banyak uang diboroskan
percuma, sedang pembangunan masih terbengkalai.
Meski
begitu, di lingkungan tempat tinggalnya AK Gani terkenal sangat dermawan,
selalu menjadi orang pertama yang memberikan bantuan atau sumbangan. Dan dalam
pergaulan sehari-hari, setiap orang yang sudah berkenalan selalu akan menjadi akrab
dengan AK Gani seperti orang kena pelet. Entah ia memakai ilmu pekasih atau memang
karena gayanya yang menarik.
* dari berbagai sumber
Bersambung ke tulisan berikutnya;
AK Gani, From Palembayan to Palembang
Bersambung ke tulisan berikutnya;
AK Gani, From Palembayan to Palembang