Friday, December 16, 2016

Melawan Arus (Part 2)

Saya mulanya melihat arus itu putih bergulung-gulung bagai bongkahan salju yang menggelinding makin besar. Membuat semua orang takjub walau mereka tidak sama-sama menggulung-gulung dengan arus itu. Tidak bisa bersama karena terhalang suatu alasan, atau tidak bisa bersama karena merasa tidak perlu, ataupun tidak bisa bersama karena memang tidak ingin.
Pertanyaan "siapa dan apa saja yang akan dihondohnya?" mulai bisa dijawab. Yaitu siapa saja dan apapun yang berada didepan arus itu. Yang pada akhirnya ingin menenggelamkan semua yang telah ada dan menggantinya dengan warna yang disukai. 
Tujuannya bukan sekedar menumbangkan sebuah pohon besar yang berdiri di tengah aliran sungai berwarna putih tetapi jauh dibalik itu. Kalaupun pohon besar itu telah tumbang bahkan hancur sekalipun, itu tidak akan cukup untuk membuat puas.
Bagi saya ini sebuah peperangan melawan keangkuhan diri sendiri. Keangkuhan pada keyakinan diri sendiri yang dibungkus dengan warna putih. Keangkuhan yang sampai pada kemampuan menakar keimanan orang lain.
Dan penyebab serta tujuan peperangan ini adalah kenikmatan yang disebut dengan uang. Dalam kondisi saat ini, sangat sulit menjelaskan lebih detail lagi bahwa ini adalah peperangan yang disebabkan oleh uang dan bertujuan demi uang. Ada arus yang berusaha menggulung semua uang yang ada dengan cara apapun. Dan ada yang melawan arus itu, mencoba menghentikan, paling tidak menunjukkan bahwa arus itu harus dilawan.
Ah, saya hanya bisa mengingatkan bahwa kadang pesona itu indahnya cuma dimata tapi bisa membuntukan otak dan menutupi hati:
SeorangTaat Pribadi mampu mempesonakan orang sekaliber Marwah Daud Ibrahim dan ribuan lainnya, tetapi kini? Padepokan Kanjeng Dimas yang dulunya ramai sekarang lengang !
Mario Teguh tak seindah kata-katanya yang superr. Dulu hampir setiap orang men-share Kata-kata Super Bijak Mario Teguh di Sosmed, kini ?...
#perangbelumberakhir
Lubuk Basung 13 Desember 2016

No comments:

Post a Comment