Mendekati Pemilu 1997 ini, suasana di sekitar
kita semakin kritis, kita seakan berada di bibir jurang yang dalam, kalau kita
menghadap dan melihat jurang itu kita merasa ngeri sekali! Tetapi kalau kita
membelakanginya kita seakan tidak apa-apa padahal posisi kita sangat rawan dan
berbahaya.
Seringkali, BK dalam berkomentar dicap sinis
dan pesimistis, tetapi sungguh hal itu adalah dikarenakan kita belum menemukan
bagaimana jalan terbaik untuk memperbaiki keadaan sekarang.
BK pikir, semua salah, semua bersalah, baik
pemerintah sekarang (Orba) maupun lama (Orla). Apa yang dilakukan pemerintahan
Orde Baru sama saja dengan apa yang telah dilakukan pemerintahan Orde Lama,
padahal Orba ketika muncul akhir tahun 60-an sangat mengutuk apa yang pernah
dilakukan Orla…. Kekuasaan terpimpin di satu tangan, proyek-proyek mercusuar,
rakyat kecil yang diabaikan, manipulasi politik dan ekonomi.
Coba anda tanya orang tua yang hidup di dua
orde itu, jawabnya sama saja… dulu hidup susah sekarang juga susah walaupun
sekarang jalan telah diaspal dan listrik telah masuk desa. Doeloe kita sepakat
bahwa proyek-proyek mercusuar yang dilakukan Bung Karno hanya
menghambur-hamburkan uang dan menambah utang luar negeri serta mengorbankan
rakyat kecil. Tetapi sekarang proyek-proyek tersebut muncul lagi… dan lagi-lagi
rakyat kecil makin tersingkir. Doeloe diawal Orba….kita sepakat bahwa Presiden
seumur hidup tidak kita sukai !! tetapi sekarang tampaknya kita terpaksa menerima
kenyataan bahwa sistem ketatanegaraan kita menganjurkan begitu, atau lebih
halusnya Konstitusi kita memberi peluang untuk itu.
Bahkan kalau boleh sedikit ekstrim, BK
melihat keadaan sekarang (Orba) lebih parah dari keadaan zaman Orla. Terlalu
banyak produk Orba yang akhirnya membuat kita makin kesal. Konglomerat
contohnya, di zaman Orde Lama tidak seberapa tetapi sekarang kelewat banyak dan
mereka kebanyakan bukan orang Indonesia asli.
Coba, apa nggak kesal ?… kita masih melihat
secara live asap di Bukit Indarung masih membubung tetapi kita sulit bahkan
tidak bisa mendapatkan sekarung semen bermerk Semen Padang! Kata dealernya
sudah habis! Lantas kemana?... tau-tau perusahan anaknya Pak De menang tender
di luar negeri untuk membuat jalan tol.
Perjalanan group Orde Baru yang semakin
menyimpang dari cita-cita yang dicetuskan pada akhir 60-an dan berbalik
melakukan seperti apa yang dilakukan group Orde Lama dan juga menimbulkan
perpecahan sesama anggota personil group Orde Baru. Bagi BK kesalahan hal ini
terletak pada manajemen yang kurang baik, dimana Pak Harto sebagai ketua group
kadang-kadang salah menempatkan posisi anggota. Akibatnya belakangan
orang-orang seperti Ali Sadikin, Kemal Idris, Sarwo Edhie, AH Nasution semakin
banyak muncul. Saiful Sulun, Kharis Suhud dan banyak lagi orang yang merasa
sangat berjasa mendirikan group Orde Baru tetapi Cuma sedikit menikmati
hasilnya…. Ibarat kata habis manis sepah dibuang. Namun sebaliknya banyak
orang-orang yang tidak ikut apa-apa waktu pendirian group Orde Baru tetapi
sekarang merasa sangat berjasa dan seakan memiliki negeri ini.
Kalau memang Orde Baru meminta hadiah
terhadap keberhasilan menumbangkan Orla itu adalah wajar dan itu telah mereka
peroleh selama 30 tahun terakhir. Dan bila mereka ingin menunjukkan bahwa Orba
lebih hebat dari Orla, itu juga telah mereka dapatkan, bukankah Orla Cuma 20
tahun! Tetapi kalau setelah Pemilu 1997 ini mereka (Orba) masih ingin tetap
berkuasa, itu namanya sudah kelewatan!
Cukup! Cukup sampai di sini. Bahaya kalau
diteruskan, nggak usah pakai orde-ordean lagi.
Seperti yang BK katakan di awal tulisan ini,
semua sama-sama bersalah, mari kita menjauh dari pinggir jurang ini. Kalau kita
tetap disini itu berbahaya, siapa tahu kepeleset atau ada yang berniat jelek
mendorong kita ke dalam jurang tersebut.
No comments:
Post a Comment