Tuesday, November 25, 2014

UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (part 2)



(3)
Kewenangan  yang
didelegasikan  kepada
Badan

dan/atau    Pejabat
Pemerintahan    tidak
dapat
didelegasikan lebih lanjut, kecuali ditentukan lain
dalam peraturan perundang-undangan.

(4)   Dalam    hal    ketentuan    peraturan    perundang- undangan                            menentukan      lain      sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Delegasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2) dapat mensubdelegasikan Tindakan kepada Badan dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   lain   dengan ketentuan:
a.  dituangkan  dalam  bentuk  peraturan  sebelum
Wewenang dilaksanakan;

b.   dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri; dan
c.   paling    banyak    diberikan    kepada    Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan 1 (satu) tingkat di bawahnya.
(5)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang memberikan Delegasi dapat menggunakan sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Delegasi, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6)   Dalam  hal  pelaksanaan  Wewenang  berdasarkan Delegasi                      menimbulkan          ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat       Pemerintahan       yang      memberikan pendelegasian Kewenangan dapat menarik kembali
Wewenang yang telah didelegasikan.

(7) Badan . . .


- 16 -

(7)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang memperoleh Wewenang melalui Delegasi, tanggung jawab Kewenangan berada pada penerima Delegasi.


Paragraf 4
Mandat


Pasal 14


(1)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan memperoleh Mandat apabila:
a.   ditugaskan   oleh   Badan   dan/atau   Pejabat
Pemerintahan di atasnya; dan

b.  merupakan pelaksanaan tugas rutin.

(2)   Pejabat     yang     melaksanakan     tugas     rutin sebagaimana                       dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  b terdiri atas:
a.   pelaksana  harian  yang  melaksanakan  tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan sementara; dan
b.   pelaksana   tugas   yang   melaksanakan   tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan tetap.
(3)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   dapat memberikan                 Mandat   kepada   Badan   dan/atau Pejabat Pemerintahan     lain     yang     menjadi bawahannya, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang menerima Mandat harus menyebutkan atas nama Badan          dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang memberikan Mandat.



(5) Badan . . .


- 17 -

(5)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang memberikan Mandat dapat menggunakan sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Mandat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6)   Dalam  hal  pelaksanaan  Wewenang  berdasarkan Mandat            menimbulkan           ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat        menarik   kembali   Wewenang   yang   telah
dimandatkan.

(7)
Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan
yang

memperoleh   Wewenang   melalui   Mandat
tidak
berwenang     mengambil     Keputusan     dan/atau
Tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran.
(8)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tanggung jawab Kewenangan tetap pada pemberi Mandat.




Bagian Kelima
Pembatasan Kewenangan


Pasal 15


(1)   Wewenang Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dibatasi oleh:
a.  masa atau tenggang waktu Wewenang;

b.  wilayah  atau  daerah  berlakunya  Wewenang;
dan

c.  cakupan bidang atau materi Wewenang.



(2) Badan . . .


- 18 -

(2)   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang telah berakhir masa atau tenggang waktu Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak dibenarkan mengambil    Keputusan    dan/atau Tindakan.




Bagian Keenam
Sengketa Kewenangan


Pasal 16


(1)   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan mencegah terjadinya                       Sengketa       Kewenangan       dalam penggunaan Kewenangan.
(2)   Dalam   hal   terjadi   Sengketa   Kewenangan   di lingkungan                                  pemerintahan,          kewenangan penyelesaian Sengketa Kewenangan berada pada antaratasan    Pejabat       Pemerintahan       yang bersengketa    melalui        koordinasi        untuk menghasilkan kesepakatan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3)   Dalam   hal   penyelesaian   Sengketa   Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan kesepakatan maka kesepakatan tersebut mengikat para     pihak   yang   bersengketa   sepanjang   tidak merugikan      keuangan    negara,    aset    negara, dan/atau lingkungan hidup.
(4)   Dalam   hal   penyelesaian   Sengketa   Kewenangan sebagaimana                        dimaksud   pada   ayat   (2)   tidak menghasilkan kesepakatan, penyelesaian Sengketa Kewenangan di lingkungan pemerintahan pada tingkat terakhir diputuskan oleh Presiden.


(5) Penyelesaian . . .


- 19 -

(5)   Penyelesaian  Sengketa  Kewenangan  sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang melibatkan lembaga negara diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi.
(6)   Dalam  hal  Sengketa  Kewenangan  menimbulkan kerugian keuangan negara, aset negara, dan/atau lingkungan hidup, sengketa tersebut diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.




Bagian Ketujuh
Larangan Penyalahgunaan Wewenang


Pasal 17


(1)   Badan  dan/atau  Pejabat  Pemerintahan  dilarang menyalahgunakan Wewenang.
(2)   Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.  larangan melampaui Wewenang;

b.  larangan     mencampuradukkan     Wewenang;
dan/atau

c.  larangan bertindak sewenang-wenang.


Pasal 18


(1)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan dikategorikan melampaui Wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a apabila Keputusan dan/atau Tindakan yang dilakukan:
a.   melampaui  masa  jabatan  atau  batas  waktu berlakunya Wewenang;
b.  melampaui      batas      wilayah      berlakunya
Wewenang; dan/atau


c. bertentangan . . .


- 20 -

c.   bertentangan   dengan   ketentuan   peraturan perundang-undangan.
(2)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan dikategorikan mencampuradukkan Wewenang sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  17 ayat (2) huruf  b  apabila  Keputusan  dan/atau  Tindakan yang dilakukan:
a.   di luar cakupan bidang atau materi Wewenang yang diberikan; dan/atau
b.   bertentangan  dengan  tujuan  Wewenang  yang diberikan.
(3)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan dikategorikan                              bertindak        sewenang-wenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf  c  apabila  Keputusan  dan/atau  Tindakan yang dilakukan:
a.  tanpa dasar Kewenangan; dan/atau

b.   bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.


Pasal 19


(1)   Keputusan  dan/atau  Tindakan  yang  ditetapkan dan/atau dilakukan dengan melampaui Wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a dan Pasal 18 ayat (1) serta Keputusan dan/atau   Tindakan   yang   ditetapkan   dan/atau dilakukan secara sewenang-wenang sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  17  ayat  (2)  huruf  c  dan Pasal  18 ayat (3) tidak sah apabila telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.



(2) Keputusan . . .


- 21 -

(2)   Keputusan  dan/atau  Tindakan  yang  ditetapkan dan/atau dilakukan dengan mencampuradukkan Wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b dan Pasal 18 ayat (2) dapat dibatalkan apabila telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.


Pasal 20


(1)   Pengawasan  terhadap  larangan  penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
(2)   Hasil   pengawasan   aparat   pengawasan   intern pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a.  tidak terdapat kesalahan;

b.  terdapat kesalahan administratif; atau

c.   terdapat      kesalahan      administratif      yang menimbulkan kerugian keuangan negara.
(3)   Jika  hasil  pengawasan  aparat  intern  pemerintah berupa     terdapat       kesalahan      administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan           tindak      lanjut      dalam      bentuk penyempurnaan     administrasi    sesuai    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)   Jika  hasil  pengawasan  aparat  intern  pemerintah berupa     terdapat   kesalahan   administratif   yang menimbulkan      kerugian      keuangan      negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilakukan pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya hasil pengawasan.



(5) Pengembalian . . .


- 22 -

(5)   Pengembalian    kerugian    negara    sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan kepada Badan Pemerintahan, apabila kesalahan administratif sebagaimana         dimaksud  pada  ayat  (2)  huruf  c terjadi       bukan       karena       adanya       unsur penyalahgunaan Wewenang.
(6)   Pengembalian    kerugian    negara    sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan kepada Pejabat Pemerintahan, apabila kesalahan administratif sebagaimana         dimaksud  pada  ayat  (2)  huruf  c terjadi   karena   adanya   unsur   penyalahgunaan Wewenang.


Pasal 21


(1)   Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan memutuskan                          ada    atau    tidak    ada    unsur penyalahgunaan Wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan.
(2)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk menilai ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan Wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan.
(3)   Pengadilan       wajib       memutus       permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama
21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan.
(4)   Terhadap     putusan     Pengadilan     sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
(5)   Pengadilan   Tinggi   Tata   Usaha   Negara   wajib memutus                    permohonan    banding    sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lama 21 (dua puluh satu)    hari kerja sejak permohonan banding diajukan.

(6) Putusan . . .


- 23 -

(6)   Putusan  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan mengikat.




No comments:

Post a Comment