Tuesday, November 25, 2014

UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (Part 6)



Bagian Kelima
Akibat Hukum Keputusan dan/atau Tindakan


Paragraf 1
Akibat Hukum Keputusan dan/atau Tindakan yang Tidak Sah


Pasal 70


(1)   Keputusan dan/atau Tindakan tidak sah apabila:

a.  dibuat     oleh     Badan     dan/atau     Pejabat
Pemerintahan yang tidak berwenang;

b.   dibuat     oleh     Badan     dan/atau     Pejabat Pemerintahan yang melampaui kewenangannya; dan/atau
c.   dibuat     oleh     Badan     dan/atau     Pejabat Pemerintahan                           yang    bertindak    sewenang- wenang.
(2)   Akibat   hukum   Keputusan   dan/atau   Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi:
a.  tidak   mengikat   sejak   Keputusan   dan/atau
Tindakan tersebut ditetapkan; dan

b.   segala    akibat    hukum    yang    ditimbulkan dianggap tidak pernah ada.
(3)   Dalam    hal    Keputusan    yang    mengakibatkan pembayaran  dari  uang  negara  dinyatakan  tidak sah, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib mengembalikan uang ke kas negara.


Paragraf 2
Akibat Hukum Keputusan dan/atau Tindakan yang Dapat Dibatalkan


Pasal 71


(1)   Keputusan  dan/atau  Tindakan  dapat  dibatalkan apabila:

a. terdapat . . .


- 55 -

a.  terdapat kesalahan prosedur; atau b.  terdapat kesalahan substansi.
(2)   Akibat   hukum   Keputusan   dan/atau   Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a.   tidak mengikat sejak saat dibatalkan atau tetap sah sampai adanya pembatalan; dan
b.  berakhir setelah ada pembatalan.

(3)   Keputusan  pembatalan   dilakukan   oleh   Pejabat Pemerintahan                         dan/atau  Atasan  Pejabat  dengan menetapkan dan/atau melakukan Keputusan baru dan/atau Tindakan Pejabat Pemerintahan atau berdasarkan perintah Pengadilan.
(4)   Penetapan Keputusan baru sebagaimana dimaksud pada         ayat    (3)    menjadi    kewajiban    Pejabat Pemerintahan.
(5)   Kerugian yang timbul akibat Keputusan dan/atau Tindakan yang dibatalkan menjadi tanggung jawab Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.


Pasal 72


(1)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   wajib melaksanakan Keputusan dan/atau Tindakan yang sah dan  Keputusan  yang  telah  dinyatakan tidak sah atau dibatalkan oleh Pengadilan atau pejabat yang       bersangkutan      atau      atasan      yang bersangkutan.
(2)   Ketentuan   mengenai   tata   cara   pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) dan tanggung    jawab     Badan     dan/atau     Pejabat Pemerintahan akibat kerugian yang ditimbulkan dari Keputusan  dan/atau  Tindakan  sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  71  ayat  (5)  diatur  dalam
Peraturan Pemerintah.

Bagian . . .


- 56 - Bagian Keenam Legalisasi Dokumen


Pasal 73


(1)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang menetapkan                          Keputusan      berwenang      untuk melegalisasi salinan/fotokopi dokumen Keputusan yang ditetapkan.
(2)   Legalisasi salinan/fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada  ayat  (1)  dapat  dilakukan  oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain   yang diberikan      wewenang    berdasarkan    ketentuan peraturan perundang-undangan atau pengabsahan oleh notaris.
(3)   Legalisasi  Keputusan  tidak  dapat  dilakukan  jika terdapat keraguan terhadap keaslian isinya.
(4)   Tanda Legalisasi atau pengesahan harus memuat:

a.   pernyataan  kesesuaian  antara  dokumen  asli dan salinan/fotokopinya; dan
b.   tanggal,      tanda      tangan      pejabat      yang mengesahkan, dan cap stempel institusi atau secara notarial.
(5)   Legalisasi      salinan/fotokopi      dokumen      yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan tidak dipungut biaya.


Pasal 74


(1)   Keputusan wajib menggunakan bahasa Indonesia. (2)   Keputusan      yang      akan      dilegalisasi      yang
menggunakan  bahasa  asing  atau  bahasa  daerah
terlebih  dahulu  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa
Indonesia.

(3) Penerjemah . . .


- 57 -

(3)   Penerjemahan  wajib  dilakukan  oleh  penerjemah resmi.




BAB X
UPAYA ADMINISTRATIF



Bagian Kesatu








(1)







Warga
Umum


Pasal 75


Masyarakat







yang







dirugikan







terhadap






Keputusan dan/atau Tindakan  dapat  mengajukan
Upaya Administratif      kepada  Pejabat Pemerintahan  atau  Atasan  Pejabat  yang menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
(2)   Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.  keberatan; dan b.  banding.
(3)   Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menunda pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan, kecuali:
a.  ditentukan lain dalam undang-undang; dan b.  menimbulkan kerugian yang lebih besar.
(4)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   wajib segera menyelesaikan Upaya Administratif   yang berpotensi membebani keuangan negara.
(5)   Pengajuan   Upaya   Administratif   tidak   dibebani biaya.



Pasal 76 . . .


- 58 - Pasal 76


(1)   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan  berwenang menyelesaikan keberatan atas Keputusan dan/atau Tindakan  yang  ditetapkan  dan/atau  dilakukan yang diajukan oleh Warga Masyarakat.
(2)   Dalam hal Warga Masyarakat tidak menerima atas penyelesaian         keberatan   oleh   Badan   dan/atau Pejabat Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat       (1),  Warga  Masyarakat  dapat  mengajukan banding kepada Atasan Pejabat.
(3)   Dalam hal Warga Masyarakat tidak menerima atas penyelesaian banding oleh Atasan Pejabat, Warga Masyarakat    dapat    mengajukan    gugatan    ke Pengadilan.
(4)   Penyelesaian   Upaya   Administratif   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) berkaitan dengan batal atau tidak sahnya Keputusan dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan tuntutan administratif.




Bagian Kedua
Keberatan


Pasal 77


(1)   Keputusan dapat diajukan keberatan dalam waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya Keputusan   tersebut   oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
(2)   Keberatan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) diajukan secara tertulis kepada Badan dan/atau Pejabat       Pemerintahan       yang       menetapkan Keputusan.


(3) Dalam. . .


- 59 -

(3)   Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)    diterima,    Badan    dan/atau    Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai permohonan keberatan.
(4)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan menyelesaikan keberatan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.
(5)   Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak            menyelesaikan   keberatan   dalam   jangka waktu                   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4), keberatan dianggap dikabulkan.
(6)   Keberatan        yang        dianggap        dikabulkan, ditindaklanjuti                            dengan    penetapan    Keputusan sesuai dengan permohonan keberatan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
(7)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   wajib menetapkan                               Keputusan       sesuai       dengan permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang      waktu      sebagaimana dimaksud pada ayat (4).




Bagian Ketiga
Banding


Pasal 78


(1)   Keputusan dapat diajukan banding dalam waktu paling      lama   10   (sepuluh)   hari   kerja   sejak keputusan upaya keberatan diterima.
(2)   Banding  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) diajukan  secara  tertulis  kepada  Atasan  Pejabat yang menetapkan Keputusan.


(3) Dalam . . .


- 60 -

(3)   Dalam  hal  banding  sebagaimana  dimaksud pada ayat          (1)   dikabulkan,   Badan   dan/atau   Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan permohonan banding.
(4)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan menyelesaikan banding paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.
(5)   Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menyelesaikan banding dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), keberatan dianggap dikabulkan.
(6)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   wajib menetapkan Keputusan sesuai  dengan permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang      waktu      sebagaimana dimaksud pada ayat (4).




BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


Pasal 79


(1)   Pembinaan    dan    pengembangan    Administrasi Pemerintahan                         dilakukan   oleh   Menteri   dengan mengikutsertakan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.
(2)   Pembinaan    dan    pengembangan    Administrasi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a.   melakukan   supervisi   pelaksanaan   Undang- Undang Administrasi Pemerintahan;
b.  mengawasi      pelaksanaan      Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan;

c. mengembangkan . . .


- 61 -

c.  mengembangkan        konsep        Administrasi
Pemerintahan;

d.  memajukan tata pemerintahan yang baik;

e.
meningkatkan
akuntabilitas
kinerja


f.
pemerintahan;

melindungi     hak


individu     atau


Warga
Masyarakat  dari  penyimpangan  administrasi
ataupun    penyalahgunaan    Wewenang    oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan; dan

g.   mencegah  penyalahgunaan  Wewenang  dalam proses               pengambilan    Keputusan    dan/atau Tindakan.




BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 80
(1)   Pejabat  Pemerintahan  yang  melanggar  ketentuan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  8  ayat  (2), Pasal 9 ayat (3), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal
36 ayat (3), Pasal 39 ayat (5), Pasal 42 ayat (1), Pasal 43 ayat (2), Pasal 44 ayat (3), Pasal 44 ayat (4), Pasal 44 ayat (5), Pasal 47, Pasal 49 ayat (1), Pasal 50 ayat (3), Pasal 50 ayat (4), Pasal 51 ayat (1), Pasal 61 ayat (1), Pasal 66 ayat (6), Pasal 67 ayat (2), Pasal 75 ayat (4), Pasal 77 ayat (3), Pasal
77 ayat (7), Pasal 78 ayat (3), dan Pasal 78 ayat (6)
dikenai sanksi administratif ringan.

(2)   Pejabat  Pemerintahan  yang  melanggar  ketentuan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  25  ayat (1), Pasal 25 ayat (3), Pasal 53 ayat (2), Pasal 53 ayat (6), Pasal 70 ayat (3), dan Pasal 72 ayat (1) dikenai sanksi administratif sedang.

(3) Pejabat . . .


- 62 -

(3)   Pejabat  Pemerintahan  yang  melanggar  ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal
42 dikenai sanksi administratif berat.

(4)   Pejabat  Pemerintahan  yang  melanggar  ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat  (2) yang   menimbulkan   kerugian   pada   keuangan negara, perekonomian nasional, dan/atau merusak lingkungan   hidup   dikenai   sanksi   administratif berat.


Pasal 81


(1)   Sanksi administratif ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) berupa:
a.   teguran lisan;

b.  teguran tertulis; atau

c.   penundaan    kenaikan    pangkat,    golongan, dan/atau hak-hak jabatan.
(2)   Sanksi      administratif      sedang      sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) berupa:
a.  pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi;

b.   pemberhentian sementara dengan memperoleh hak-hak jabatan; atau
c.   pemberhentian  sementara  tanpa  memperoleh hak-hak jabatan.
(3)   Sanksi administratif berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) berupa:
a.   pemberhentian tetap dengan memperoleh hak- hak keuangan dan fasilitas lainnya;
b.   pemberhentian  tetap  tanpa  memperoleh  hak- hak keuangan dan fasilitas lainnya;
c.   pemberhentian tetap dengan memperoleh hak- hak keuangan   dan   fasilitas   lainnya   serta dipublikasikan di media massa; atau

d. pemberhentian . . .


- 63 -

d.   pemberhentian  tetap  tanpa  memperoleh  hak- hak keuangan   dan   fasilitas   lainnya   serta dipublikasikan di media massa.
(4)   Sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Pasal 82


(1)   Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 81 dilakukan oleh:

a.  Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan;

b.   kepala  daerah  apabila  Keputusan  ditetapkan oleh pejabat daerah;
c.   menteri/pimpinan lembaga apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat di lingkungannya; dan
d.   Presiden  apabila  Keputusan  ditetapkan  oleh para menteri/pimpinan lembaga.
(2)   Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 81 dilakukan oleh:

a.   gubernur  apabila  Keputusan  ditetapkan  oleh bupati/walikota; dan
b.   menteri     yang     menyelenggarakan     urusan pemerintahan dalam negeri apabila Keputusan ditetapkan oleh gubernur.


Pasal 83


(1)
Sanksi  administratif
ringan,  sedang  atau  berat

dijatuhkan   dengan
mempertimbangkan   unsur
proporsional dan keadilan.
(2)   Sanksi   administratif   ringan   dapat   dijatuhkan secara             langsung,  sedangkan sanksi administratif sedang atau berat hanya dapat dijatuhkan setelah melalui proses pemeriksaan internal.


Pasal 84 . . .


- 64 - Pasal 84


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi   administratif   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 80, Pasal 81, Pasal 82, dan Pasal 83 diatur dengan Peraturan Pemerintah.



BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 85


(1)   Pengajuan      gugatan      sengketa      Administrasi Pemerintahan                     yang    sudah    didaftarkan    pada pengadilan umum tetapi belum diperiksa, dengan berlakunya   Undang-Undang   ini   dialihkan   dan diselesaikan oleh Pengadilan.
(2)   Pengajuan      gugatan      sengketa      Administrasi Pemerintahan          yang    sudah    didaftarkan    pada pengadilan umum dan sudah diperiksa,   dengan berlakunya Undang-Undang ini tetap diselesaikan dan     diputus   oleh   pengadilan   di   lingkungan peradilan umum.
(3)   Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh pengadilan umum yang memutus.


Pasal 86


Apabila dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini,  peraturan  pemerintah yang  dimaksudkan  dalam  Undang-Undang ini  belum terbit,   hakim   atau   Pejabat   Pemerintahan yang berwenang dapat menjatuhkan putusan atau sanksi administratif berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 87 . . .


- 65 - Pasal 87


Dengan  berlakunya  Undang-Undang  ini,  Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang- Undang  Nomor  51  Tahun  2009     harus  dimaknai sebagai:
a.    penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;
b.    Keputusan  Badan  dan/atau  Pejabat  Tata  Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya;
c.    berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan
AUPB;

d.    bersifat final dalam arti lebih luas;

e.     Keputusan yang   berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
f.     Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat.





BAB XIV KETENTUAN PENUTUP


Pasal 88


Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.


Pasal 89


Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.



Agar . . .


- 66 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.


Disahkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO



Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,



ttd.



AMIR SYAMSUDIN




LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014  NOMOR 292

No comments:

Post a Comment