Tuesday, November 25, 2014

UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (part 3)

BAB VI DISKRESI


Bagian Kesatu
Umum


Pasal 22


(1)   Diskresi   hanya   dapat   dilakukan   oleh   Pejabat
Pemerintahan yang berwenang.

(2)   Setiap penggunaan Diskresi Pejabat Pemerintahan bertujuan untuk:
a.   melancarkan penyelenggaraan pemerintahan;

b.  mengisi kekosongan hukum;

c.   memberikan kepastian hukum; dan

d.   mengatasi     stagnasi     pemerintahan     dalam keadaan   tertentu   guna   kemanfaatan   dan kepentingan umum.



Bagian Kedua
Lingkup Diskresi


Pasal 23


Diskresi Pejabat Pemerintahan meliputi:

a.    pengambilan    Keputusan    dan/atau    Tindakan berdasarkan                           ketentuan   peraturan   perundang- undangan   yang    memberikan    suatu    pilihan Keputusan dan/atau Tindakan;

b. pengambilan . . .


- 24 -

b.    pengambilan    Keputusan    dan/atau    Tindakan karena               peraturan    perundang-undangan    tidak mengatur;
c.     pengambilan    Keputusan    dan/atau    Tindakan karena               peraturan    perundang-undangan    tidak lengkap atau tidak jelas; dan
d.    pengambilan    Keputusan    dan/atau    Tindakan karena     adanya    stagnasi    pemerintahan    guna kepentingan yang lebih luas.




Bagian Ketiga
Persyaratan Diskresi


Pasal 24


Pejabat   Pemerintahan   yang   menggunakan   Diskresi harus memenuhi syarat:
a.    sesuai    dengan    tujuan    Diskresi    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2);
b.    tidak  bertentangan  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan;
c.    sesuai dengan AUPB;

d.    berdasarkan alasan-alasan yang objektif;

e.    tidak menimbulkan Konflik Kepentingan; dan f.     dilakukan dengan iktikad baik.



Pasal 25


(1)   Penggunaan Diskresi yang berpotensi   mengubah alokasi  anggaran  wajib  memperoleh  persetujuan dari   Atasan   Pejabat   sesuai   dengan   ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Persetujuan . . .


- 25 -

(2)   Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan                       apabila       penggunaan       Diskresi berdasarkan ketentuan Pasal 23 huruf a, huruf b, dan  huruf  c  serta  menimbulkan  akibat  hukum yang berpotensi membebani keuangan negara.
(3)   Dalam   hal   penggunaan   Diskresi   menimbulkan keresahan         masyarakat,      keadaan      darurat, mendesak dan/atau terjadi bencana alam, Pejabat Pemerintahan                     wajib    memberitahukan    kepada Atasan Pejabat sebelum penggunaan Diskresi dan melaporkan           kepada    Atasan    Pejabat    setelah penggunaan Diskresi.
(4)   Pemberitahuan    sebelum    penggunaan    Diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan apabila    penggunaan      Diskresi      berdasarkan ketentuan dalam Pasal 23 huruf d yang berpotensi
menimbulkan keresahan masyarakat.

(5)
Pelaporan       setelah
penggunaan       Diskresi

sebagaimana  dimaksud apabila      penggunaan ketentuan  dalam  Pasal
pada  ayat  (3)  dilakukan
Diskresi      berdasarkan
23  huruf  d  yang  terjadi
dalam   keadaan   darurat,   keadaan   mendesak,
dan/atau terjadi bencana alam.




Bagian Keempat
Prosedur Penggunaan Diskresi


Pasal 26


(1)   Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  25  ayat  (1)  dan  ayat  (2) wajib         menguraikan  maksud,  tujuan,  substansi, serta dampak administrasi dan keuangan.


(2) Pejabat . . .


- 26 -

(2)   Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud pada   ayat   (1)   wajib   menyampaikan permohonan persetujuan secara tertulis kepada Atasan Pejabat.
(3)   Dalam  waktu  5  (lima)  hari  kerja  setelah  berkas permohonan diterima, Atasan Pejabat menetapkan persetujuan, petunjuk perbaikan, atau penolakan.
(4)   Apabila  Atasan  Pejabat  sebagaimana  dimaksud pada ayat (3) melakukan penolakan, Atasan Pejabat tersebut      harus   memberikan   alasan   penolakan secara tertulis.


Pasal 27


(1)   Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  25  ayat  (3)  dan  ayat  (4) wajib menguraikan maksud, tujuan, substansi, dan dampak administrasi yang berpotensi mengubah pembebanan keuangan negara.
(2)   Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud pada   ayat   (1)   wajib   menyampaikan pemberitahuan secara lisan atau tertulis kepada Atasan Pejabat.
(3)   Pemberitahuan    sebagaimana    dimaksud    pada ayat (2) disampaikan paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum penggunaan Diskresi.


Pasal 28


(1)   Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  25  ayat  (3)  dan  ayat  (5) wajib menguraikan maksud, tujuan, substansi, dan dampak yang ditimbulkan.



(2) Pejabat . . .


- 27 -

(2)   Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud pada   ayat   (1)   wajib   menyampaikan laporan     secara  tertulis  kepada  Atasan  Pejabat setelah penggunaan Diskresi.
(3)   Pelaporan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2) disampaikan                       paling   lama   5   (lima)   hari   kerja terhitung sejak penggunaan Diskresi.


Pasal 29


Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 28 dikecualikan dari ketentuan memberitahukan kepada Warga Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (2) huruf g.




Bagian Kelima
Akibat Hukum Diskresi


Pasal 30


(1)   Penggunaan   Diskresi   dikategorikan   melampaui
Wewenang apabila:

a.   bertindak melampaui batas waktu berlakunya Wewenang yang diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;
b.   bertindak melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang yang diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
c.   tidak   sesuai   dengan   ketentuan   Pasal   26, Pasal 27, dan  Pasal 28.
(2)   Akibat     hukum     dari     penggunaan     Diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tidak
sah.

Pasal 31 . . .


- 28 - Pasal 31


(1)   Penggunaan             Diskresi             dikategorikan mencampuradukkan Wewenang apabila:
a.   menggunakan  Diskresi  tidak  sesuai  dengan tujuan Wewenang yang diberikan;
b.   tidak   sesuai   dengan   ketentuan   Pasal   26, Pasal 27, dan Pasal 28; dan/atau
c.  bertentangan dengan AUPB.

(2)   Akibat     hukum     dari     penggunaan     Diskresi sebagaimana                        dimaksud   pada   ayat   (1)   dapat dibatalkan.


Pasal 32


(1)   Penggunaan     Diskresi     dikategorikan     sebagai tindakan                 sewenang-wenang  apabila  dikeluarkan oleh pejabat yang tidak berwenang.
(2)   Akibat     hukum     dari     penggunaan     Diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tidak sah.




BAB VII
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


Bagian Kesatu
Umum


Pasal 33


(1)   Keputusan  dan/atau  Tindakan  yang  ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang bersifat mengikat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

(2) Keputusan . . .


- 29 -

(2)   Keputusan  dan/atau  Tindakan  yang  ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan   yang   berwenang   tetap   berlaku hingga berakhir atau dicabutnya Keputusan atau dihentikannya  Tindakan   oleh   Badan   dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang.
(3)   Pencabutan Keputusan atau penghentian Tindakan sebagaimana                        dimaksud   pada   ayat   (2)   wajib dilakukan oleh:
a.   Badan  dan/atau  Pejabat  Pemerintahan  yang mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan; atau
b.   Atasan  Badan  dan/atau  Atasan  Pejabat  yang mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan apabila   pada    tahap    penyelesaian    Upaya Administratif.




Bagian Kedua
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan


Pasal 34


(1)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang berwenang                     menetapkan    dan/atau    melakukan Keputusan dan/atau Tindakan terdiri atas:
a.   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah    hukum     tempat     penyelenggaran pemerintahan terjadi; atau
b.   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah hukum tempat seorang individu atau sebuah organisasi berbadan hukum melakukan aktivitasnya.


(2) Apabila . . .


- 30 -

(2)   Apabila     Pejabat     Pemerintahan     sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan menjalankan tugasnya, maka Atasan Pejabat yang bersangkutan dapat          menunjuk   Pejabat   Pemerintahan   yang memenuhi persyaratan untuk bertindak sebagai pelaksana harian atau pelaksana tugas.
(3)   Pelaksana     harian     atau     pelaksana     tugas sebagaimana                           dimaksud      pada      ayat      (2) melaksanakan  tugas serta  menetapkan  dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan rutin yang menjadi Wewenang jabatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)   Penyelenggaraan  pemerintahan  yang  melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan        dilaksanakan   melalui   kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan  yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.




Bagian Ketiga
Bantuan Kedinasan


Pasal 35


(1)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau         Pejabat   Pemerintahan   yang   meminta dengan syarat:
a.   Keputusan   dan/atau   Tindakan   tidak   dapat dilaksanakan                        sendiri   oleh   Badan   dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan;




b. penyelenggaraan . . .


- 31 -

b.   penyelenggaraan   pemerintahan   tidak   dapat dilaksanakan                        sendiri   oleh   Badan   dan/atau Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
c.   dalam    hal    melaksanakan    penyelenggaraan pemerintahan,                            Badan     dan/atau     Pejabat Pemerintahan  tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d.   apabila   untuk   menetapkan   Keputusan   dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan dan/atau   Pejabat   Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e.   jika    penyelenggaraan    pemerintahan    hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan      fasilitas  yang  besar  dan  tidak  mampu ditanggung    sendiri   oleh   Badan    dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.
(2)   Dalam    hal    pelaksanaan    Bantuan    Kedinasan menimbulkan biaya, maka beban yang ditimbulkan ditetapkan  bersama  secara  wajar  oleh  penerima dan pemberi  bantuan  dan  tidak  menimbulkan pembiayaan ganda.


Pasal 36


(1)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   dapat menolak memberikan Bantuan Kedinasan apabila:
a.  mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan pemberi bantuan;

b.   surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan bersifat rahasia; atau

c. ketentuan . . .


- 32 -

c.   ketentuan     peraturan     perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian bantuan.
(2)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang menolak untuk memberikan   Bantuan Kedinasan kepada    Badan  dan/atau  Pejabat  Pemerintahan sebagaimana       dimaksud   pada   ayat   (1)   harus memberikan alasan penolakan secara tertulis.
(3)   Jika  suatu  Bantuan  Kedinasan  yang  diperlukan dalam keadaan darurat, maka   Badan  dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib memberikan Bantuan Kedinasan.


Pasal 37


Tanggung
jawab
terhadap    Keputusan
dan/atau
Tindakan
dalam
Bantuan   Kedinasan
dibebankan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan   yang
membutuhkan Bantuan Kedinasan, kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan/atau kesepakatan tertulis kedua belah pihak.




Bagian Keempat
Keputusan Berbentuk Elektronis


Pasal 38


(1)   Pejabat   dan/atau   Badan   Pemerintahan   dapat membuat  Keputusan   Berbentuk Elektronis.
(2)   Keputusan Berbentuk Elektronis wajib dibuat atau disampaikan apabila Keputusan tidak dibuat atau tidak disampaikan secara tertulis.



(3) Keputusan . . .


- 33 -

(3)   Keputusan    Berbentuk    Elektronis    berkekuatan hukum sama dengan Keputusan yang tertulis dan berlaku sejak diterimanya Keputusan tersebut oleh pihak yang bersangkutan.
(4)   Jika   Keputusan   dalam   bentuk   tertulis   tidak disampaikan,  maka  yang  berlaku  adalah Keputusan dalam bentuk elektronis.
(5)   Dalam hal terdapat perbedaan antara Keputusan dalam bentuk elektronis dan Keputusan dalam bentuk tertulis, yang berlaku adalah Keputusan dalam bentuk tertulis.
(6)   Keputusan    yang    mengakibatkan    pembebanan keuangan negara   wajib   dibuat   dalam   bentuk tertulis.




Bagian Kelima
Izin, Dispensasi, dan Konsesi


Pasal 39


(1)   Pejabat   Pemerintahan   yang   berwenang   dapat menerbitkan Izin, Dispensasi, dan/atau Konsesi dengan berpedoman pada AUPB dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)   Keputusan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan berbentuk Izin apabila:
a.   diterbitkan    persetujuan    sebelum    kegiatan dilaksanakan; dan
b.   kegiatan  yang  akan  dilaksanakan  merupakan kegiatan yang memerlukan perhatian khusus dan/atau         memenuhi    ketentuan    peraturan perundang-undangan.


(3) Keputusan . . .


- 34 -



(3)   Keputusan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan berbentuk Dispensasi apabila:
a.   diterbitkan    persetujuan    sebelum    kegiatan dilaksanakan; dan
b.   kegiatan  yang  akan  dilaksanakan  merupakan kegiatan pengecualian terhadap suatu larangan atau perintah.
(4)   Keputusan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan berbentuk Konsesi apabila:
a.   diterbitkan    persetujuan    sebelum    kegiatan dilaksanakan;
b.   persetujuan diperoleh berdasarkan kesepakatan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dengan pihak Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan/atau swasta; dan
c.   kegiatan  yang  akan  dilaksanakan  merupakan kegiatan yang memerlukan perhatian khusus.
(5)   Izin, Dispensasi, atau Konsesi yang diajukan oleh pemohon  wajib    diberikan    persetujuan    atau penolakan             oleh     Badan     dan/atau     Pejabat Pemerintahan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan, kecuali ditentukan lain  dalam    ketentuan    peraturan    perundang- undangan.
(6)   Izin,    Dispensasi,    atau    Konsesi    tidak    boleh menyebabkan kerugian negara.







No comments:

Post a Comment