Tuesday, November 25, 2014

UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI


UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014

TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN



DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang     :  a.  bahwa    dalam    rangka    meningkatkan    kualitas penyelenggaraan                              pemerintahan,   badan   dan/atau pejabat pemerintahan dalam menggunakan wewenang harus mengacu pada   asas-asas umum pemerintahan yang baik dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.   bahwa   untuk menyelesaikan permasalahan dalam penyelenggaraan               pemerintahan,        pengaturan mengenai administrasi pemerintahan diharapkan dapat          menjadi     solusi     dalam     memberikan pelindungan hukum, baik bagi warga masyarakat maupun pejabat pemerintahan;

c.   bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, khususnya                     bagi  pejabat  pemerintahan,  undang- undang tentang administrasi pemerintahan menjadi landasan hukum yang dibutuhkan guna mendasari keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan;

d.   bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan;

Mengingat       :  Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


MEMUTUSKAN:

Menetapkan     :  UNDANG        UNDANG    TENTANG    ADMINISTRASI PEMERINTAHAN.




BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1


Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1.    Administrasi  Pemerintahan  adalah  tata  laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan.
2.    Fungsi    Pemerintahan    adalah    fungsi    dalam melaksanakan                     Administrasi   Pemerintahan   yang meliputi       fungsi       pengaturan,       pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, dan pelindungan.
3.    Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   adalah unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan, baik  di     lingkungan     pemerintah     maupun penyelenggara negara lainnya.
4.    Atasan  Pejabat  adalah  atasan  pejabat  langsung yang mempunyai kedudukan dalam organisasi atau strata pemerintahan yang lebih tinggi.
5.    Wewenang  adalah  hak  yang  dimiliki  oleh  Badan dan/atau  Pejabat  Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
6.    Kewenangan    Pemerintahan    yang    selanjutnya disebut Kewenangan   adalah   kekuasaan   Badan dan/atau   Pejabat        Pemerintahan        atau penyelenggara         negara   lainnya   untuk   bertindak dalam ranah hukum publik.
7.    Keputusan  Administrasi  Pemerintahan  yang  juga disebut               Keputusan   Tata   Usaha   Negara   atau Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan    oleh    Badan    dan/atau    Pejabat Pemerintahan                dalam           penyelenggaraan pemerintahan.
8.    Tindakan     Administrasi     Pemerintahan     yang selanjutnya disebut Tindakan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya    untuk    melakukan    dan/atau    tidak melakukan     perbuatan   konkret   dalam   rangka penyelenggaraan pemerintahan.
9.    Diskresi  adalah  Keputusan  dan/atau  Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang    dihadapi        dalam        penyelenggaraan pemerintahan   dalam  hal  peraturan  perundang- undangan yang    memberikan    pilihan,    tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
10. Bantuan  Kedinasan  adalah  kerja  sama  antara Badan dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   guna kelancaran  pelayanan  Administrasi  Pemerintahan di   suatu      instansi      pemerintahan      yang membutuhkan.
11. Keputusan Berbentuk Elektronis adalah Keputusan yang dibuat atau disampaikan dengan menggunakan atau memanfaatkan media elektronik
12.   Legalisasi adalah pernyataan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan mengenai keabsahan suatu salinan    surat    atau    dokumen     Administrasi Pemerintahan       yang   dinyatakan   sesuai   dengan aslinya.
13.  Sengketa Kewenangan adalah klaim penggunaan Wewenang yang dilakukan oleh 2 (dua)   Pejabat Pemerintahan atau lebih yang disebabkan oleh tumpang tindih   atau   tidak   jelasnya   Pejabat Pemerintahan yang berwenang menangani suatu urusan pemerintahan.
14. Konflik  Kepentingan  adalah  kondisi  Pejabat Pemerintahan yang memiliki kepentingan pribadi untuk menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain dalam penggunaan Wewenang sehingga dapat mempengaruhi netralitas dan kualitas Keputusan dan/atau                    Tindakan    yang    dibuat    dan/atau dilakukannya.
15.  Warga Masyarakat adalah seseorang atau badan hukum perdata yang terkait dengan Keputusan dan/atau Tindakan.
16.  Upaya Administratif adalah proses penyelesaian sengketa         yang    dilakukan    dalam    lingkungan Administrasi      Pemerintahan      sebagai      akibat dikeluarkannya         Keputusan   dan/atau   Tindakan yang merugikan.
17.  Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik yang selanjutnya disingkat AUPB adalah prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau        Tindakan        dalam penyelenggaraan pemerintahan.
18.  Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara.
19. Izin adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai    wujud    persetujuan    atas permohonan   Warga   Masyarakat   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Konsesi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan dari kesepakatan                   Badan        dan/atau        Pejabat Pemerintahan   dengan   selain   Badan   dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas umum               dan/atau    sumber    daya    alam    dan pengelolaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21. Dispensasi      adalah      Keputusan      Pejabat Pemerintahan yang   berwenang   sebagai   wujud persetujuan atas permohonan Warga Masyarakat yang     merupakan   pengecualian   terhadap   suatu larangan atau perintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan   dan/atau    Pejabat    Pemerintahan    oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.
23.  Delegasi   adalah   pelimpahan   Kewenangan   dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi                  kepada      Badan      dan/atau      Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab      dan  tanggung  gugat  beralih  sepenuhnya kepada penerima delegasi.
24.  Mandat   adalah   pelimpahan   Kewenangan   dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi                kepada      Badan      dan/atau      Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab     dan  tanggung  gugat  tetap  berada  pada pemberi mandat.
25.  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.




BAB II MAKSUD DAN TUJUAN


Bagian Kesatu
Maksud


Pasal 2


Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan dimaksudkan sebagai salah satu dasar hukum bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga Masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan dalam upaya meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pemerintahan.

Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Tujuan Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan adalah :
a.     menciptakan  tertib  penyelenggaraan  Administrasi
Pemerintahan;

b.     menciptakan kepastian hukum;

c.      mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;

d.     menjamin  akuntabilitas  Badan  dan/atau  Pejabat
    Pemerintahan;
e.      memberikan  pelindungan  hukum  kepada  Warga
Masyarakat dan aparatur pemerintahan;

f.       melaksanakan  ketentuan  peraturan  perundang- undangan dan menerapkan AUPB; dan
g.     memberikan    pelayanan    yang    sebaik-baiknya kepada Warga Masyarakat.

BAB III
RUANG LINGKUP DAN ASAS


Bagian Kesatu
Ruang Lingkup


Pasal 4


(1)   Ruang       lingkup       pengaturan       Administrasi Pemerintahan dalam Undang-Undang ini meliputi semua aktivitas:
a.   Badan  dan/atau  Pejabat  Pemerintahan  yang menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan dalam lingkup lembaga eksekutif;
b. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan dalam lingkup lembaga yudikatif;
c.   Badan  dan/atau  Pejabat  Pemerintahan  yang menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan dalam lingkup lembaga legislatif; dan
d. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya yangmenyelenggarakan Fungsi Pemerintahan yang disebutkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan/atau undang-undang.
(2)   Pengaturan          Administrasi          Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup tentang hak dan kewajiban pejabat pemerintahan, kewenangan       pemerintahan, diskresi, penyelenggaraan administrasi pemerintahan, prosedur   administrasi pemerintahan, keputusan pemerintahan, upaya administratif, pembinaan dan pengembangan administrasi   pemerintahan,   dan sanksi administratif.




Bagian Kedua
Asas


Pasal 5


Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan berdasarkan:
a.    asas legalitas;
b.    asas pelindungan terhadap hak asasi manusia; dan c.    AUPB.




BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PEJABAT PEMERINTAHAN Pasal 6
(1)   Pejabat    Pemerintahan    memiliki    hak    untuk menggunakan                           Kewenangan    dalam    mengambil Keputusan dan/atau Tindakan.
(2)   Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.    melaksanakan    Kewenangan    yang    dimiliki berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan AUPB;
menyelenggarakan    aktivitas    pemerintahan berdasarkan Kewenangan yang dimiliki;
c.   menetapkan Keputusan berbentuk tertulis atau elektronis dan/atau menetapkan Tindakan;
d. menerbitkan     atau     tidak     menerbitkan, mengubah,                    mengganti,  mencabut,  menunda, dan/atau membatalkan Keputusan dan/atau Tindakan;
e.   menggunakan      Diskresi      sesuai      dengan tujuannya;
f.    mendelegasikan    dan    memberikan    Mandat kepada Pejabat Pemerintahan lainnya sesuai dengan      ketentuan   peraturan   perundangan- undangan;
g.   menunjuk  pelaksana  harian  atau  pelaksana tugas        untuk   melaksanakan   tugas   apabila pejabat definitif berhalangan;
h.  menerbitkan Izin, Dispensasi, dan/atau Konsesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
i.    memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya;
j.    memperoleh       bantuan       hukum       dalam pelaksanaan tugasnya;
k.   menyelesaikan     Sengketa     Kewenangan     di lingkungan atau wilayah kewenangannya;
l.    menyelesaikan    Upaya    Administratif    yang diajukan masyarakat atas Keputusan dan/atau Tindakan yang dibuatnya; dan
m. menjatuhkan    sanksi    administratif    kepada bawahan   yang     melakukan     pelanggaran sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.




Pasal 7

(1)   Pejabat     Pemerintahan     berkewajiban     untuk menyelenggarakan                                   Administrasi     Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, kebijakan pemerintahan, dan AUPB.
(2)   Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban:

a.   membuat Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan kewenangannya;
b.   mematuhi AUPB dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c.   mematuhi       persyaratan       dan       prosedur pembuatan Keputusan dan/atau Tindakan;
d.   mematuhi      Undang-Undang      ini      dalam menggunakan Diskresi;
e.   memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan tertentu;
f.    Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk didengar pendapatanya sebelum     membuat     Keputusan     dan/atau Tindakan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

memberitahukan   kepada   Warga   Masyarakat yang berkaitan dengan Keputusan dan/atau Tindakan yang menimbulkan kerugian paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak Keputusan    dan/atau    Tindakan    ditetapkan dan/atau dilakukan;
h. menyusun   standar   operasional   prosedur pembuatan Keputusan dan/atau Tindakan;
i.    memeriksa dan meneliti dokumen Administrasi Pemerintahan, serta membuka akses dokumen Administrasi   Pemerintahan    kepada    Warga Masyarakat, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;
j.    menerbitkan Keputusan terhadap permohonan Warga Masyarakat, sesuai dengan  hal-hal yang diputuskan dalam keberatan/banding;
k.   melaksanakan  Keputusan  dan/atau  Tindakan yang sah dan Keputusan yang telah dinyatakan tidak  sah  atau  dibatalkan  oleh  Pengadilan, pejabat     yang    bersangkutan,    atau    Atasan Pejabat; dan
l.    mematuhi   putusan   Pengadilan   yang   telah berkekuatan hukum tetap.




BAB V KEWENANGAN PEMERINTAHAN


Bagian Kesatu
Umum


Pasal 8


(1)   Setiap   Keputusan   dan/atau   Tindakan   harus ditetapkan                     dan/atau    dilakukan    oleh    Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang.
(2)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   dalam menggunakan Wewenang wajib berdasarkan:
a.  peraturan perundang-undangan; dan b.  AUPB.
(3)   Pejabat     Administrasi     Pemerintahan     dilarang menyalahgunakan Kewenangan dalam menetapkan dan/atau   melakukan     Keputusan     dan/atau Tindakan.





Bagian Kedua
Peraturan Perundang-undangan


Pasal 9


(1)   Setiap    Keputusan    dan/atau    Tindakan    wajib berdasarkan                        ketentuan   peraturan   perundang-
      undangan dan AUPB.
(2)  Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a.   Peraturan perundangan undangan yang menjadi dasar kewenangan; dan
b. peraturan  perundang-undangan  yang  menjadi dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
(3)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   dalam menetapkan            dan/atau    melakukan    Keputusan dan/atau   Tindakan  wajib  mencantumkan  atau menunjukkan   ketentuan   peraturan   perundang- undangan yang menjadi dasar Kewenangan dan dasar            dalam  menetapkan  dan/atau  melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
(4)   Ketiadaan      atau      ketidakjelasan      peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat   (2)   huruf   b,   tidak   menghalangi   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang untuk       menetapkan      dan/atau      melakukan Keputusan                dan/atau      Tindakan      sepanjang memberikan                kemanfaatan   umum   dan   sesuai dengan AUPB.




Ketiga
Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik


Pasal 10


(1)   AUPB  yang  dimaksud  dalam  Undang-Undang  ini meliputi asas:
a.  kepastian hukum;

b.  kemanfaatan;

c.  ketidakberpihakan;

d.  kecermatan;

e.  tidak menyalahgunakan kewenangan;

f.   keterbukaan;

g.  kepentingan umum; dan h.  pelayanan yang baik.
(2)   Asas-asas     umum     lainnya     di     luar     AUPB sebagaimana                    dimaksud   pada   ayat   (1)   dapat diterapkan                    sepanjang  dijadikan  dasar  penilaian hakim yang tertuang dalam putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.




Bagian Keempat
Atribusi, Delegasi, dan Mandat

Paragraf 1
Pasal 11

Kewenangan diperoleh melalui Atribusi, Delegasi dan/atau mandat
Paragraf 2
Atribusi


Pasal 12


(1)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Atribusi apabila:
a.   diatur  dalam  Undang-Undang  Dasar  Negara Republik                 Indonesia   Tahun   1945   dan/atau undang-undang;
b.   merupakan  Wewenang  baru  atau  sebelumnya tidak ada; dan
c.  Atribusi   diberikan   kepada   Badan   dan/atau
Pejabat Pemerintahan.

(2)   Badan   dan/atau   Pejabat   Pemerintahan   yang memperoleh Wewenang melalui Atribusi,  tanggung jawab Kewenangan berada pada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.
(3)   Kewenangan  Atribusi  tidak  dapat  didelegasikan, kecuali diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan/atau undang-undang.


Paragraf 3
Delegasi


Pasal 13


(1)   Pendelegasian Kewenangan ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)   Badan       dan/atau       Pejabat       Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Delegasi apabila:
a.   diberikan   oleh   Badan/Pejabat   Pemerintahan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
lainnya;

- 15 -

b.   ditetapkan    dalam    Peraturan    Pemerintah, Peraturan                     Presiden,     dan/atau     Peraturan Daerah; dan
c.  merupakan     Wewenang     pelimpahan     atau
sebelumnya telah ada.






No comments:

Post a Comment