Pada saat ini, rakyat Indonesia
berada pada titik jenuh. Rakyat jenuh dengan keadaan sekarang, rakyat
menginginkan adanya perubahan, rakyat sudah bosan dengan status quo.
Setiap Pelita, rakyat selalu
disuguhi dengan berita-berita pembangunan, kita membangun di sana, kita
membangun di sebelah sana, di pelosok sana sudah kita bangun,… tetapi di sini
dan di sekitar sini kita melihat cuma ada sedikit pembangunan dan perubahan.
Setiap Pelita, rakyat selalu dihidangkan berita-berita damai, di sana aman, di
sebelah sana sudah aman, di ujung sna tidak ada gejolak lagi. Padahal lewat
media luar negeri kita mendengar bahwa di sana ada mayat tak dikenal
bergeletakkan, di sebelah sana rakyat masih ijok, di ujung sana ada
pembangkangan. Dan,.. disetiap Pelita kita diajarkan bahwa Negara ini
demokrasinya sudah bagus, keadilan (hokum) juga telah oke, hak azasi manusia
sudah terjamin. Tetapi kita masih saksikan koruptor bersileweran, kita masih
sering melihat bahwa acara-acara pemilihan sudah ketahuan duluan siapa yang
bakal terpilih, kita masih acok maliek oknum ABRI main tending dan main pukul
seenaknya. Kita masih sering menonton rakyat kecil digusur traktor, serta
setiap Pelita kita disuguhi bahwa Indonesia sudah maju, sudah diperhitungkan
dalam kancah pergaulan internasional, Presiden kita disegani!
Padahal tadi malam, BK melihat
siaran langsung CNN (02.20 WIB).. Pak Harto berpidato di depan Sidang Tahun
Emas PBB,… sepertinya BK tidak melihat kebesaran seorang Presiden yang telah
puluhan tahun memimpin sebuah Negara. Kayak seorang Ketua Kelas berpidato dalam
rapat Osis saja, nggak ada gregetnya. Malahan BK lebih terpaku melihat Fidel
Castro, stylishnya santai dan kharismatik! Semua yang digedung itu pun seakan
terpukau… dan Bill Clinton pun sempat memperlihatkan wajah kena mental ketika
disindir Castro.
Iya, setiap Pelita kita selalu
disuapi dengan keberhasilan pembangunan padahal menurut BK itu adalah
Pengkaburan Sejarah. Pengkaburan bahwa dibalik semua itu banyak kekurangan,
banyak ketidak-berhasilan, banyak kegagalan sesungguhnya. Contoh kongkrit saja
dari pengkaburan sejarah itu… anda tengok pada Uang Rp.50.000,-… di situ
tertulis 25 Tahun Indonesia Membangun. Apa iya hanya baru 25 tahun kita
membangun? Apa iya sebelum itu tidak ada pembanguna di Indonesia? Apa iya, Bung
Karno tidak membangun apa-apa? Jadi… anda bisa teruskan sendiri.
Segala persoalan yang terjadi
saat ini telah membuat Rakyat Frustasi! Banyak pertanyaan membuat rakyat yang
tidak terjawab sehingga membuat rakyat berada pada titik jenuh! Mengapa para
konglomerat begitu mudah berkolusi dengan petinggi (pejabat) Indonesia? Mengapa
tanah-tanah ulayat dan tanah-tanah Pusaka Tinggi gampang digusur traktor? Hanya
untuk waduk atau lapangan golf? Mengapa pengkhianat-pengkhianat bangsa dimaafkan
sementara maling yang karena kelaparan terus digebuki? Mengapa praktek
nepotisme terus mewabah? Dan seribu pertanyaan yang begitu menyesak di hati
kita, dihati rakyat Indonesia. Dan seandainya kita menuntut lebih banyak lagi,
bisa-bisa label kita berubah dari rakyat menjadi OTB (Organisasi Tanpa
Bentuk).. atau lebih jelek lagi… Orang Tak Berbentuk.
Namun pada suatu saat, semua itu
bisa mencapai titik kritis, titik jenuh alias Frustasi Total! Jenderal
Tampubolon, Letnan Budi, Mayor Nunang adalah bukti bahwa frustasi total bisa
menimbulkan ledakan, dan akan lebih berbahaya lagi jika frustasi total tersebut
mewabah ke seluruh lapisan rakyat bawah. Bisa-bisa timbul people power yang
akan meruntuhkan gedung-gedung departemen! Bersyukurlah bahwa bangsa Indonesia
masih dikaruniai sifat pemaaf dan mikul duwur mendem jero, dank arena sifat
tersebutlah bangsa ini tidak seperti Rumania, Philipina, Chili dan lain-lain
sampai detik ini. Esok? BK tidak berani jamin.
Sekali lagi BK katakan…
Frustasi total bisa menimbulkan
Ledakan! Bukan hanya jenderal, Letnan atau Mayor saja yang akan jadi korban,
lebih dari itu bisa!
Aur Atas, Bukittinggi – Sumatera
Barat, 29 Oktober 1995
Dari
kumpulan tulisan Kamaruddin
dalam Buku : Bang Komar – Prediksi,
Khayalan,
Pikiran dan Doa-doa.
No comments:
Post a Comment