Tuesday, October 9, 2012

Frustasi Total


Pada saat ini, rakyat Indonesia berada pada titik jenuh. Rakyat jenuh dengan keadaan sekarang, rakyat menginginkan adanya perubahan, rakyat sudah bosan dengan status quo.
Setiap Pelita, rakyat selalu disuguhi dengan berita-berita pembangunan, kita membangun di sana, kita membangun di sebelah sana, di pelosok sana sudah kita bangun,… tetapi di sini dan di sekitar sini kita melihat cuma ada sedikit pembangunan dan perubahan. Setiap Pelita, rakyat selalu dihidangkan berita-berita damai, di sana aman, di sebelah sana sudah aman, di ujung sna tidak ada gejolak lagi. Padahal lewat media luar negeri kita mendengar bahwa di sana ada mayat tak dikenal bergeletakkan, di sebelah sana rakyat masih ijok, di ujung sana ada pembangkangan. Dan,.. disetiap Pelita kita diajarkan bahwa Negara ini demokrasinya sudah bagus, keadilan (hokum) juga telah oke, hak azasi manusia sudah terjamin. Tetapi kita masih saksikan koruptor bersileweran, kita masih sering melihat bahwa acara-acara pemilihan sudah ketahuan duluan siapa yang bakal terpilih, kita masih acok maliek oknum ABRI main tending dan main pukul seenaknya. Kita masih sering menonton rakyat kecil digusur traktor, serta setiap Pelita kita disuguhi bahwa Indonesia sudah maju, sudah diperhitungkan dalam kancah pergaulan internasional, Presiden kita disegani!
Padahal tadi malam, BK melihat siaran langsung CNN (02.20 WIB).. Pak Harto berpidato di depan Sidang Tahun Emas PBB,… sepertinya BK tidak melihat kebesaran seorang Presiden yang telah puluhan tahun memimpin sebuah Negara. Kayak seorang Ketua Kelas berpidato dalam rapat Osis saja, nggak ada gregetnya. Malahan BK lebih terpaku melihat Fidel Castro, stylishnya santai dan kharismatik! Semua yang digedung itu pun seakan terpukau… dan Bill Clinton pun sempat memperlihatkan wajah kena mental ketika disindir Castro.
Iya, setiap Pelita kita selalu disuapi dengan keberhasilan pembangunan padahal menurut BK itu adalah Pengkaburan Sejarah. Pengkaburan bahwa dibalik semua itu banyak kekurangan, banyak ketidak-berhasilan, banyak kegagalan sesungguhnya. Contoh kongkrit saja dari pengkaburan sejarah itu… anda tengok pada Uang Rp.50.000,-… di situ tertulis 25 Tahun Indonesia Membangun. Apa iya hanya baru 25 tahun kita membangun? Apa iya sebelum itu tidak ada pembanguna di Indonesia? Apa iya, Bung Karno tidak membangun apa-apa? Jadi… anda bisa teruskan sendiri.
Segala persoalan yang terjadi saat ini telah membuat Rakyat Frustasi! Banyak pertanyaan membuat rakyat yang tidak terjawab sehingga membuat rakyat berada pada titik jenuh! Mengapa para konglomerat begitu mudah berkolusi dengan petinggi (pejabat) Indonesia? Mengapa tanah-tanah ulayat dan tanah-tanah Pusaka Tinggi gampang digusur traktor? Hanya untuk waduk atau lapangan golf? Mengapa pengkhianat-pengkhianat bangsa dimaafkan sementara maling yang karena kelaparan terus digebuki? Mengapa praktek nepotisme terus mewabah? Dan seribu pertanyaan yang begitu menyesak di hati kita, dihati rakyat Indonesia. Dan seandainya kita menuntut lebih banyak lagi, bisa-bisa label kita berubah dari rakyat menjadi OTB (Organisasi Tanpa Bentuk).. atau lebih jelek lagi… Orang Tak Berbentuk.
Namun pada suatu saat, semua itu bisa mencapai titik kritis, titik jenuh alias Frustasi Total! Jenderal Tampubolon, Letnan Budi, Mayor Nunang adalah bukti bahwa frustasi total bisa menimbulkan ledakan, dan akan lebih berbahaya lagi jika frustasi total tersebut mewabah ke seluruh lapisan rakyat bawah. Bisa-bisa timbul people power yang akan meruntuhkan gedung-gedung departemen! Bersyukurlah bahwa bangsa Indonesia masih dikaruniai sifat pemaaf dan mikul duwur mendem jero, dank arena sifat tersebutlah bangsa ini tidak seperti Rumania, Philipina, Chili dan lain-lain sampai detik ini. Esok? BK tidak berani jamin.
Sekali lagi BK katakan…
Frustasi total bisa menimbulkan Ledakan! Bukan hanya jenderal, Letnan atau Mayor saja yang akan jadi korban, lebih dari itu bisa!

Aur Atas, Bukittinggi – Sumatera Barat, 29 Oktober 1995
Dari kumpulan tulisan Kamaruddin
 dalam Buku : Bang Komar – Prediksi,
Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.

No comments:

Post a Comment