Setelah selesainya beberapa judul
pada buku ini, Bang Komar langsung mengedarkannya secara diam-diam. Hanya
orang-orang khusus yang dapat dan berkesempatan mebaca buku ini. Buku ini
sementara memang belum untuk dicetak karena belum siap secara keseluruhan dan
memang tidak akan siap karena akan terus bertambah tebal seiring perkembangan
zaman. Tetapi walaupun begitu ternyata buku ini cukup mendapatkan sambutan
positif dari banyak pembaca dan ada yang mendesak Bang Komar agar buku ini
segara diperbanyak (dicetak) dan diedarkan. Di antara para pembaca ada yang
berasal dari kalangan Mahasiswa (mayoritas, Siswa dan beberapa orang tua
generasi dua zaman. Dari para pemcara
tersebut, Bang Komar langsung menerima masukan-masukan ataupun kritik-kritik
dan komentar-komentar.
Dari kalangan orang tua umumnya
menganggap buku ini berbahaya dan mengatakan separo dari Bang Komar telah
berada di Penjara, bahkan yang memegang buku ini pun mendapat peringatan keras
agar hati-hati!
Dari kalangan Mahasiswa
menanggapi buku ini dengan cara Mahasiswanya. Mereka mengkritik dari segi
muatan yang terkandung dan juga gaya bahasanya. Khusus Sdr. Rusdi Rusli (BK
sendiri tidak kenal dan belum pernah bertemu dengan Rusdi Rusli) yang
memberikan kritikan tertulis karena Rusdi Rusli menerima buku ini melalui
perantara mengirimkan catatan tertulis yang cukup lengkap.
Pada dasarnya Bang Komar memahami
semua kritikan tersebut sesuai kapasitas orangnya. Tetapi ada hal yang tidak
diketahui pembaca mengenai ikhwal buku ini dari beberapa sisi.
Pertama, Bang Komar menulis buku
ini didasari oleh kesukaan berprediksi, berkhayal, berpikir dan berdoa
mengenai hal-hal yang tertulis dalam buku ini. Setiap melakukan hal tersebut,
Bang Komar menulisnya pada lembaran-lembaran kertas dan catatan-catatan
tersebutlah yang Bang Komar pindahkan ke dalam buku ini.
Kedua, Bang Komar menulis buku
ini bukanlah untuk mendiskreditkan seseorang atau suatu kelompok, dan juga
bukan untuk membikin chaos dalam Negara, itu terlalu jauh dari pemikiran dan
kemampuan Bang Komar. Tidak lain tujuan Bang Komar adalah menunjukan Rasa Cinta
Tanah Air yang ada pada diri Bang Komar. Menyumbangkan apa yang ada di benak
Bang Komar terhadap siapa saja. Membuktikan bahwa Bang Komar juga memikirkan
hal lain di luar diri sendiri serta untuk kenangan dari Bang Komar.
Ketiga, mengenai isi buku ini
tidak melulu sebagai cerita yang mempunyai alur menyambung (seperti yang
dikritisi Rusdi Rusli) karena Bang Komar bukanlah mengarang cerita dalam arti
sesungguhnya yang mesti mempunyai alur. Kadang-kadang Bang Komar bercerita soal
politik, social, sejarah… dan apa saja bahkan mungkin juga soal diri Bang Komar
sendiri.
Keempat, Bang Komar memakai
bahasa memang seenak perut Bang Komar sendiri, jadi jangan heran kalau banyak
kejanggalan dari segi bahasa.
Wassalam
Bukittinggi – Sumatera Barat, 27
Oktober 1995
No comments:
Post a Comment