Tuesday, November 13, 2012

Gamawan Menabur Benih Politik



Hari Jumat kemarin pada saat menyaksikan acara Deklarasi Pasangan SBY Boediono melalui siaran langsung di televisi sebagaian dari kita “urang awak” mungkin merasa suprise ketika Gamawan Fauzi yang notabene Gubernur Sumatera Barat tampil beperan sebagai deklarator. Dan sebagian dari kita secara emosional tentu bangga melihat Gubernur Sumbar dekat dengan Presiden RI atau ada yang menilai Gamawan pintar membaca situasi dan mengambil kesempatan. Bahkan ada yang menilai langkah yang diambil Gamawan tersebut merupakan pilihan yang tepat dan menguntungkan bagi Sumatera Barat.
Tetapi, juga tidak sedikit yang kecewa dan berpendapat seharusnya Gamawan tidak hadir apalagi beberan sebagai pembaca naskah deklarasi, karena sulit untuk menghilangkan sosok Gamawan Fauzi sebagi seorang Pemimpin Ranah Minang walaupun kehadirannya bukan dalam kapasitas sebagai Gubernur atau mewakili seluruh rakyat Sumbar.
Kehadiran Gamawan secara personal bagaimanapun juga dapat menggiring opini publik bahwa masyarakat Sumatera Barat akan mendukung pasangan Capres/Cawapres “SBY Berbudi” pada Pilpres nanti (?). Lain halnya dengan kehadiran Djufri (walikota Bukittinggi) dimana ia juga menjabat sebagai Ketua DPD partai Demokrat Sumbar.
Sebagai gambaran, H. Gamawan Fauzi, SH, MM adalah Gubernur Sumatera Barat periode 2005 s/d 2010 yang bersama wakilnya Prof. H. Marlis Rahman (dikenal dengan Gama)meraih 757.256 suara pemilih (41.50%) pada Pilkada tahun 2005 Pasangan Gama mengalahkan 4 pasangan Cagub dan Cawagub Sumbar lainnya walaupun waktu itu Gama hanya diusung oleh gabungan beberapa Partai Politik diantaranya PDIP dan PBB yang sewaktu Pemilu Legislatif 2004 tidak memperoleh suara yang singnifikan di tingkat Provinsi Sumatera Barat. Dapat disimpulkan kemenangan Pasangan Gama dalam Pemilihan langsung Gubernur Sumbar karena Figur Gamawan Fauzi yang dikenal sebagai sosok Kepala Daerah yang sukses.
Artinya
Gawaman dikenal bukanlah sebagai tokoh politik yang malang melintang sebagai pengurus atau fungsionaris partai politik walaupun telah 3 kali memenangi pertarungan politik (2 kali terpilih sebagai Bupati Solok). Ia lebih dikenal sebagai seorang birokrat ulung atau juga sebagai sorang pamong senior.
Terlepas dari diajak atau sengaja merapat ke SBY dan tidak diajak oleh pasangan lainnya. Bagaimanapun juga kehadiran Gamawan dan berperan sebagai juru bicara koalisi pendukung ataupun Pasangan SBY-Boediono bisa dikatakan bahwa ia telah “menabur benih politik” yang konsekuensinya bisa saja sebuah blunder politik karena tideak bersikap netral terhadap pasangan Capres-Cawapres lainnya. Dalam politik semua kemungkingan bisa terjadi dan sampai saat ini tidak ada yang bisa menjamin pasangan mana yang akan memenangi Pilpres nanti. Kalau yang menang SBY-Boediono tentu saja Gamawan akan menuai hasil dari benih politik yang ia tanam, mungkin saja jabatan sebagai Gubernur akan berganti menjadi Mentgeri atau jabatan prestisius lainnya di Jakarta.
Bagaimana jika SBY-Boediono kalah dan yang menang JK-Wiranto atau Mega-Prabowo? Kita tidak bisa bayangkan sindiran politik yang keluar dari Jusuf Kalla “Rang Sumando Awak” atau dari Megawati yang suaminya juga mempunyai sisilah keturunan dengan Ranah Minang. Rasanya tidak tepat kalau pilihan Gamwan dilakukan demi masyarkat Minangkabau dan Sumatera Barat karena jika dilihat dari ranji atau sissilah SBY-Boediono tidak ada sangkut pautnya dengan Ranah Minang.
Dan kalau motivasinya jabatan Menteri, tanpa menghadiri dan berperan nyata pada acara tesebut pun akan didapatkan oleh Gamawan Fauzi karena secara kualitas Gamawan memang layak naik kelas. Lagi pula Azwar Anas maupun Hasan Basri Durin telah membuktikan bahwa biasanya setelah jadi Gubernur Smatera Barat karir akan berlanjut menjadi Menteri. Benih Poltik bisa menghasilkan karir yang cepat melejit dan sebaiknya juga membuat karir merosot tajam, siapkah Gamawan akan hal itu?

Catatan :
Tulisan ini dimuat di Harian Haluan
edisi Senin tanggal 18 Mei 2009, Hal 3

2 comments: