Friday, November 9, 2012

Semoga Lekas Berakhir


Matahari mulai temaran… mencari tempat peraduannya, namun di sekitar Rumah Bung Adi (BA) masih saja terdengar suara senapan mesin kaliber SS-1 terus menyalak tiada henti… dan ledakan bom bersahut-sahut meluluhlantahkan bangunan-bangunan yang ada.
kali ini, berapa nyawa lagi?”, desis BA sambil membetulkan ikatan kain sarung yang hampir terlepas, sementara itu istri BA terus saja bergulat dengan do’a-do’anya di hamparan sajadah… memohon agar tragedi pahit ini lekas berakhir.
Hanya demi mempertahankan kata-kata persatuan dan kesatuan… demi sebuah lagu dari Sabang sampai Merauke… nyawa manusia tidak lagi berarti” lagi-lagi BA berbicara sendiri seolah-olah ikut meramaikan suara pertempuran yang sedang terjadi. Dan ketika suara-suara senapan mesin itu tidak berhenti juga, BA kembali mengumpat,” Kalera… dasar serdadu… dari Tantama sampai Jenderal otaknya sama.. bunuh.. bunuh”.

Undahlah Bang… jangan terus mengumpat, mari kita memohon kepada yang maha kuasa agar derita ini berakhir” ujar istri BA dari kamar tempat dia melakukan prosesi do’a-do’anya.
Karena tidak tahan untuk terus mengumpat sendirian… BA segara melakukan kontak imajiner dengan BK untuk berbagi cerita….
BA: Maaf BK, karena saya telah mengganggu topo broto BK… tetapi ini sangat urgent dan butuh advis dari BK.
BK: Tidak apa-apa, lha wong BK juga terus memantau perkembangan Indonesia secara keseluruhan dan Aceh lewat berbagai sumber berita.
BA: Begini… situasi Aceh semakin tidak kondusif walau Pak Harto telah digantikan oleh Habibie, dan Habibie digantikan oleh Gus Dur… bahkan saat ini di Jakarta elit-elit politik semakin sibuk cakar-cakaran untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan.
BK: Itu kan bagian dari dinamika bangsa ini yang terus saja bergejolak dari zaman Bung Karno sampai hari ini ketika seorang Kiai yang khost memimpin,… dan sebenarnya ini sudah BK deteksi pada awal tahun 1996! (Baca tulisan: Rekayasa Sejarah Part 2, Bang Komar Datang 19011996)… bahkan ketika saat ini berkembang isu Madura Merdeka atau Jawa Timur Merdeka… sedikitpun BK tidak merasa kaget karena kita sudah membahasnya pada tahun 1998 (baca tulisan: Gerakan Jawa Merdeka 22071998)… pada saat tersebut sebenarnya BK sudah mewanti-wanti bahwa akan ada peristiwa seperti kejadian hari ini.
BA: Tetapi begini lo BK… kenapa disaat dunia semakin modern dan beradab serta negara-negara di dunia mulai meninggalkan budaya-budaya kekerasan, budaya fasis… eh di Indonesia malah semakin tumbuh subur praktek-praktek kekerasan kemudian selalu menggunakan pola-pola pendekatan militeristik untuk menyelesaikannya.
BK: Begini Bung… Peran militer dalam pergulatan sejarah negeri ini sangatlah dominan, memang ada keinginan untuk mengontrolnya tetapi apa yang diterima… mereka lantas menodongkan moncong meriam ke Istana! Kalau sudah begitu siapa yang berani?. Militer seperti yang BA ketahui sangat identik dengan kekerasan, teroganisir dengan baik, terkomando dan mohon maaf… nggak ada istilah demokrasi dalam dunia militer… jika sudah merupakan Perintah Atasan! Maka tidak ada alasan apapun untuk tidak melaksanakannya. BA tentu masih ingat Kasus Tanjung Priok, Kasus Dili, Kasus Sampang Madura, dan terakhir Kasus Tri Sakti… membuktikan bahwa jika sudah ada kata-kata,.. “ini Perintah! Kopral!”… maka takkan ada jawaban lain kecuali,” Siap, Laksanakan!”. Jadi ketika ada upaya-upaya melengserkan militer dari percaturan politik sipil, mereka akan langsung bereaksi.
BA: Reaksi itu berupa apa BK.
BK: Ya.. itu, kerusuhan-kerusuhan diberbagai tempat dengan mengusung Isu Jawanisasi, Islam non Islam, anti komunitas serta yang terjadi di Aceh ini… Separatis! Dan mereka yang katanya perisai negara dengan serta merta akan menjadi pihak yang terdepan untuk diminta bantuannya, tetapi bantuan itu tentu ada pamrihnya.
BA: Contonya..
BK: Loloskan UU PKB (Penanggulangan Keadaan Bahaya), memperpanjang kedudukan TNI/POLRI dalam parlemen, militer tidak mau jadi alat penguasa serta hak-hak previled lainnya.
BA: Lantas bagaimana relevansinya dengan situasi mutakhir di Nangro Kami?
BK: Saya sepakat dengan pemikiran BA bahwa militer mempunyai andil yang sangat banyak dalam pergolakan di Aceh dan sejarah membuktikan pendekatan militeristik bukannya menyelesaikan masalah tetapi malah menimbulkan masalah-masalah baru dan itu akan terus terjadi bila tidak ditempuh penyelesaian yang konfrehensif… sejarah mencatat ada lebih dari 4 Operasi Militer yang pernah digelar di Aceh sejak Belanda berkuasa sampai sekarang dan jumlah nyawa yang melayang sudah tidak terhitung, ibu-ibu yang menjadi janda, anak-anak yang menjadi Yatim Piatu… sungguh ini suatu tragedi yang memilukan. Tetapi BK sebagai calon Raja V akan berusaha terus untuk mencari solusi dalam mengatasi semua masalah yang terjadi di Indonesia termasuk di Tanah Rencong ini.
BA: Terimakasih BK, walaupun nantinya solusi yang BK dapat tidak cukup siknifikan namun yang terpenting bisa mengobati hati kami yang terluka ini, dan akhirnya saya mengucapkan terimakasih atas waktunya dan BK silahkan melanjutkan Topo Brotonya.
BK: Terimakasih juga atas pertemuannya, BK berjanji akan terus mencermati sedalem-dalemnya perkembangan yang terjadi di Aceh.

(BA menghela nafas panjang bertanda puas atas percakapan imajiner dengan BK… dan ketika melihat ke kamar, kelihatan istri BA tertidur pulas sambil tersenyum dibibirnya yang indah… mungkinkah dia bermimpi tentang Aceh masa depan yang mirip Bandar Seri Begawan Brunai…….)

Banda Aceh, 30 April 2001

No comments:

Post a Comment