Suatu
hari, disaat terjadinya “masa genting” di Negara kita… di Istana Negara
berkumpul para pembesar negeri ini termasuk para pembesar yang berada di luar
struktur pemerintah.
Keadaan
betul-betul kritis yang mana kalau tidak cepat diantisipasi bakal mengalami
kehancuran sekaligus mengorbankan ratusan juta rakyat! Telah berpuluh-puluh
pakar dan politikus serta negarawan mengeluarkan pandangannya untuk bisa keluar
dari permasalahan ini tetapi semua pendapat tersebut gagal merumuskan suatu
solusi. Hampir saja pembesar-pembesar itu putus asa dan menyerah serta pasrah
untuk menunggu hari “H” kehancuran tersebut. Untung seorang tokoh tersentak dan
langsung berdiri :
“tidak
ada jalan lain, kita harus panggil beliau!”, teriaknya.
“siapa?”,
Tanya Panglima ABRI.
“Bang
Komar…!”.
“Ya,
hanya Bang Komar yang bisa!”, sahut yang lain.
Dua
jam kemudian BK tiba di Istana Negara setelah dijemput dengan Pesawat Khusus ke
kediamannya di pedalaman.
Wajah-wajah
tegang menyambut kedatangan BK. Suasana hening, yang terdengar hanya detak
sepatu dan langkah BK. Semua pandangan mata mengiringi langkah BK sampai ke
tempat duduk yang telah disediakan. Dengan mulut terkunci rapat dan wajah yang
dingin, BK menaroh pantatnya di kursi empuk sambil menanggalkan jubahnya.
“Selamat
dating kami ucapkan pada Bang Komar, dan kita langsung ke pokok permasalahan!”,
ucap Presiden.
Selanjutnya
terjadi dialog sebagaimana berikut.
Presiden:
Begini,
Bang Komar kan tahu bagaimana keadaan Negara kita saat ini, jadi kami mohon petuah
agar Negara dan rakyat dapat diselamatkan.
BK:
Hm, sebentar… rokok saya habis, tanpa
merokok dan kopi saya tidak bisa berpikir, jadi…
Presiden:
Tolong saudara ajudan, belikan
sigaret dua bungkus (Presdien memotong pembicaraan BK)
BK:
Oke, sebelum rokok dating, silakan
masing-masing menyampaikan permasalahan.
Menko Polkam:
Dari
segi politik dan keamanan saat ini kami kesulitan untuk mengkoordinir karena
hamper disetiap daerah ada gejolak dan gejala ingin memisahkan diri dari Negara
Kesatuan ini.
Menlu:
Pandangan
dunia internasional terhadap Negara kita betul-betul membuat kita tersudut
karena system pemerintahan kita dianggap tidak elok.
Menko Ekuin:
Perekonomian
kita maburadul karena korupsi, monopoli dan kolusi merajalela serta rupiah
anjlok sampai level Rp.25.000 per 1 US dollar.
(pembicaraan terhenti karena Ajudan Presiden
memasuki ruangan dengan membawa rokok dan langsung menyerahkannya pada BK,
setelah BK membakar rokonya dan menghembuskan asapnya ke udara pembicaraan
dilanjutkan)
Ketua
Komnas HAM:
Hak
azasi manusia pada rakyat kita benar-benar nggak terlindungi oleh
undang-undang.
Men
Agama :
Kerukunan
antar agama mulai panas karena banyaknya dakwah yang menyimpang.
Men
Kehakiman:
Hukum
sudah nggak ada artinya lagi, sekarang yang berlaku adalah hukum rimba.
Stop! Cukup, itu permasalahan dari
pemegang kekuasaan, sekarang silakan dari pojok lain! Bang komar memberi
kesempatan pada tokoh diluar strutur pemerintahan.
Ali
Sadikin II:
Orang-orang
di luar pemerintahan tidak dibenarkan mengkritik.
Hariman
Siregar II :
Mahasiswa
dikungkung untuk semata bergelut dengan buku di kampus.
Mukhtar
Pakpahan II:
Buruh-buruh
dipekerjakan lebih dari jam kerja hewan, dan upahnya jauh di bawah standar
kebutuhan pisik minimum.
Megawati
II: Partai politik dibuat kacau
ole hokum pemerintah.
Iwan
Fals II: Seniman dibatasi untuk
berkarya.
Emha
Ainum Nadjib II: Budayawan tidak
dibolehkan memberikan ceramah.
Tokoh
Masyarakat Daerah:
Kepala
Daerah kami selalu dikirim dari pusat, kami percuma mengajukan balon Bupati,
Walikotamadya dan Gubernur.
Khaak! Tiba-tiba Bang Komar batuk dan
mengejutkan seisi ruangan, pembicaraan kembali terhenti dan semua perhatian
kembali tertuju pada Bang Komar. Setelah meneguk kopi Bang Komar menatap dengan
mata nanar satu persatu manusia yang ada dirungan itu dan baru berhenti pada
wajah Presiden. “Anda sendiri bagaimana?” begitu yang terbaca oleh Presiden
ketika bertatapan dengan Bang Komar.
Presiden:
Saya
merasakan adanya suatu desakan agar saya turun dari kursi kepresiden. Padahal
saya telah berbuat secara konstitusional dan tidak menyimpang dari Pancasila
dan UUD 1945, saya baru menyadari keadaan ini belakangan karena sebelumnya
laporan yang saya terima selalu “tidak ada masalah” bahkan panglima pun bilang
keadaan aman terkendali.
Bang
Komar:
Baiklah,
itu permasalahan yang saudara-saudara sampaikan, saya sendiri biar tinggal di
pedalaman juga mengikuti perkembangan negeri ini, semenjak saya lahir sampai
tadi siang saat dijemput.
Sepertinya
memang sudah kronis, koma dan akut situasi yang dialami Negara sekarang tetapi
bukan berarti tidak ada jalan keluar. Karena saya dating dimintai petuah,
sebagai masyarakat sebagai warga Negara yang berhak dan berkewajiban membela
Negara dan Calon Raja ke-5 saya akan mengeluarkan petuah saya.
Saat
ini yang menyebabkan keadaan sampai begini adalah saudara-saudara sendiri
semua, kecuali saya. Kalian telah melupakan sejarah, melupakan tujuan
diproklamirkannya kemerdekaan, melupakan dasar Negara dan tidak memakai serta
malah menyelewengakan Undang-undang dasar. Kalian terjebak pada kepentingan
pribadi kelompok, kepentingan organisasi, kalian terperangkapdalam pertentangan
yang berkepanjangan dengan orang-orang yang sama-sama berbendera merah
putih. (Bang Komar berhenti sejenak untuk menikmati rokok dan seteguk
kopi….kemudian)
Kalian
lebih suka mencari lawan, mecari-cari kesalahan orang lain, mencari keburukan
orang lain dan menutup-nutupi kesalahan sendiri. Kalian suka mencari kambing
hitam untuk dikorbankan daripada memecahkan masalah. Siapa sih yang sukan pada keburukan dan
kekotoran? Jangankan kekotoran orang lain, kotoran kita sendiri pun membuat
kita harus menutup hidung!
Sekarang
mari kita benahi semuanya, yang dipemerintahan perbaiki system! Kembali ke
Pancasila dan UUD 1945… jalankan itu! Adanya Negara karena adanya rakyat,
mengabdi kepada Negara berarti mengabdi kepada rakyat, jangan untuk kepentingan
lain. Yang diluar struktur juga begitu, jangan hanya mengungkapkan kesalahan
pemerintah tanpa memberikan solusi. Kalian suka menggoyahkan stabilitas
nasional, membuat suasana bertambah panas, membikin rakyat kebingungan dengan
isu-isu dan rumor-rumor yang tidak jelas. Saya meragukan kekritisan
saudara-saudara bukan didasari kecintaan pada bangsa ini tetapi karena tidak
dapat jabatan dan karena ingin cari nama!
Kesimpulannya,
kita mulai dari kita-kita yang berada di sini sekarang, jalin persatuan dan
kesatuan, saling percaya dan saling memberi kesempatan!
Presiden:
Apakah
mungkin dalam keadaan mendesak sekarang itu bisa? Bagaimana dengan kepercayaan
rakyat yang telah luntur kepada kami?
Bang
Komar: Anda merasa tidak sanggup?
Pangab:
Bukan
begitu Bang Komar, kalau sampai besok pagi keadaan tidak diatasi maka Negara
kesatuan akan terpecah menjadi lebih 5 negara!
Bang
Komar:
Kalau
begitu nanti malam kita adakan sidang istimewa dan sejak itu saya yang jadi
pemimpin Negara ini! Ada yang tidak setuju?
Semua
diam!... dan sekian.
Catatan: Tidak
ada larangan untuk mengkhayal, Oppie pun menghayal lewat lagunya. Bang Komar
tidak mau tanggung-tanggung menghayal… menghayal jadi orang kaya rasanya
tanggung, menghayal jadi Bupati juga tanggung! Jadi, inilah hayalan Bang Komar.
Aur Atas, Bukittinggi – Sumatera Barat, 19 Januari
1996
Dari kumpulan tulisan Kamaruddin
dalam Buku : Bang Komar – Prediksi,
Khayalan, Pikiran dan Doa-doa.
No comments:
Post a Comment