Setelah membaca tulisan pada Rubric Detak Jam Gadang dengan
judul “Bisik-bisik Bupati Agam” oleh Kasra Scorpi Jum’at tanggal 26/12 sulit
untuk dipungkiri bahwa jabatan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) memang
jadi incaran semua orang. Di Agam sebagaimana diungkap Kesra Scorpi pada tahun
2010 ketika berakhirnya masa jabatan Bupati Aristo Munandar-Wabup Adrinal Hasan
peta persaingan untuk jabatan Bupati Agam “indak jauah lenggang dari katiak”.
Persaingan akan terjadi antara orang-orang yang selama ini
telah berkiprah di daerah Kabupaten Agam seperti Wabup Ardinal Hasan, Sekda
Azwar Riman Thaher, Kadispenda Drs. Abdi Murtani, Kadinas Pendidikan Prof. Dr.
Sufyarma Marsidin, M.Pd dimana mereka itu sampai saat ini masih tercatat
sebagai “Anggota Kabinet” Bupati Aristo Munandar.
Sama dengan pemilihan Bupati (pilkada) Agam tahun 2005 ketika
Aristo bersaing dengan Gustiar Agus (mantan atasan) dan dengan Syafrudin Hasan
(mantan Wabupnya) atau dengan mantan bawahanya Kepala Dinas Nakerdukcapil.
Dalam aturan demokrasi yang berlaku di Republic ini “lago
sakandang ataupun batandiang sasudah basandiang” boleh-boleh saja. Sejak
bergulirnya era reformasi hampir di setiap pilkada bahkan dalam Pilpres “lago
sakandang” juga terjadi yaitu Gus Dur vs Mega, Mega vs Hamzah, Mega vs SBY.
Dalam Pilpres 2009 banyak pengamat memperkirakan Duet SBY-JK akan berubah jadi
SBY vs JK.
Tetapi bagi masyarakat “permainan politik” seperti itu akan
membuat rakyat menjadi bosan dan enggan untuk memilih. Bosan, be-te…. Capek
deeh! Setiap pemilu yang muncul sebagai caon itu ke itu juga loe lagi-loe lagi
atau 4 L kata orang Betawi!. Padahal ketika sebelumnya mempunyai jabatan entah
itu sebagai Wabup, Sekda atau Kepala Dinas mereka tidak mampu menyenangkan hati
dan mengenyangkan perut rakyat.
Lucunya ketika menjadi calon kepala Daerah dan berkampanye
mereka mengatakan : jika saya menang Pilkada dan jadi Kepala Daerah, saya mampu
berbuat lebih baik dari pejabat sebelumya kalaupun ada yang bertanya kenapa
sewaktu jadi Wakil, Sekda atau Kepala Dians tidak ada Prestasi? O,saya kan
masih jadi anak buah, kaalu saya yang jadi Bupati saya akan begini akan begitu.. pokoknya saya akan berbuat lebih
baik, percayalah!.
Seharusnya karena tujuan akhir dari Jabatan Politik seperti
kepala Daerah maupun Anggota Legistalif adalah memperjuangkan hak-hak rakyat
dan mensejahterahkan masyarakat, maka para tokoh tersebut telah harus berbuat
sejak awal dan tidak harus menunggu jadi pejabat nomor satu dulu baru berbuat.
Kalau saat ini menjabat sebagai wakil Kepala Daerah, sebagai Sekda, atau Kepala
Dinas maka berbuatlah demi rakyat dengan jabatan tesebut.
Kian hari masyarakat kita semakin pintar, kalau ada pejabat
yang berkoar-koar dan mengatakan “kalau
saya jadi Bupati saya berbuat lebih baik demi rakyat”. Maka rakyat badarai
pun akan berkata, “Kalau den jadi Bupati!
den bisa lo co itu! Rakyat butuh bukti bukan janji, dan bagi rakyat kita
yang terpenting adalah lebih baik makan karupuak hari ini dari pada makan roti
tapi besok.
Catatan :
Tulisan ini dimuat di
Harian Haluan, Kamis tanggal 3
Januari 2008, Hal 1
No comments:
Post a Comment