Mau dibawa kemana atau mau dijadikan apa Sumatra Barat 20
Tahun ke depan? Mungkin itu pertanyaan pokok ditengah-tengah lokakarya penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Sumatra Barat yang sedang
berlangsung. Secara ekstrim tak perlu RPJP! Karena saat ini Sumatra Barat sudah
hebat di segala bidang! Para Bupati dan Walikota kita sangat banyak yang
berprestasi, Anugrah ini, Satya Lencana itu, Piala dan pigam silih berganti
dibawa dari Istana Presiden di Jakarta. Bahkan banyak daerah punya visi dan
misi yang sangat rancak, Kota Beriman, Kabupaten Madani. Pembangunan sudah
sangat pesat, jalan-jalan sudah diaspal, by pas, dua jalur bahkan tak lama lagi
kita akan mempunyai jalan layang di kelok 9.
Tetapi jikok diinok-inokan bana, kemajuan Sumatra Barat yang
ada saat ini hanyalah pembangunan fisik belaka. Kita membangun Sumatra Barat
dengan citra Minangkabau tanpa membangkitkan roh Minangkabau yang telah lama
hilang. Kita rindu pada Minangkabau tetapi tidak tahu cara mengobati rasa
taragak tersebut. Kita hanya membuat gonjong-gonjong pada bangunan kantor,
gerbang batas daerah, halte dan banguna wisata. Kita memasang marawa merah-kuning-hitam
hanya sebagai umbul-umbul. Banyak dari kita yang Batagak Pangulu ketika akan
ada alek demokrasi. Kita berbahasa minang ketika kehabisan kosa kata Bahasa
Indonesia dalam berbicara. Bahkan kita memberi nama Minangkabau pada Bandar
Udara Internasional sebagai tanda Minangkabau itu di Sumatra Barat.
Kita terjebak pada visi dan misi yang sangat jauh ke depan
sehingga kita lupa awal tempat kita berpijak. Kita terlalu ingin cepat berhasil
padahal kita butuh proses. Kita memasang plang daerah sebagai kota Beriman
tetapi sangat banyak kejadian dan perbuatan maksiat di dalamnya. Kita bangga
menyebut diri sebagai Kabupaten Madani tetapi di setiap sudut banyak kedai koa
dan domino yang ramai ketika kumandang azan terdengar. Mesjid dan surau kita
banyak tetapi lengang, anak-anak sekolah kita berpakaian muslim tetapi kelakuan
mereka….?
Oleh karena itu, yang kita butuhkan saat ini dan nantinya
adalah character building sebagai Urang Minang yang beradat, kita tak perlu
ikut gaya orang lain. Karena itulah yang membuat orang lain kenal Sumatra
Barat, doeloe ada Hatta, Agus Salim, Syahrir, Hamka dan banyak lagi yang lain,
yang punya reputasi bukan hanya Nasional tetapi juga Internasional. Kita
dikenal sebagai gudangnya orang pintar, jujur dan religius. Daerah kita dikenal
sangat aman dan nyaman sebagai tujuan menimba ilmu bagi yang muda dan berlibur
bagi orang yang berduit. Untuk itu kita harus kembali menggali, menghidupkan
dan menbangkitkan Minangkabau sesungguhnya. Kesimpulan RPJP kita seharusnya
adalah Mambangkik Batang Tarandam.
Catatan :
Tulisan ini dimuat di
Harian Haluan, Senin tanggal 30 Juli
2007, Hal 1
No comments:
Post a Comment