Sunday, December 20, 2015

Salah Kita Memilih Pemimpin(n)!

Melihat aliran dana nonbudgeter Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang terungkap pada kasus korupsi dengan terdakwa Rokhmin Dahuri, sungguh membuat kita para rakyat (pemilih) tapurangah. Kenapa tidak, sebagaimana diungkapkan terdakwa pada persidangan bahwa dana nonbudgeter DKP mengalir kesemua pasangan calon pilpres 2004. Yang membantah (siapapun) mungkin secara personal tidak menerima langsung uang haram tersebut tatapi sebagai seorang khalifah seharusnya ia bisa membentengi orang-orang yang dipimpin dan disekitarnya (Tim Sukses dan Simpatisan) untuk tidak melangar hukum formal. Dengan kata lain semua pasangan calon Pilpres 2004 telah tercela yaitu patut dicurigai melakukan perbuatan yang merugikan keuangan Negara memakai dana Negara (nonbudgeter DKP) untuk kepentingan kampanye.
Patut kita renungkan, menjelang pemilu Tahun 2004 ada iklan yang berbunyi “Dalam Pemilu sebelumnnya kita memilih Kucing dalam karung maka kani ini Kucingnya tidak lagi dalam karung” sebagai cara mensosialisasikan bahwa pada Pemilu 2004 memilih langsung siapa orang yang akan jadi Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia.
Doeloe, sewaktu memilih kucing dalam karung kita berspekulatif, kita memilih tapi tidak tahu apakah akan mendapatkan kucing baik atau kucing jelek. Kita hanya bisa melihat ada 3(tiga) karung berwarna hijau, kuning dan merah yang bertuliskan Pilihlah Karung ini! Tanpa tahu kualitas kucingnya.
Pada pilpres 2004 kucingnya tidak lagi dalam karung dan memilih di antara pilihan yang terlihat jelas membuat kita akan leluasa memakai bermacam kriteria dalam memutuskan pilihan, apakah yang berkelamin jantan atau betina, warna belangnya yang merah ngejreng atau kuning yang keemasan atau biru muda yang lembut, bentuk muka dan posturnya yang tegap atau karena bunyi meongnya yang nyaring. Dan bisa juga dengan pertimbangan untuk apa kucing itu kita pilih, apakah akan digunakan sebagai pembasmi tikus atau sekedar dielus-esus!
Dengan terungkapnya aliran dana nonbudgeter DKP harusnya membuat kita rakyat pemilih menyadari dan hati-hati bahwa semua yang ditampilkan oleh pasangan Capres dan Cawapres pada saat kampanye Pilpres (2004 dan nanti 2009) bukanlah sosok Pemimpin Sejati tapi mungkin saja hanya Pemimpi. Mereka adalah Pemimpi tentang pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, Pemimpi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, Pemimpi mengangkat harkat dan martabat bangsa, Pemimpi untuk membuka lapangan kerja guna mengatasi pengguran dan kemiskinan, serta Pemimpin untuk mewujukan keadilan dan kesejaterahan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemimpin yang ketika benar-benar menjadi Pemimpin merasa masih di alam mimpi.
Harusnya kita menyadari dan hati-hati dengan kata Pemimpin karena salah sedikit maka artinya adalah orang yang suka bermimpi, dan mimpinya hanyalah sebatas bunga dalam tidur.
Secara ekstrim mungkin lebih baik kita kembali ke zaman doeloe, memilih kucing dalam karung, spekulatif tetapi masih ada secercah harapan siapa tau dalam karung itu ada yang bagus dan kita beruntung memilihnya, daripada terbuka dan tampak belangnya tetapi tidak satupun yang bisa diharapkan. Seperti kata urang awak “dulu ndak tau nan da dipiliah, antah rancak antah buruak, kini lah dibuka karuangyo, ee ruponyo kuciang aia sadonyo, ado nan lain tapi kuciang ijuak pulo”.

Catatan :

Tulisan ini dimuat di Harian Haluan, Kamis tanggal 31 Mei 2007, Hal 1

No comments:

Post a Comment